Pemahaman Konsep Penalaran dan Komunikasi Pemecahan Masalah

Dalam penelitian ini, yang dimaksud hasil belajar adalah hasil belajar siswa pada materi trigonometri aspek pemecahan masalah. Sedangkan faktor internal yang akan diukur dalam penelitian ini adalah faktor kecerdasan emosional siswa.

2.1.6 Pemecahan Masalah Matematika

Aspek penilaian pembelajaran matematika dibagi menjadi tiga yaitu pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta pemecahan masalah.

2.1.6.1 Pemahaman Konsep

Belajar matematika memerlukan pemahaman konsep, konsep akan melahirkan teorema atau rumus yang dapat diaplikasikan ke situasi lain yang perlu keterampilan. Konsep matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita mengklasifikasikan obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa serta mengklasifikasikan apakah obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa tersebut termasuk atau tidak termasuk ke dalam ide abstrak tersebut. Indikator penilaian aspek pemahaman konsep adalah siswa mampu mengidentifikasikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep.

2.1.6.2 Penalaran dan Komunikasi

Ross dalam Rochmad 2006: 3 menyatakan bahwa salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran matematika adalah mengajarkan kepada siswa penalaran. Penalaran matematika merupakan bagian dari berpikir matematika yang meliputi pembentukan generalisasi dan penarikan kesimpulan yang valid tentang ide-ide O’Daffer dan Thornquist dalam Rochmad, 2006: 4. Dua tipe panalaran matematika yang terpenting adalah penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif digunakan bila dari kebenaran suatu kasus khusus kemudian disimpulkan kebenaran untuk semua kasus. Penalaran deduktif digunakan berdasarkan kosistensi pikiran dan kosistensi logika yang digunakan. Indikator dari aspek penalaran adalah siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif. Komunikasi merupakan suatu bagian yang penting dalam pembelajaran matematika dan pendidikan matematika NCTM dalam Rochmad, 2006: 8. Komunikasi merupakan salah satu cara untuk berbagi ide dan memperjelas pemahaman konsep, prinsip, atau prosedur dalam memecahkan masalah. Indikator penilaian aspek komunikasi yaitu siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikannya.

2.1.6.3 Pemecahan Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari selalu terdapat permasalahan yang harus dicarikan solusinya. Jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan satu cara maka harus mencari penyelesaiannya dengan cara lain. Suatu keadaan merupakan masalah bagi seseorang, tapi belum tentu masalah bagi orang lain jika orang tersebut mengetahui solusi dari keadaan tersebut. Demikian juga dalam belajar matematika, suatu soal atau pertanyaan merupakan masalah bagi siswa tetapi bukan masalah bagi siswa lain. Oleh karena itu harus ada indikator khusus kapan suatu soal dianggap sebagai masalah agar soal tersebut dianggap masalah bagi seluruh siswa. Suatu persoalan dikatakan masalah jika memenuhi beberapa kriteria yaitu: tidak memiliki aturanhukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menyelesaikannya, artinya tidak dapat dikerjakan dengan prosedur rutin; tingkat kesulitannya sesuai dengan struktur kognitif siswa; dan terdapat cara atau prosedur mendapatkan penyelesaiannya Hudojo, 2001: 162-163. Sebuah kerangka kerja sangat diperlukan untuk memecahkan masalah dan mempermudah siswa dalam pengerjaannya. Menurut Hudojo dan Sutawijaya dalam Hudojo 2001: 177-186 langkah-langkah sistematik untuk menyelesaikan masalah adalah sebagai berikut. 1 Memahami Masalah. Untuk memahami masalah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. a Memahami ulang masalah tersebut. Memahami kata demi kata, kalimat demi kalimat. b Mengidentifikasi apa yang diketahui dari masalah tersebut. c Mengidentifikasi apa yang hendak dicari. d Mengabaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan. e Tidak menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga permasalahan menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi. 2 Menyusun Perencanaan Penyelesaian Masalah. Strategi penyelesaian masalah menurut Wheeler diantaranya yaitu: membuat tabel; membuat gambar; menduga, mengetes, dan memperbaiki; mencari pola; menyatakan kembali suatu permasalahan; menggunakan penalaran; menggunakan variabel; menggunakan persamaan; mencoba menyederhanakan permasalahan; menghilangkan situasi yang tidak mungkin; bekerja mundur; menyusun model; menggunakan algoritma; menggunakan penalaran tidak langsung; menggunakan sifat-sifat bilangan; menggunakan kasus atau membagi menjadi bagian-bagian; memvaliditasi semua kemungkinan; menggunakan rumus; menyelesaikan masalah yang ekuivalen; menggunakan simetri; serta menggunakan informasi yang diketahui untuk mengembangkan informasi baru. 3 Melaksanakan Perencanaan Penyelesaian Masalah. Dalam melaksanakan rencana yang tertuang pada langkah kedua, harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan menuliskannya secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar. 4 Melihat Kembali Penyelesaian. Langkah melihat kembali untuk melihat apakah penyelesaian sudah sesuai dengan ketentuan yang diketahui dan tidak terjadi kontradiksi. Empat komponen untuk melihat kembali suatu penyelesaian yaitu mengecek hasilnya; mengiterpretasikan jawaban yang diperoleh; mengecek kembali apakah ada cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama; dan mengecek kembali apakah ada penyelesaian lain. Berdasarkan teori di atas, untuk mempermudah siswa memecahkan masalah, dalam penelitian ini langkah-langkah yang digunakan yaitu: 1 Memahami Masalah. Siswa bersama anggota kelompoknya membaca dan memahami soal secara bersama-sama, kemudian menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan sesuai permasalahan awal. 2 Menyusun Perencanaan Penyelesaian Masalah. Materi dalam penelitian ini adalah trigonometri, sehingga strategi yang paling tepat digunakan yaitu dengan mengubah permasalahan atau apa yang diketahui kedalam bentuk gambar, memisalkan apa yang diketahui ke dalam bentuk variabel, menyusun model matematika, dan menggunakan rumus yang sesuai. 3 Melaksanakan Perencanaan Penyelesaian Masalah. Pada langkah ketiga siswa mengecek kembali langkah kedua, kemudian menggunakan rumus yang sudah ada untuk menemukan solusi dari model matematika yang telah disusun. 4 Melihat kembali penyelesaian. Siswa melihat kembali hasil pekerjaannya dan menafsirkan penyelesaian yang telah diperoleh. 2.1.7 Kecerdasan Emosional 2.1.7.1 Pengertian Emosi

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA PADA SISWA KELAS X MAN MODEL BANDA ACEH

0 4 1

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Sekolah Menengah Pertama

0 12 193

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN LATIHAN INDIVIDUAL TERSTRUKTUR PADA MATERI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 20

0 3 86

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Sharet (TPS) terhadap Hasil Belajar Matematika pada Peserta Didik Kelas X Semester II MAN Kendal dalam Materi Pokok Trigonometri.

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA PELAJARAN EKONOMI

0 0 8

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Minat Belajar Siswa pada Materi Trigonometri Kelas X

0 1 5