40
manusia yang baru. Konsep-konsep yang diabstraksikan dari pengalaman yang lampau, cara mengabstraksikan dan mengorganisasikan konsep-konsep, serta
aturan main yang digunakan untuk mengerti sesuatu, berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan berikutnya.
Kedua, domain pengalaman seseorang domain of experience. Menurut konstruktivisme, pengalaman akan fenomena baru merupakan unsur penting
dalam pengembangan pengetahuan, dan kekurangan dalam hal ini akan membatasi pengetahuan.
Selanjutnya hal yang ketiga adalah, jaringan struktur kognitif seseorang existing cognitive. Struktur kognitif merupakan suatu sistem yang saling
berkaitan. Konsep, gagasan, gambaran, teori, dan sebagainya yang membentuk struktur kognitif saling berhubungan satu dengan yang lain.
2.2.1.2 Teori Belajar Kognitif
Teori belajar adalah teori yang pragmatik. Teori dengan sifat demikian ini hampir dipastikan tidak pernah mempunyai sifat ekstrim. Tidak ada teori belajar
yang secara ekstrim memperhatikan aspek siswa saja, atau teori belajar yang hanya mementingkan aspek guru saja, kurikulum saja, dan sebagainya.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekadar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks Suciati 2005:10. Menurut teori ini, belajar adalah
41
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati.
Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini
tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi bersinambung secara
”klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh siswa. Teori kognitif ini lebih dekat dengan psikologi dari pada teori belajar sehingga aplikasinya dalam
proses pembelajaran tidak mudah Suciati 2005: 36. Baharuddin
2007:87 menyatakan
bahwa aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekadar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik,
tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Oleh karena itu, menurut penganut aliran
kognitif belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan, sehingga perilaku yang tampak pada
manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya.
Salah satu penganut aliran kognitif yang kuat adalah Piaget. Menurut Piaget dalam Suciati 2005, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan,
yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi penyeimbangan. Proses asimilasi adalah proses penyatuan pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa. Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur
42
kognitif ke dalam situasi yang baru. Proses equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget dalam Suciati 2005 membedakan perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat taraf, yaitu 1 taraf sensori motor, 2 pra-operasional, 3
taraf operasional konkrit, dan 4 taraf operasional formal. Walaupun ada perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda.
Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan.
Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program- program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-
pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan
memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Implikasi teori Piaget dalam pendidikan dapat dilihat seperti apa yang
diuraikan Slavin 1994 berikut. 1 Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, tidak
sekadar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban
tersebut. Pengalaman-pengalaman yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan hanya jika guru penuh perhatian
terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan
pengalaman yang dimaksud.
2 Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa
pengajaran pengetahuan jadi ready made knowledge tidak mendapat
43
tekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain
mengajar secara klasik, guru mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.
3 Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh
dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu harus
melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa
daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
Menurut penganut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah dan melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh. Dalam praktik, teori ini
terwujud dalam ”tahap-tahap perkembangan” yang diusulkan oleh Piaget, ”belajar bermakna” oleh Ausubel, dan ”belajar penemuan secara bebas” oleh Bruner.
Yang merupakan titik pusat teori ini adalah wahana bagaimana individu maju dari satu tingkat perkembangan mental atau pengetahuan ke tingkat yang
lebih tinggi. Hal yang pokok dalam teori ini ialah kepercayaan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu dalam interaksi yang terus-menerus dan
selalu berubah dengan lingkungan. Dalam usahanya memahami mekanisme perkembangan kognitif, Piaget
memberikan fungsi intelek dari tiga perspektif Gredler 1991:311. Ketiganya ialah a proses mendasar yang terjadi dalam interaksi dengan lingkungan
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi, b cara bagaimana pengetahuan disusun
44
pengalaman fisik dan logis-matematika, dan c perbedaan kualitatif dalam berpikir pada berbagai tahap perkembangan, operasi konkrit dan formal.
2.2.2 Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa