1 menetapkan besaran yang ada dalam masalah seperti variabel yang berkaitan dengan ekspresi trigonometri;
2 merumuskan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan trigonometri, aturan sinus, atau aturan kosinus;
3 menentukan penyelesaian dari model matematika; 4 memberikan tafsiran terhadap hasil-hasil yang diperoleh.
Wirodikromo, 2007: 260.
2.2 Kerangka Berpikir
Lemahnya kemampuan siswa dalam memahami dan mengkonstruksi ide maupun gagasan terhadap konsep-konsep yang berimplikasi pada kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal matematika menjadi salah satu faktor rendahnya hasil belajar matematika siswa. Pada pembelajaran beracuan konstruktivis,
kemampuan siswa dalam memahami konsep sangat diperhatikan. Dalam mengajar, guru tidak sekedar memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa,
tetapi juga melibatkan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, dan bersikap kritis. Dengan demikian, siswa akan mempunyai
kemampuan berpikir yang baik dan mudah memahami serta mengingat konsep- konsep yang dipelajari.
Salah satu penerapan pembelajaran beracuan konstruktivis adalah melalui pembelajaran kooperatif
.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar yang lebih baik, pola kerjasama yang
positif, serta dampak psikologis yang lebih sehat dibandingkan pembelajaran
individualistik Johnson, Johnson, dan Holubec dalam Morgan 2005. Penelitian yang dilakukan oleh Morgan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Melalui
pembelajaran kooperatif, peserta didik menjadi lebih tertarik dan lebih aktif dalam pemecahan masalah matematika. Pembelajaran kooperatif memberikan dampak
yang positif dalam membantu peserta didik memahami konsep yang sulit, menumbuhkan kemampuan kerjasama, menumbuhkan sikap berpikir kritis, dan
mengembangkan sikap sosial peserta didik. Terdapat beberapa tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya model
kooperatif tipe CIRC. Dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC, siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit karena mereka
saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi dalam pembelajaran kooperatif akan terjalin komunikasi di mana siswa
saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam
pembelajaran dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Jadi, siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan teman-
temannya. Pembelajaran koopertaif tipe CIRC memiliki kelebihan tersendiri, dilihat
dari rangkaian kegiatannya peran guru tidak dominan sehingga menuntut peran aktif siswa. Secara empiris melalui penelitian sebelumnya, model pembelajaran
CIRC tersebut terbukti dapat meningkatkan kualitas hasil belajar matematika siswa.
Di dalam model pembelajaran CIRC terdapat komponen-komponen yang dapat membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan membuat
siswa kreatif, karena disini siswa bersama dengan kelompoknya dapat mengembangkan dan bertukar pengetahuannya di dalam mempelajari suatu materi
yang ditugaskan oleh guru. Selain itu, juga terdapat kegiatan pokok pada pembelajaran CIRC dalam menyelesaikan kegiatan pemecahan masalah.
Kegiatan pokok ini sebagai acuan bagi siswa untuk memecahkan suatu permasaalahan yang diberikan guru kepada kelompoknnya. Di sini siswa dapat
memunculkan ide-idenya dan saling berdiskusi untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu permasalahan.
Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosi EQ menjadi indikator paling kuat dalam kesuksesan seseorang. Seseorang yang gagal tidak hanya
karena mereka memiliki IQ yang rendah tetapi karena mereka tidak mampu mengorganisasikan EQ yang dimilkinya. Salah satu komponen kecerdasan emosi
adalah bagaimana seseorang berempati dengan orang lain, misalnya melalui kerja sama, saling membantu, saling memahami, dan saling mengingatkan jika terdapat
kesalahan. EQ sangat erat kaitannya dengan model pembelajaran koopertif khususnya CIRC, sebagaimana diuraikan di atas. Sebab melalui pembelajaran
CIRC peserta didik ditutun untuk saling membantu teman dalam kelompoknya, sehingga melalui kegiatan ini diharapakan dapat meningkatkan empati siswa.
Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe CIRC diduga dapat mencapai
ketuntasan belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC diduga memberikan
hasil belajar yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional dan hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh kecerdasan emosional siswa.
2.3 Hipotesis