Uji t Berpasangan Metode Analisis Data

Skala Interval = m-nb dimana: m = Skor tertinggi yang mungkin terjadi n = Skor terendah yang mungkin terjadi b = Jumlah skala penilaian yang terbentuk Skala interval tersebut akan mengklasifikasikan lima kategori kepentingan konsumen, yaitu sangat baik, baik, biasa, buruk, sangat buruk. Setelah diketahui tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan, maka selanjutnya diperoleh nilai sikap Ao yang merupakan perkalian tingkat kepentingan dengan tingkat pelaksanaan.

4.4.3 Uji t Berpasangan

Uji t berpasangan bertujuan untuk menguji dua sampel yang berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda ataukah tidak. Sampel berpasangan adalah sebuah sampel dengan subyek yang sama tetapi mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Dalam penelitian ini uji t berpasangan dependent digunakan untuk menganalisis ada tidaknya perbedaaan antara pola konsumsi frekuensi dan jumlah pembelian konsumen telur ayam bermerek dan telur ayam curah sebelum dan setelah kasus flu burung. Hipotesis dari uji t berpasangan ini adalah : Untuk pola konsumsi telur ayam bermerek dilihat dari frekuensi dan jumlah pembelian sebelum dan sesudah kasus flu burung. H0 : μ D = 0 Tidak ada perbedaan antara pola konsumsi telur bermerek dilihat dari frekuensi pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H1 : μ D ≠ 0 Terdapat perbedaan antara pola konsumsi telur bermerek dilihat dari frekuensi pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H0 : μ D = 0 Tidak ada perbedaan antara pola konsumsi telur bermerek dilihat dari jumlah pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H1 : μ D ≠ 0 Terdapat perbedaan antara pola konsumsi telur bermerek dilihat dari jumlah pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung Untuk pola konsumsi telur ayam curah dilihat dari frekuensi dan jumlah pembelian sebelum dan sesudah kasus flu burung. H0 : μ D = 0 Tidak ada perbedaan antara pola konsumsi telur curah dilihat dari frekuensi pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H1 : μ D ≠ 0 Terdapat perbedaan antara pola konsumsi telur curah dilihat dari frekuensi pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H0 : μ D = 0 Tidak ada perbedaan antara pola konsumsi telur curah dilihat dari jumlah pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung H1 : μ D ≠ 0 Terdapat perbedaan antara pola konsumsi telur curah dilihat dari jumlah pembelian sebelum dan setelah kasus flu burung Rumus dari uji t berpasangan adalah : n S d t d = 1 1 2 − − = ∑ = n d d S n i i d n d d n i i ∑ = = 1 dimana : t = Nilai t hitung d = Rata-rata selisih pola konsumsi telur bermerek dan telur curah sebelum dan setelah kasus flu burung dilihat dari frekuensi dan jumlah pembelian d i = Selisih pola konsumsi telur bermerek dan telur curah sebelum dan setelah kasus flu burung responden ke-i dilihat dari frekuensi dan jumlah pembelian Sd = Simpangan baku selisih pola konsumsi telur bermerek dan telur curah sebelum dan setelah kasus flu burung dilihat dari frekuensi dan jumlah pembelian n = Jumlah sampel Nilai t hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel t hitung t tabel atau P value lebih kecil dari α P 5,00 , maka tolak hipotesis nol H0 dan sebaliknya. Jika nilai t hitung lebih kecil dari t tabel t hitung t tabel atau P value lebih besar dari α P 5,00 , maka terima hipotesis nol H0. Untuk memudahkan pengolahan data, maka digunakan program komputer statistik. Program komputer statistik yang dimaksud adalah SPSS Statistical Product and Solution Services versi 13.

4.4.4 Analisis Regresi Logistik