7.1.3 Evaluasi Alternatif
Setelah konsumen memiliki informasi yang cukup tentang hal yang berkaitan dengan produk yang akan dibeli, mereka akan melakukan evaluasi
alternatif. Evaluasi alternatif didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu alternatif dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Kriteria
alternatif yang digunakan untuk telur ayam dalam penelitian ini adalah kebersihan, kandungan gizi, ukuran, warna, harga, ketersediaan, tanggal
kadaluarsa, izin Depkes RI dan kemasan. Kriteria ini dijadikan pertimbangan awal dalam pembelian telur bermerek dan telur curah di Hero Supermarket Padjajaran
Bogor. Pada evaluasi alternatif ini, analisis yang digunakan adalah Multiple Responden Frequency Table MRTF karena responden boleh menjawab lebih
dari satu atribut telur ayam yang dianggap penting pada saat melakukan pembelian.
Tabel 23. Atribut Telur Ayam di Hero Supermarket Padjajaran Bogor Bogor
Telur Bermerek Telur Curah
Atribut Telur Ayam Jumlah
orang Persentase
Jumlah orang
Persentase
Kebersihan Kandungan Gizi
Ukuran Warna
Harga Kmdahan Memperoleh
Tgl Kadaluarsa Izin Depkes
Kemasan 16
29 2
3 9
7
11 5
4 53.33
96,66 6
10 30
23,33 36,66
16,66 13,33
15 28
9 7
13 8
5 3
2 50
93,33 30
23,33 43,33
26,66 16,66
10 6,66
Pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa sebagian besar konsumen telur ayam mempertimbangkan atribut kandungan gizi dengan persentase untuk telur
bermerek 96,66 persen dan untuk telur curah 93,33 persen. Hal ini disebabkan
oleh semakin tingginya kepedulian konsumen terhadap kualitas gizi dari pangan yang dikonsumsinya. Selanjutnya atribut telur yang dipertimbangkan konsumen
adalah kebersihan dengan persentase untuk telur bermerek 53,33 persen dan untuk telur curah 50 persen. Kebersihan telur sangat penting karena kebersihan
merupakan atribut fisik termudah yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas telur secara visual.
Atribut ketiga yang mempengaruhi konsumen dalam membeli telur ayam adalah tanggal kadaluarsa untuk telur bermerek persentasenya 36,66 persen,
sedangkan untuk telur curah harga merupakan atribut ketiga yang dipertimbangkan dengan persentase 43,33 persen. Hal ini berkaitan dengan
pendapatan konsumen
telur curah
yang mayoritas
antara Rp2.500.001-Rp5.000.000 lebih rendah dibandingkan dengan telur bermerek
Akibatnya, mereka harus lebih selektif dalam memilih makanan yang sesuai dengan pendapatannya dan memiliki kandungan gizi yang cukup. Atribut keempat
yang dipertimbangkan konsumen telur bermerek adalah harga dengan persentase 30 persen sedangkan untuk telur curah yang dipertimbangkan oleh konsumen
adalah ukuran dengan persentase 30 persen. Hal ini disebabkan karena ukuran telur curah yang tidak seragam dan lebih bervariasi sehingga konsumen cenderung
lebih mempertimbangkan ukuran telur yang dibelinya. Atribut kelima yan dipertimbangkan konsumen dalam membeli telur adalah atribut ketersediaan
dengan persentase untuk telur bermerek 23,33 persen dan untuk telur curah 26,66 persen.
7.1.4 Proses Pembelian