Analisis Deskriptif Analisis Multiatribut Fishbein

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode analisis yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki Nazir, 1983. Dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli telur, pola konsumsinya dan pendapat konsumen mengenai kasus flu burung di Indonesia. Selanjutnya digunakan tabel-tabel frekuensi tabulasi dan diagram untuk menjabarkan hasil analisis deskriptif yang diperoleh.

4.4.2 Analisis Multiatribut Fishbein

Model Fishbein digunakan untuk memperoleh konsistensi antara sikap dan perilaku konsumen. Berdasarkan model ini, sikap terhadap objek tertentu didasarkan pada perangkat kepercayaan yang diringkas mengenai atribut objek yang bersangkutan yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut produk. Dalam penelitian ini, analisis dengan menggunakan model multiatribut Fishbein ini tidak hanya dilakukan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap telur bermerek, namun juga digunakan untuk mengetahui sikap konsumen tehadap telur curah. Tujuan dilakukannya analisis atribut untuk telur bermerek dan telur ayam curah adalah untuk mengetahui sikap konsumen telur bermerek apabila dibandingkan dengan telur curah. Dalam hal ini dari segi atribut produk, telur bermerek merupakan alat pembanding bagi telur curah. Secara simbolis, formulasi model Fishbein menurut Engel et al. 1994 dapat dirumuskan sebagai berikut : Ao = ei bi n i . 1 ∑ = Keterangan : Ao : Sikap terhadap objek b i : Tingkat kepercayaan bahwa objek memiliki atibut ke-i e i : Evaluasi kepentingan terhadap atribut ke-i yang dimiliki objek sikap n : Jumlah atribut yang menonjol Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan atribut objek sikap. Atribut yang digunakan dalam analisis ini berjumlah sembilan atribut yang terdiri dari warna, ukuran, kebersihan, kandungan gizi, harga, kemudahan memperoleh, tanggal kadaluarsa, izin Depkes RI dan kemasan. Penentuan kesembilan atribut ini didasarkan pada hasil diskusi dengan pihak manajemen PT Hero Supermarket Padjajaran Bogor Departemen Fresh and Frozen serta berdasarkan pengetahuan peneliti yang didapat dari artikel-artikel dan buku-buku yang terkait dengan penelitian. Langkah kedua adalah melakukan pengukuran terhadap komponen kepercayaan bi dan komponen evaluasi ei. Komponen bi menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa suatu produk memiliki atribut yang diberikan. Kekuatan kepercayaan diukur dengan skala evaluasi 5 angka dari atribut yang dipercaya terdapat dalam produk sampai yang tidak dipercaya terdapat pada produk tersebut. Sebagai contoh, apabila ingin diketahui kepercayaan konsumen terhadap atribut kandungan gizi dalam telur bermerek, maka konsumen diminta menilai kepercayaan mereka terhadap atribut kandungan gizi telur ayam bermerek tersebut. Kandungan gizi sangat rendah Kandungan gizi sangat tinggi 1 2 3 4 5 Konsumen akan menganggap atribut produk memiliki tingkat kepentingan yang berbeda. Menurut Sumarwan 2003, evaluasi atribut mengukur seberapa senang konsumen terhadap atribut dari suatu produk. Adapun komponen ei yaitu menggambarkan evaluasi tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut telur ayam secara menyeluruh. Evaluasi tingkat kepentingan ini secara khas dilakukan pada skala evaluasi 5 angka, dimana hal tersebut menunjukkan nilai sangat penting, penting, biasa, tidak penting dan sangat tidak penting. Atribut yang digunakan untuk komponen bi harus sama dengan atribut yang digunakan untuk menghitung komponen ei. Sebagai contoh apabila ingin diketahui sikap responden terhadap atribut kandungan gizi yang terdapat pada telur bermerek, maka konsumen diminta menilai seberapa penting atribut kandungan gizi tersebut bagi konsumen. Kandungan gizi tidak penting Kandungan gizi sangat penting 1 2 3 4 5 Berdasarkan contoh di atas, tanda silang X pada kolom nilai 5 menunjukkan bahwa bagi konsumen kandungan gizi merupakan atribut yang sangat penting. Tanda X pada kolom nilai 3 menunjukkan bahwa konsumen menganggap kandungan gizi yang terdapat pada telur bermerek yang mereka beli biasa saja, sehingga perlu peningkatan kualitas kandungan gizi telur bermerek yang dijual oleh Hero Supermarket Padjajaran Bogor. Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan keseluruhan respon untuk bi dan ei. Setiap skor kepercayaan bi harus lebih dahulu dikalikan dengan skor evaluasi ei yang sesuai. Kemudian seluruh hasil perkalian harus dijumlahkan sehingga dari hasil tabulasi dapat diketahui sikap konsumen terhadap produk dengan membandingkannya dengan skala interval dengan rumus sebagai berikut Simamora, 2002 : Skala Interval = m-nb dimana: m = Skor tertinggi yang mungkin terjadi n = Skor terendah yang mungkin terjadi b = Jumlah skala penilaian yang terbentuk Skala interval tersebut akan mengklasifikasikan lima kategori kepentingan konsumen, yaitu sangat baik, baik, biasa, buruk, sangat buruk. Setelah diketahui tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan, maka selanjutnya diperoleh nilai sikap Ao yang merupakan perkalian tingkat kepentingan dengan tingkat pelaksanaan.

4.4.3 Uji t Berpasangan