Metode Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Definisi Operasional

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu berupa data yang diperoleh langsung dengan melakukan wawancara terhadap konsumen yang dipandu oleh kuisioner yang telah disediakan. Kuisioner yang diberikan berisi tentang karakteristik responden telur ayam bermerek dan telur ayam curah. Selain itu, kuisioner juga berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan proses keputusan pembelian, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan pola konsumsi konsumen telur ayam serta pendapat konsumen mengenai kasus flu burung. Pertanyaan tersebut disusun secara terstruktur dan terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur yang bersumber dari pihak manajemen PT Hero Supermarket Padjajaran Bogor, lembaga-lembaga publik, baik pemerintah BPS, Direktoral Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian dan sebagainya dan swasta. Selain itu juga berasal dari literatur-literatur dan referensi lainnya berupa artikel-artikel di majalah, hasil penelitian terdahulu dan situs-situs internet yang berhubungan dengan topik penelitian.

4.3 Metode Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data

Metode pemilihan sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling pengambilan sampel non peluang yaitu pengambilan sampel yang tidak memperhitungkan peluang atau kemungkinan unit sampel dipilih atau tidak Nazir, 1983. Teknik non probability sampling yang dipilih adalah teknik Convenience Sampling, yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kesediaan responden untuk diwawancarai dengan kuisioner. Teknik ini dipilih karena tidak adanya kerangka sampel sampling frame untuk konsumen telur ayam bermerek dan telur ayam curah di supermarket tersebut. Sampel merupakan orang yang sedang membeli telur ayam bermerek dan telur ayam curah di lokasi penelitian yang telah ditentukan. Jumlah responden yang diambil sebanyak 60 orang yang tersebar di lokasi Fresh and frozen Hero Supermarket Padjajaran Bogor. Responden tersebut terdiri atas 30 orang yang mengkonsumsi telur ayam bermerek dan 30 orang yang mengkonsumsi telur ayam curah. Pengambilan responden tersebut ditentukan dengan cara mewawancarai konsumen yang berada di lokasi fresh and frozen Hero Supermarket Padjajaran Bogor yang membeli telur bermerek dan telur curah. Pengumpulan data dilakukan pada waktu yang bervariasi, seperti pada siang, sore, malam hari serta pada hari kerja dan akhir pekan. Alasan penentuan jumlah sampel sebanyak masing-masing 30 orang responden dalam penelitian ini karena jumlah tersebut merupakan batas minimum untuk mencapai sebaran normal.

4.4 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat tiga metode analisis data yang digunakan, yaitu analisis deskriptif, analisis regresi logistik dan uji t berpasangan. Penjelasan dari masing-masing metode tersebut adalah:

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode analisis yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki Nazir, 1983. Dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli telur, pola konsumsinya dan pendapat konsumen mengenai kasus flu burung di Indonesia. Selanjutnya digunakan tabel-tabel frekuensi tabulasi dan diagram untuk menjabarkan hasil analisis deskriptif yang diperoleh.

4.4.2 Analisis Multiatribut Fishbein

Model Fishbein digunakan untuk memperoleh konsistensi antara sikap dan perilaku konsumen. Berdasarkan model ini, sikap terhadap objek tertentu didasarkan pada perangkat kepercayaan yang diringkas mengenai atribut objek yang bersangkutan yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut produk. Dalam penelitian ini, analisis dengan menggunakan model multiatribut Fishbein ini tidak hanya dilakukan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap telur bermerek, namun juga digunakan untuk mengetahui sikap konsumen tehadap telur curah. Tujuan dilakukannya analisis atribut untuk telur bermerek dan telur ayam curah adalah untuk mengetahui sikap konsumen telur bermerek apabila dibandingkan dengan telur curah. Dalam hal ini dari segi atribut produk, telur bermerek merupakan alat pembanding bagi telur curah. Secara simbolis, formulasi model Fishbein menurut Engel et al. 1994 dapat dirumuskan sebagai berikut : Ao = ei bi n i . 1 ∑ = Keterangan : Ao : Sikap terhadap objek b i : Tingkat kepercayaan bahwa objek memiliki atibut ke-i e i : Evaluasi kepentingan terhadap atribut ke-i yang dimiliki objek sikap n : Jumlah atribut yang menonjol Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan atribut objek sikap. Atribut yang digunakan dalam analisis ini berjumlah sembilan atribut yang terdiri dari warna, ukuran, kebersihan, kandungan gizi, harga, kemudahan memperoleh, tanggal kadaluarsa, izin Depkes RI dan kemasan. Penentuan kesembilan atribut ini didasarkan pada hasil diskusi dengan pihak manajemen PT Hero Supermarket Padjajaran Bogor Departemen Fresh and Frozen serta berdasarkan pengetahuan peneliti yang didapat dari artikel-artikel dan buku-buku yang terkait dengan penelitian. Langkah kedua adalah melakukan pengukuran terhadap komponen kepercayaan bi dan komponen evaluasi ei. Komponen bi menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa suatu produk memiliki atribut yang diberikan. Kekuatan kepercayaan diukur dengan skala evaluasi 5 angka dari atribut yang dipercaya terdapat dalam produk sampai yang tidak dipercaya terdapat pada produk tersebut. Sebagai contoh, apabila ingin diketahui kepercayaan konsumen terhadap atribut kandungan gizi dalam telur bermerek, maka konsumen diminta menilai kepercayaan mereka terhadap atribut kandungan gizi telur ayam bermerek tersebut. Kandungan gizi sangat rendah Kandungan gizi sangat tinggi 1 2 3 4 5 Konsumen akan menganggap atribut produk memiliki tingkat kepentingan yang berbeda. Menurut Sumarwan 2003, evaluasi atribut mengukur seberapa senang konsumen terhadap atribut dari suatu produk. Adapun komponen ei yaitu menggambarkan evaluasi tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut telur ayam secara menyeluruh. Evaluasi tingkat kepentingan ini secara khas dilakukan pada skala evaluasi 5 angka, dimana hal tersebut menunjukkan nilai sangat penting, penting, biasa, tidak penting dan sangat tidak penting. Atribut yang digunakan untuk komponen bi harus sama dengan atribut yang digunakan untuk menghitung komponen ei. Sebagai contoh apabila ingin diketahui sikap responden terhadap atribut kandungan gizi yang terdapat pada telur bermerek, maka konsumen diminta menilai seberapa penting atribut kandungan gizi tersebut bagi konsumen. Kandungan gizi tidak penting Kandungan gizi sangat penting 1 2 3 4 5 Berdasarkan contoh di atas, tanda silang X pada kolom nilai 5 menunjukkan bahwa bagi konsumen kandungan gizi merupakan atribut yang sangat penting. Tanda X pada kolom nilai 3 menunjukkan bahwa konsumen menganggap kandungan gizi yang terdapat pada telur bermerek yang mereka beli biasa saja, sehingga perlu peningkatan kualitas kandungan gizi telur bermerek yang dijual oleh Hero Supermarket Padjajaran Bogor. Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan keseluruhan respon untuk bi dan ei. Setiap skor kepercayaan bi harus lebih dahulu dikalikan dengan skor evaluasi ei yang sesuai. Kemudian seluruh hasil perkalian harus dijumlahkan sehingga dari hasil tabulasi dapat diketahui sikap konsumen terhadap produk dengan membandingkannya dengan skala interval dengan rumus sebagai berikut Simamora, 2002 : Skala Interval = m-nb dimana: m = Skor tertinggi yang mungkin terjadi n = Skor terendah yang mungkin terjadi b = Jumlah skala penilaian yang terbentuk Skala interval tersebut akan mengklasifikasikan lima kategori kepentingan konsumen, yaitu sangat baik, baik, biasa, buruk, sangat buruk. Setelah diketahui tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan, maka selanjutnya diperoleh nilai sikap Ao yang merupakan perkalian tingkat kepentingan dengan tingkat pelaksanaan.

4.4.3 Uji t Berpasangan

Uji t berpasangan bertujuan untuk menguji dua sampel yang berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda ataukah tidak. Sampel berpasangan adalah sebuah sampel dengan subyek yang sama tetapi mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Dalam penelitian ini uji t berpasangan dependent digunakan untuk menganalisis ada tidaknya perbedaaan antara pola konsumsi frekuensi dan jumlah pembelian konsumen telur ayam bermerek dan telur ayam curah sebelum dan setelah kasus flu burung. Hipotesis dari uji t berpasangan ini adalah : Untuk pola konsumsi telur ayam bermerek dilihat dari frekuensi dan jumlah pembelian sebelum dan sesudah kasus flu burung. H0 : μ D = 0 Tidak ada perbedaan antara pola konsumsi telur bermerek dilihat dari frekuensi pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H1 : μ D ≠ 0 Terdapat perbedaan antara pola konsumsi telur bermerek dilihat dari frekuensi pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H0 : μ D = 0 Tidak ada perbedaan antara pola konsumsi telur bermerek dilihat dari jumlah pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H1 : μ D ≠ 0 Terdapat perbedaan antara pola konsumsi telur bermerek dilihat dari jumlah pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung Untuk pola konsumsi telur ayam curah dilihat dari frekuensi dan jumlah pembelian sebelum dan sesudah kasus flu burung. H0 : μ D = 0 Tidak ada perbedaan antara pola konsumsi telur curah dilihat dari frekuensi pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H1 : μ D ≠ 0 Terdapat perbedaan antara pola konsumsi telur curah dilihat dari frekuensi pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H0 : μ D = 0 Tidak ada perbedaan antara pola konsumsi telur curah dilihat dari jumlah pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H1 : μ D ≠ 0 Terdapat perbedaan antara pola konsumsi telur curah dilihat dari jumlah pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung Rumus dari uji t berpasangan adalah : n S d t d = 1 1 2 − − = ∑ = n d d S n i i d n d d n i i ∑ = = 1 dimana : t = Nilai t hitung d = Rata-rata selisih pola konsumsi telur bermerek dan telur curah sebelum dan setelah kasus flu burung dilihat dari frekuensi dan jumlah pembelian d i = Selisih pola konsumsi telur bermerek dan telur curah sebelum dan setelah kasus flu burung responden ke-i dilihat dari frekuensi dan jumlah pembelian Sd = Simpangan baku selisih pola konsumsi telur bermerek dan telur curah sebelum dan setelah kasus flu burung dilihat dari frekuensi dan jumlah pembelian n = Jumlah sampel Nilai t hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel t hitung t tabel atau P value lebih kecil dari α P 5,00 , maka tolak hipotesis nol H0 dan sebaliknya. Jika nilai t hitung lebih kecil dari t tabel t hitung t tabel atau P value lebih besar dari α P 5,00 , maka terima hipotesis nol H0. Untuk memudahkan pengolahan data, maka digunakan program komputer statistik. Program komputer statistik yang dimaksud adalah SPSS Statistical Product and Solution Services versi 13.

4.4.4 Analisis Regresi Logistik

Regresi logistik merupakan persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antar variabel tidak bebas terikat dengan sejumlah variabel bebas. Pada model regresi logistik, variabel terikatnya bersifat biner atau dikotomi yakni memiliki nilai yang diskontinu 0 atau 1. Dalam penelitian ini analisis regresi logistik digunakan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi seorang konsumen membeli telur ayam bermerek dan telur ayam curah. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi keputusan membeli telur bermerek dan telur curah adalah usia, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga, tuntutan kesehatan dan ketersediaan telur. Dengan demikian yang termasuk ke dalam variabel terikat adalah keputusan pembelian telur ayam bermerek atau telur ayam curah. Sedangkan yang termasuk ke dalam variabel bebasnya adalah usia, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga, tuntutan kesehatan dan ketersediaan produk. Model Matematis : Nilai variabel terikat bersifat dikotomi : Y = gX = b0 + b1X1 + b2X2 + ... + bnXn Y = 1, jika konsumen membeli telur ayam bermerek Y = 0, jika konsumen membeli telur ayam curah Model regresi logistiknya : dimana : b = Intersep b 1 – b 8 = Koefisien variabel bebas X X1 = Tingkat pendapatan Rp bulan X2 = Usia tahun X3 = Jumlah anggota keluarga orang X4 = Jumlah balita dalam keluarga orang X5 = Tuntutan kesehatan 1 : Menderita penyakit tertentudianjurkan dokter 0 : Tidak menderita penyakit tertentudianjurkan dokter X 6 = Ketersediaan produk 1 : Selalu tersedia 0 : Pernah tidak tersedia Pd Diploma = Variabel Dummy Pendidikan Diploma D 1 = 1 : Diploma D = 0 : lainnya 1 | harapan Nilai X g X g e e X X Y + = = π ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = 1 ln X X X g π π = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 Pd Diploma + b 5 Pd Sarjana + b 6 Pd Pasca Sarjana Pd Sarjana = Variabel Dummy Pendidikan Sarjana D 1 = 1 : Sarjana D = 0 : lainnya Pd Pasca Sarjana = Variabel Dummy Pendidikan Pasca Sarjana D 1 = 1 : Pasca Sarjana D = 0 : lainnya Nilai Odds Ratio Menurut Agung 2001, nilai odds ratio digunakan untuk melihat hubungan antara variabel terikat Y dengan variabel bebas X yang didapatkan dari perhitungan ekponensial koefisien estimasi atau exp bi. Dalam penelitian ini nilai odds ratio merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan peluang Y=1 jika konsumen memilih telur ayam bermerek dengan Y=0 jika konsumen memilih telur ayam biasa dengan dipengaruhi oleh variabel bebas. Rumus dari odds ratio adalah : ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = Ψ 1 i i X p X p ratio Odds atau ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − 1 Xi P Xi P atau exp bi dimana : Ψ = Odds ratio Xi = Variabel bebas P = Peluang variabel terikat Y terhadap variabel bebas X Uji Rasio Likelihood Uji ini fungsinya untuk melihat pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama dengan membandingkan G hitung dengan Chi Square pada tabel, dimana derajat bebasnya sebesar jumlah variabel bebasnya Hosmer and Lemeshow, 1989. G hitung = 2 { nilai log likelihood - [ n 1 lnn 1 + n lnn - n lnn ] } dimana : G hitung = Nilai rasio likelihood log likelihood = Nilai likelihood model tanpa variabel bebas n 1 = Jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P Y=1 n = Jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P Y=0 n = Total jumlah sampel Uji Wald Uji Wald digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas X yang mempengaruhi variabel terikat Y secara sendiri-sendiri. Uji ini sebanding dengan uji t pada regresi linier. Rumus umum untuk menguji hipotesis ini adalah: H0 : bi = 0 variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat H1 : bi ≠ 0 variabel bebas mempengaruhi variabel terikat Rumus dari Uji Wald adalah : i i i b SE b W = dimana : Wi = Nilai Wald hitung pada variabel bebas ke-i bi = Koefisien penduga regresi logisitk pada variabel bebas ke-i SEbi = Penduga galat baku pada variabel bebas ke-i

4.5 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa definisi operasional yang dapat dijelaskan. Definisi tersebut adalah : 1. Telur bermerek adalah jenis-jenis telur ayam dijual di Hero Supermarket Padjajaran Bogor yang mempunyai kualitas atau nilai tambah pada kandungan gizinya. Contoh telur-telur bermerek ini seperti telur omega 3, telur rendah kolesterol, telur kaya vitamin A dan telur vegetarian. 2. Telur curah adalah telur ayam ras yang dijual di Hero Supermarket Pajajaran Bogor yang tidak mempunyai nama dagang atau disebut juga dengan telur merah. 3. Flu burung adalah jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan diameter 90-120 nanometer. Virus ini termasuk ke dalam famili Orthomyxoviridae. Secara normal virus ini hanya menginfeksi ternak unggas seperti ayam, kalkun dan itik. Walaupun hampir semua jenis unggas dapat terinfeksi tetapi yang diketahui jauh lebih rentan adalah jenis unggas yang diternakkan secara massal seperti ayam puyuh dan itik. Virus ini dapat menyebabkan kematian pada unggas secara mendadak. Penyakit flu burung ini juga dapat menulari manusia melalui kontak dengan unggas yang telah terserang flu burung dan dapat menyebabkan kematian pada manusia. 4. Pasca flu burung adalah keadaan yang terjadi setelah wabah flu burung melanda Indonesia. Keadaan ini dimulai pada tahun 2003, dimana pada saat itu untuk pertama kalinya ditemukan adanya kasus flu burung di Indonesia. 5. Usia adalah jumlah tahun seseorang dari mulai dilahirkan sampai sekarang. 6. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh konsumen. 7. Pendapatan keluarga adalah total jumlah pendapatan atau gaji yang diperoleh dari keluarga konsumen setiap bulannya. 8. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah orang yang ditanggung atau hidup bersama konsumen dalam satu keluarga. 9. Tuntutan kesehatan atau keamanan adalah tingkat kepentingan faktor kesehatan atau keamanan bagi konsumen ketika mengkonsumsi telur. 10. Ketersediaan telur adalah tingkat kemudahan konsumen dalam mendapatkan telur ayam bermerek atau telur ayam curah yang dilihat dari selalu tersedia atau pernah tidak tersedianya produk tersebut di lokasi pembelian. 12. Jumlah balita dalam keluarga adalah jumlah orang atau anak yang berumur dibawah lima tahun yang ditanggung atau hidup bersama konsumen dalam satu keluarga.

BAB V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan PT Hero Supermarket PT Hero Supermarket merupakan salah satu industri ritel pasar swalayan terbesar di Indonesia. PT Hero Supermarket pertama kali didirikan pada tanggal 15 Agustus 1971 dengan nama Hero Mini Supermarket di Jl. Faletehan I No. 23 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pendiri PT Hero Supermarket adalah Bapak Mohamad Saleh Kurnia. Cikal bakal PT Hero Supermarket adalah usaha kaki lima ”Gerobag Dorong” di Gang Ribal yang sekarang lebih dikenal dengan Jalan Pintu Besar Selatan I dengan menjual makanan dan minuman. Pada tahun 1951 usaha kaki lima tersebut dipindahkan ke dalam bentuk toko dengan nama Toko Hero, yang kemudian berkembang dan berubah nama menjadi CV Hero pada tahun 1955. Kegiatan yang dilakukan oleh CV Hero adalah mengimpor makanan dan minuman dari luar negeri dan menjadi agen beberapa produk impor. Melihat potensi pasar produk impor yang semakin besar dan kebutuhan tempat belanja yang belum memadai, maka pada tahun 1971 Bapak Mohamad Saleh Kurnia membuka outlet yang pertama dengan nama Hero Mini Supermarket. Pada tanggal 5 Oktober 1971 bentuk perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas sehingga namanya menjadi PT Hero Mini Supermarket. Pada tahun 1989 PT Hero Mini Supermarket go public meramaikan pasar modal dan merupakan perusahaan ritel pasar swalayan pertama di Indonesia yang memperoleh kepercayaan untuk menjual sahamnya kepada masyarakat luas. Penjualan saham pertama sebanyak 1.795.000 lembar saham dengan nilai nominal