Pengertian Asuransi Takaful

A. Pengertian Asuransi Takaful

Takaful berasal dari bahasa Arab kafala yang berarti saling menanggung atau saling menjamin. Dalam pengertian mu`amalah Islam, takaful berarti saling memikul resiko, sehingga antara satu dengan yang lain saling menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pikul resiko ini

dilakukan atas dasar tolong menolong dalam kebaikan. 2 Sedangkan asuransi takaful berarti sebuah lembaga atau perusahaan

asuransi yang menjalankan prinsip takaful seperti tersebut di atas. Dalam operasionalnya, lembaga ini mensyaratkan adanya pihak yang mengikat diri untuk bekerjasama saling menanggung (peserta/ sahib al-mal) dengan pihak yang diberi amanah untuk mengatur kerjasama tersebut (perusahaan) sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari`ah dengan cara menghindarkan operasinya

dari unsur ketidakpastian (al-garar), judi (al-maisir) dan riba (bunga). 3 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang pasal 246 memberikan

pengertian asuransi sebagai berikut,” Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang

tertanggung , dengan menerima premi, untuk memberi penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.

Definisi lain adalah, “suatu kontrak di mana seseorang disebut penjamin asuransi, yang menjalankan sebagai balas jasa atas imbalan yang

1 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Asuransi Dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1987), h. 18-19 2 Takaful Asuransi Islam, (Jakarta : Kopkar Takaful, 1997), h. 18 3 Muhammad Nejatullah Siddiqi, op.cit, h. 18-28 1 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Asuransi Dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1987), h. 18-19 2 Takaful Asuransi Islam, (Jakarta : Kopkar Takaful, 1997), h. 18 3 Muhammad Nejatullah Siddiqi, op.cit, h. 18-28

Sedangkan yang dimaksud dengan asuransi takaful adalah, “saling memikul resiko di antara sesama orang sehingga antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko itu dilakukan atas dasar saling tolong dalam kebaikan dengan cara masing- masing mengeluarkan dana ibadah (tabarru`) yang ditujukan untuk

menanggung resiko tersebut. 5 Berangkat Dari pengertian tersebut ada tiga pokok yang menjadi unsur

dalam asuransi.1) bahaya yang dipertanggungkan, 2) premi pertanggungan, 3) sejumlah uang ganti rugi pertanggungan. Sampai disini, sebenarnya takaful sama dengan asuransi-asuransi lainnya. Hanya saja, pada takaful terdapat kekhususan dalam sistem operasinya yang berlandaskan syari`at Islam. Kekhususan tersebut dapat dilihat pada dua hal. Pertama, adanya arahan terhadap investasi dari dana yang terkumpul ke sektor-sektor investasi yang tidak bertentangan dengan syari`at Islam. Kedua, adanya porsi bagi hasil yang tidak bertentangan dengan syari`at Islam. Ketiga, adanya porsi bagi hasil yang

dapat diterima oleh peserta asuransi/tertanggung. 6 Sesuai dengan namanya takaful, praktek asuransi Islam dibangun

berdasarkan atas semangat saling menanggung (takaful) sesama peserta. Oleh karena itu, didalamnya tidak berlaku akad pertukaran (tabadul) sebagaimana lazimnya asuransi konvensional. Jika dihubungkan dengan sesama peserta asuransi Islam (perorangan, perusahaan, yayasan atau badan hukum lainnya) dijalin atas dasar takaful, maka hubungan antara peserta dengan perusahaan

ditegakkan atas prinsip bagi hasil (mudharabah). 7 Dalam hal ini perusahaan takaful sebenarnya diberikan kepercayaan oleh

para peserta untuk mengelola premi mereka, mengembangkan dengan jalan yang halal.Keuntungan perusahaan takaful diperoleh dari bagian keuntungan

4 Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Islam, (Jakarta : Salemba Empat, 2002), h.101 5 Ibid.,

6 Purwanto Abdulcadir,”Prospek Takaful Di Indonesia”, dalam, Ulumul Qur’an, No. 2/VII/96, h.28 7 M.Abdul Mannan, Teori Dan Peraktek Ekonomi Islam, ( Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995), h.306 6 Purwanto Abdulcadir,”Prospek Takaful Di Indonesia”, dalam, Ulumul Qur’an, No. 2/VII/96, h.28 7 M.Abdul Mannan, Teori Dan Peraktek Ekonomi Islam, ( Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995), h.306

Dengan demikian dalam asuransi ini terdapat semangat tolong-menolong yang dalam istilah keagamaan disebut dengan “wa ta`awanu `ala al-birri wa al- taqwa” (tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan) serta menciptakan rasa aman (al- ta’min). Pentingnya asuransi syari`ah tegak atas dasar prinsip ini karena asuransi menjadi suatu kebutuhan dasar manusia, karena kecelakaan dan konsekuensi finansialnya memerlukan santunan, di sini

asuransi menjadi sebuah keniscayaan. 8 Kendati unsur tolong menolong dalam asuransi konvensional juga ada,

namun yang lebih menonjol adalah ketidakpastian dalam perjanjian (garar). Ini pula yang dipermasalahkan ahli-ahli hukum Islam. Terjadinya bahaya yang dipertanggungkan resikonya mengandung ketidakpastian, demikian pula ganti rugi atau santunan yang diterima jauh lebih besar dari premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dipandang sebagai riba. Ditambah lagi dengan investasi dana yang terhimpun pada perusahaan asuransi dengan jalan dibungakan, semakin memperkukuh adanya unsur riba pada asuransi

konvensional. 9 Dalam asuransi kebakaran misalnya, jika kebakaran benar-benar terjadi,

tertanggung dipandang menang karena akan memperoleh ganti rugi jauh lebih besar dari premi yang dibayarkan. Sebaliknya, jika tidak terjadi kebakaran, maka tertanggung dipandang kalah karena preminya tidak akan dikembalikan.Adanya unsur menang kalah atau untung rugi antara pihak tertanggung dengan penanggung dipandang mengandung unsur judi.

Dengan demikian jelaslah bahwa asuransi konvensional dengan asuransi Syari`ah (takaful) tidak sama baik dalam prinsip maupun operasionalnya.