3.7 Pembahasan
4.2.1 Hasil Belajar Materi Trigonometri
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data hasil belajar materi trigonometri, dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan uji ketuntasan belajar dan uji kesamaan
dua rata-rata, hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional
dengan persentase siswa yang mengalami ketuntasan belajar pada masing-masing kelas berturut-turut adalah 90 dan 67,5, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa
yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Dari dua kelas, terlihat bahwa varians
terbesar adalah pada kelas yang mendapat pembelajaran konvensional. Hal ini berarti kemampuan siswa pada kelas tersebut setelah pembelajaran cenderung
lebih bervariasi dibandingkan dengan kelas yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Hal ini disebabkan pada kelas tersebut, pembelajaran
bersifat klasikal dan jarang terjadi kerjasama antar siswa sehingga kebanyakan aktivitas siswa dilakukan secara individu, jarang kegiatan bekerjasama dan
berbagi satu sama lain. Pada uji ketuntasan hasil belajar, siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC telah mencapai ketuntasan belajar yang didasarkan pada KKM yang ditetapkan di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara untuk mata
pelajaran matematika yaitu 64 serta presentase siswa yang mencapai ketuntasan klasikal minimal sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe CIRC membuat siswa mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata hasil belajar masing-masing kelas diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran
kooperatif tipe CIRC berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Hasil belajar
peserta didik yang dikenai pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih baik daripada hasil belajar peserta didik melalui pembelajaran konvensional.
Pada pembelajaran secara konvensional, pada awalnya memang membuat siswa lebih tenang karena guru yang mengendalikan siswa. Siswa duduk dan
memperhatikan guru ketika menerangkan materi pelajaran, akan tetapi hal itu efektif hanya 15 menit pertama selebihnya mereka sibuk dengan kegiatan masing–
masing. Siswa hanya menerima materi yang diberikan guru secara pasif. Hal ini justru mengakibatkan guru kurang mengetahui pemahaman siswa, karena belum
bisa membedakan siswa yang sudah faham atau belum. Permasalahan lain yang dihadapi oleh siswa adalah kemampuan siswa dalam memahami dan menelaah
soal, karena pembelajaran tidak menggunakan model kelompok maka siswa disibukkan dengan masalah masing–masing dan harus dipecahkan oleh individu
tersebut. Akibatnya permasalahan siswa dalam memahami maksud soal yang diberikan agak lambat dan kecepatan berhitung pun agak lambat sehingga
menghambat tujuan pembelajaran siswa. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, melalui pembelajaran
kooperatif tipe CIRC siswa lebih aktif dan cenderung siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mempelajari terlebih dahulu topik yang akan dibahas. Selain
itu pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman siswa. Guru tidak sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa, tapi guru memfasilitasi siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri sehingga membawa siswa pada pemahaman yang lebih tinggi melalui pemecahan masalah secara kooperatif.
Kemungkinan faktor-faktor yang menjadi penyebab perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe CIRC
dengan siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional adalah sebagai berikut.
1 Pada pembelajaran kooperatif tipe CIRC guru menyediakan pengalaman belajar yang dirancang dalam bentuk kelompok yang membantu siswa dalam
memahami materi dan membangun pengetahuannya sendiri dengan pendampingan guru. Akibatnya, siswa lebih mudah mengingat materi yang
telah dipelajari. Pada pembelajaran konvensional, siswa cenderung pasif dalam menerima materi.
2 Melalui model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa semangat dan termotivasi dalam kegiatan belajar
mengajar. Indikatornya adalah keaktifan siswa dalam menyampaikan pendapat dan gagasan serta menangggapi pendapat temannya. Pada pembelajaran secara
konvensional guru menerangkan dan membahas soal secara klasikal sehingga membosankan dan tidak memotivasi siswa.
3 Dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC, siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling
mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi
dalam pembelajaran kooperatif akan terjalin komunikasi di mana siswa saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang
baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya. 4 Pada pembelajaran kooperatif, pembagian kelompok dilakukan secara merata.
Artinya pada setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi hingga yang rendah sehingga siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dapat membantu siswa dengan kemampuan rendah. Hal itu tidak terjadi pada pembelajaran ekspositori.
Secara umum, pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat terlaksana dengan baik sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun. Setelah melakukan penelitian, peneliti dapat memaparkan bahwa dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC, guru perlu memperhatikan beberapa hal berikut. 1 Kreatifitas guru sangat diperlukan untuk memotivasi siswa, mengorganisasi
siswa dalam memilih permasalahan-permasalahanpertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan mendorong siswa untuk aktif dalam mengemukakan
gagasan. Misalnya dengan memberikan penghargaan kepada setiap siswa yang bertanya
ataupun menyampaikan
gagasannya. Selama
pelaksanaan pembelajaran, siswa kurang berperan aktif. Siswa hanya menyampaikan
gagasannya ketika menyampaikan hasil kerja kelompok dan ditunjuk oleh
guru. Hal ini dikarenakan peneliti kurang kreatif dalam mendorong keaktifan siswa dan tidak ada penghargaan individu.
2 Waktu yang diperlukan untuk menerapkan model pembelajaran CIRC lebih lama dibandingkan pembelajaran secara konvensional sehingga perlu
pengaturan waktu seefektif mungkin. 3 Perlu persiapan yang lebih matang dalam membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran dan media pembelajaran. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, peneliti hanya menggunakan media power point saja sehingga pemahaman
siswa kurang maksimal. Akan lebih bagus jika
pembelajaran juga menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik LKPD. Dengan mengisi LKP,
siswa akan mengingat kembali materi ynag telah diperolehnya sehingga pemahaman siswa lebih maksimal.
4 Pendampingan guru dalam kegiatan kooperatif sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan konsep.
5 Kurang banyaknya soal latihan yang diberikan membuat siswa kurang terampil dalam mengerjakan soal evaluasi. Sehingga dibutuhkan soal latihan
yang lebih banyak lagi khususnya soal diskusi kelompok, untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengerjakan soal.
4.2.2 Hasil Penelusuran Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa