Hal ini sesuai dengan Malthis dan Jackson 2001 yang menyatakan bahwa makin tinggi tingkat otonomi yang dimiliki karyawan akan membuat rasa
tanggungjawab terhadap pekerjaan yang semakin besar dan akan meningkatkan kinerja.
5.3. Pengaruh Lingkungan Kerja Organisasi Target Kerja terhadap Kinerja
Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Target kerja adalah sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai. Dengan
memiliki sasaran yang jelas, para perawat akan lebih fokus untuk melakukan kegiatan asuhan keperawatan. Target kerja sebaiknya ditetapkan oleh karyawan dan penyelia
untuk periode waktu tertentu. Pada akhir periode, karyawan dievaluasi tentang seberapa baik pencapaian sasaran tertentu dan faktor-faktor apa saja yang dialami
dalam menyelesaikan pekerjaan mereka Rivai Basri, 2003. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berdasarkan aspek
target kerja pada kategori cukup 48,3. Berdasarkan persentase kategori target kerja menunjukkan belum sepenuhnya perawat mampu untuk mencapai target kerja
yang telah ditentukan dengan baik. Selanjutnya dari hasil analisis statistik dengan uji regresi berganda menunjukkan bahwa variabel target kerja mempunyai pengaruh
yang bermakna terhadap kinerja perawat dengan nilai p= 0,033 p0,05. Kontribusi target kerja terhadap peningkatan kinerja Nilai B sebesar 0.935. Hal ini berarti
bahwa semakin baik target kerja maka semakin baik tingkat kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sejalan dengan pendapat Malthis dan Jeckson 2001 yang menyatakan bahwa target kerja yang telah dicapai sebaiknya diinformasikan kepada karyawan
agar mereka mengetahui baik buruknya pekerjaannya dan akan mempengaruhi kinerjanya.
5.4. Pengaruh Lingkungan Kerja Organisasi Komunikasi terhadap Kinerja
Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Komunikasi dalam perawatan merupakan suatu interaksi antara perawat dan
pasien, perawat dengan profesi kesehatan lain serta perawat dan komunitas yang dilakukan secara verbal dan non verbal, tertulis dan tidak tertulis serta terencana dan
tidak terencana. Komunikasi dalam kegiatan keperawatan dapat berupa komunikasi horizontal yang terjadi antara sesama perawat pelaksana, ketua tim dengan kepala
ruangan. Komunikasi vertikal terjadi antara kepala ruangan dengan ketua tim, kepala ruangan dengan perawat pelaksana, ketua tim dan perawat pelaksana. Komunikasi
diagonal dilakukan antara perawat dan profesi lain, misalnya dokter, psikolog dan lainnya. Komunikasi yang jelas akan membantu tim perawat kesehatan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang efektif Blais, 2007. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berdasarkan aspek
komunikasi pada kategori baik 54,0. Berdasarkan persentase kategori komunikasi menunjukkan bahwa sebagian besar perawat dapat melakukan komunikasi yang baik
dengan perawat lain, tim, kepala ruangan maupun dengan profesi lain, namun hal ini perlu ditingkatkan lagi. Selanjutnya dari hasil analisis statistik dengan uji regresi
berganda menunjukkan bahwa variabel komunikasi mempunyai pengaruh yang
Universitas Sumatera Utara
bermakna terhadap kinerja perawat dengan nilai p=0,048p0,05. Kontribusi komunikasi terhadap peningkatan kinerja Nilai B sebesar 0.940. Hal ini berarti
bahwa semakin baik target kerja maka semakin baik tingkat kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Koza dan Dant 2006 tentang pengaruh komunikasi, hubungan kerja dan iklim organisasi terhadap kinerja
karyawan pengecer di Amerika Utara yang menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara komunikasi pekerja dengan kinerja.
5.5. Pengaruh Lingkungan Kerja Organisasi Hubungan Kerja terhadap