Sistem Ekonomi Islam

E. Sistem Ekonomi Islam

Sebelum berbicara tentang sistem ekonomi Islam ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu bagaimana pandangan dan sikap Islam tentang sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi komunis. Jika Islam

26 Ibid.,

27 Steven Pressmen , op.cit, h. 141

28 M.A.Mannan, Teori Dan Peraktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf,1995), h.357-358.

menerimanya, sisi mana yang diterima. Jika ternyata Islam menolak kedua sistem ini apakah semuanya unsurnya di tolak ?.

Dalam salah satu tulisannya yang dimuat dalam buku Deklarasi Makkah: Menuju Ekonomi Islam Dawam Rahardjo menulis sebuah judul artikel yang cukup menarik, Ekonomi Islam, mendayung diantara dua karang Sosialisme dan Kapitalisme. Te rkesan dari tulisan ini, pada dasarnya Islam tidak menolak secara mutlak kedua sistem ini, malah sebaliknya sistem ekonomi Islam mengandung unsur-unsur kedua sistem tersebut. Kendati demikian Islam juga mengkritik kedua sistem ini. Salah satu kritik yang diajukan dan dianggap paling fundamental adalah, kedua sistem ini menafikan dimensi spritualitas manusia, menafikan kehidupan akhirat karena penekanan yang berlebihan

pada materialisme. Tegasnya kedua sistem ini menolak peran agama. 29 Selanjutnya, M. Umer Chapra dalam karyanya Islam Dan Tantangan

Ekonomi: Islamisasi Ekonomi Kontemporer, setelah menjelaskan kedua sistem Kapitalisme dan Sosialisme sampai pada sebuah sub judul yang berbunyi, Strategi-strategi yang gagal . Menurutnya, sekalipun kapitalisme mencakup tujuan- tujuan kemanusiaan dari agama secara permukaan untuk menutupi kelemahan, strateginya tetap kacau balau. Peranan nilai-nilai moral dalam alokasi dan distribusi sumber daya yang langka ditumpulkan oleh penekanan yang tidak semestinya pada preferensi individu dan penyandaran yang sepenuhnya pada mekanisme harga. 30

Lebih lanjut Chapra menyatakan, …karenanya, sementara strategi sistem pasar mampu meningkatkan inisiatif dan motivasi pribadi, dan suatu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, dengan membolehkan individu untuk memenuhi kepentingan sendiri ia tidak mampu memenuhi kepentingan

sosial. 31 Sedangkan terhadap sistem sosialis kritik Chapra adalah, …kinerja perencanaan ekonomi terpusat ternyata tidak lebih baik. Penghapusan motif

laba dan pemilikan pribadi membunuh inisiatif, motivasi dan kreatifitas individu dalam sebuah masyarakat dengan suatu perspektif kehidupan dunia

yang pendek. 32 Kritikan yang cukup tajam juga datang dari Syed Nawab Haider Naqvi

dalam bukunya, Etika Dan Ilmu Ekonomi : Suatu Sintesis Islami. Naqvi kendati

29 Dawam Rahardjo, Perspektif Deklarasi Makkah : Menuju Ekonomi Islam, (Bandung : Mizan,1993), h.126-129.

30 M.Umer Chafra, Islam Dan Tantangan Ekonomi: Islamisasi Ekonomi Kontemporer, terj. Nur Hadi Ihsan (Surabaya ; Risalah Gusti, 1999), h. 371

31 Ibid., 32 Ibid.,

h. 372 . bandingkan dengan, Ali Syari`ati, Kritik Islam atas Marxisme Dan Sesat-Pikir Barat Lainnya, (Bandung : Mizan, 1988).

mengakui kebaikan-kebaikan sosialisme, namun akhirnya ia mengatakan bahwa sosialisme itu tidak Islami. Alasannya adalah, pertama, sosialisme, dengan menjadikan usaha material manusia sebagai dasar struktur sosial, hendak menghapuskan konsep Islam tentang keesaan. Kedua, pandangan sejarah sosialis sangat berbeda dengan pandangan Islam. Sejarah sosialisme diwarnai dengan rasa saling benci dan pertentangan antar golongan. Ketiga, konsep Islam mengenai manusia bebas, yang berlandaskan aksioma kehendak bebas dan pertanggungjawaban, tidak dapat terus hidup di bawah tekanan kolektivisme (kesamarataan). 33

Berkaitan dengan kapitalisme kritik Naqvi adalah, pertama, kapitalisme gagal mengejewantahkan kesatuan kehidupan dengan penekanan yang berlebihan pada nilai material manusia dengan mengorbankan dimensi spritualitasnya. Kedua, kapitalisme merusak keseimbangan alam dengan terpusatnya kekayaan pada segelintir orang. Ketiga, kapitalisme sangat menekankan pemilikan individu secara mutlak dan menafikan kemutlakan pemilikan Tuhan. Keempat, Kapitalisme tidak memperhatikan tanggungjawab kolektif (sosial). 34

Kritikan yang tidak kalah tajamnya datang dari Muhammad Baqir ash- shadr yang juga membedah kelemahan-kelemahan kapitalis dan sosialis. Menurutnya kapitalisme adalah suatu system yang ultra matrialisme yang hanya mementingkan keuntungan-keuntungan material semata dan mengasingkan manusia dari agama dan kerohaniaan. Lebih lanjut Baqir ash- Shadr menyebut keburukan kapitalisme adalah berkuasanya kaum mayoritas atas minoritas. Lebih dari itu kaum borjuasi juga mengeksploitasi kelas proletar. Kaum kapitalis melihat segala sesuatunya dari sudut materialisme dan mengabaikan aspek moral. 35

Berkenaan dengan Sosialisme, kritikan Baqir ash-Shadr adalah bahwa Pertama , system komunisme hendak menghapus segala kepemilikan pribadi, termasuk perdagangan dan perindustrian. Kedua, semua hasil produksi dibagikan kepada seluruh individu. Tentu saja keduanya bertentangan dengan

fitrah manusia yang ingin memiliki segala apa yang menjadikannya dapat memperoleh kebahagiaan. 36

33 Syed Nawab Haider Naqvi, Etika Dan Ilmu Ekonomi : Suatu Sintesis Islami, (Bandung : Mizan, 1985), h.110-111

34 Ibid., h. 111-112

35 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Keunggulan Ekonomi Islam, (Jakarta : Pustaka Az-Zahra, 2002), h..62-

72 36 Ibid., h. 75

Setelah memperhatikan kritikan-kritikan pakar-pakar ekonomi Islam ada baiknya kita melihat konsep ekonomi Islam. Sebagaimana telah diuraikan pada bab IV dari buku ini, sebagai sebuah sistem yang dapat dikatakan baru, ekonomi Islam belum memiliki satu rumusan yang baku atau setidaknya diterima sebagian besar pakar. Bahkan buku-buku yang membicarakan tentang sistem ekonomi dunia, ekonomi Islam belum dipandang sebagai sebuah sistem sebagaimana sistem-sistem lainnya. Kendati demikian bukan berarti ekonomi Islam tidak dapat didefinisikan.

Sebagai pijakan bersama, ekonomi Islam dapat dijelaskan sebagai ilmu yang mengkaji kegiatan manusia dalam menggunakan sumber (produksi) bagi menghasilkan barang dan jasa untuk dirinya dan untuk didistribusikan kepada orang lain dengan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh agama

Islam dengan harapan untuk mendapatkan keridaan Allah. 37 Definisi sederhana tentang ekonomi Islam adalah, suatu konsep atau teori yang

dikembangkan berdasarkan ajaran-ajaran Islam. 38 Adapun pilar-pilar tentang ekonomi Islam tentu sangat variatif. Ini

merupakan konsekuensi logis dari pemikiran ekonomi Islam yang terus berkembang. Dengan mengikuti alur pikir pembahasan sebelumnya, pilar- pilar ekonomi Islam itu secara garis besar dapat dirumuskan sebagai berikut :

 Hak milik pribadi  Makna kerja dan laba.  Kerjasama .

1. Harta dan Hak milik Pribadi

Konsep pemilikan dalam Islam didasarkan pada tiga pandangan :

a. Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di bumi adalah Allah SWT. Kepemilikan manusia bersifat relatif.

b. Manusia hanyalah manjalankan amanah dari Allah SWT untuk memanfaatkan harta sebaik-baiknya dan untuk kemaslahatan manusia.

c. Harta dipandang sebagai perhiasan hidup dan manusia disuruh menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan.

d. Harta benda harus diperoleh manusia dengan jalan yang halal.

37 FKEBI-IAIN.SU, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Hasil Seminar dan Workhsof Ekonomi Islam, Medan, 1993, h. 8

38 Dawam Rahardjo,Islam Dan Transformasi Sosial Ekonomi, (Yogyakarta: Lembaga Studi Agama Dan Filsafat, 1999), h. 7-10. lebih lanjut lihat kembali bab III buku ini.

e. Di samping memiliki fungsi pribadi, harta dalam Islam juga memiliki fungsi sosial. 39

2. Makna Kerja. Kerja dalam Islam dipandang sebagai mode of existence (bentuk keberadaan) manusia itu sendiri. Manusia ada karena kerjanya, dan ia akan dipandang dan dinilai berdasarkan kerja atau amalnya. Disamping itu Islam memandang kerja bukanlah hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup baik yang bersifat primer, sekunder, atau tertier, melainkan kerja juga memiliki nilai ibadah. Disebabkan kerja memiliki nilai ibadah, maka kerja tersebut harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk ajaran agama.

Kerja dalam pandangan Islam tidaklah semata-mata untuk mencapai keuntungan material (upah), tetapi lebih dari itu kerja merupakan bagian dari pelaksanaan perintah Allah kepada manusia untuk bekerja yang baik (`amilu al-shalihat, dan ahsanu `amala). Tidaklah berlebihan jika kerja dalam pandangan Islam merupakan ibadah sekaligus dipandang sebagai jihad.

Lebih jauh dari itu, hubungan iman dengan amal (kerja) itu ibarat hubungan akar dengan pohon. Iman tidak akan berarti apa-apa jika tidak dibuktikan dengan kerja, sebaliknya kerja menjadi tidak bernilai tanpa didasari

keimanan. 40 Berkaitan dengan upah, nilai moral yang menjadi perhatian Islam

adalah bagaimana kerja tersebut tidak dibangun atas dasar hubungan eksploitatif dengan menekan upah serendah-rendahnya seperti yang berlaku pada sistem kapitalis, tidak juga menafikan prestasi orang seperti yang terjadi pada sistem Sosialis. Upah harus menggambarkan keadilan yang merupakan salah satu prinsip ekonomi Islam. 41 Isyarat ini dapat ditangkap melalui sebuah

hadis Rasul yang berbunyi, Bayarlah upah buruhmu sebelum kering keringatnya. Maknanya bisa diterjemahkan lebih luas dari sekedar sistem upah yang berkembang dalam kedua sistem besar. Bisa saja dikatakan, makna upah dalam tinjauan Islam harus menjamin kesejahteraan pekerja, upah harus layak yang menjadikan pekerja dapat memenuhi kebutuhan daruri (primer) hidupnya dan lain-lain.

39 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Al-Kaustar, 2001), h. 56-57

40 Ibid., h.10 41 Syed Nawab Haidar Naqvi, op.cit, h. 126

3.Kerjasama . Dalam sistem ekonomi Islam, setiap individu bagaimanapun bermaknanya sesuai dengan otonomi yang dimiliki tetap saja tidak dapat melepaskan diri dari dimensi sosialnya, (ingat kembali kajian tentang konsep manusia). Manusia membutuhkan kerja sama. Kerja sama dalam Islam sebenarnya lebih menekankan pada kerjasama yang dilandasi dengan prinsip saling tolong menolong (ta`awun) dan persaudaraan (al-ukhuwah), amanah (saling percaya) dan sidq (kejujuran).

Islam tidak menolak persaingan yang menjadi inti dalam kapitalisme, namun tetap saja persaingan itu harus dilandasi dengan semangat berlomba- lomba untuk kebaikan. Persaingan itu sendiri merupakan sunnatullah, untuk itulah Islam menganjurkan persaingan itu harus diselenggarakan secara sehat dan beretika.

Dalam ajaran ekonomi Islam pentingnya tolong menolong dalam kerja sama terlihat pada bentuk kerjasama mudarabah di mana keuntungan haruslah sama-sama diraih baik oleh sahib al-ma (pemilik modal) ataupun mudarib (orang yang memanfaatkan modal). Demikian juga dalam musyarakah apabila proyek kerjasama tersebut berhasil, masing-masing pihak yang menginvestasikan modalnya akan memperoleh keuntungan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibangun. Sebaliknya apabila mengalami kerugian, maka kerugian tersebut akan ditanggung bersama.

Atas dasar inilah ekonomi Islam sangat mementingkan dimensi moral dalam sistem ekonominya. Penolakan Islam terhadap riba, lebih didasarkan pada praktek riba terkandung unsur manipulasi dan eksploitasi manusia. Demikian juga penolakan Islam terhadap bentuk penipuan (gharar) adalah satu bentuk perlindungan Islam terhadap hak orang lain. Anjuran Islam untuk mengeluarkan zakat, infaq dan sadaqah, adalah satu bentuk perhatian Islam terhadap orang-orang yang tidak mampu. Lebih penting dari itu ajaran ZIS secara substansial adalah satu upaya pendistribusian kekayaan agar tidak terkonsentrasi pada segelintir orang yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial.

Adalah tidak mungkin mengkaji konsep ekonomi Islam yang begitu luas 42 dalam bahasan ini, karena kajian ekonomi Islam memerlukan

pembahasan tersendiri. Penting untuk dicatat, sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang sedang dalam proses pengembangan dan perumusan konseptual.

42 Sebagaimana sistem lainnya, Islam juga memiliki konsep ekonomi mikro, ekonomi makro, ekonomi moneter, kebijakan fiskal, siyasah al-iqtisadiyyah (politik ekonomi) dan lain-lain.

Dengan kata lain, ekonomi Islam belum menjadi sistem ekonomi yang telah mapan seperti sistem-sistem lainnya. Untuk itulah upaya dari berbagai pihak untuk mengembangkannya sangatlah dibutuhkan.