76
Semi seperti dikutip Oktavianus 2006:48 mengemukakan bahwa wacana deskriptif memberikan perincian tentang objek atau peristiwa sehingga dapat
memberikan pengaruh terhadap imajinasi pembaca atau pendengar. Menurutnya pembaca atau pendengar seolah-olah melihat, mendengar, merasakan langsung
objek atau peristiwa yang sedang dibicarakan. Dengan demikian, ciri-ciri wacana deskriptif adalah mendeskripsikan suatu objek atau peristiwa secara detail,
membentuk imajinasi pembaca atau pendengar, disampaikan dengan gaya bahasa yang memikat.
Dari beberapa pendapat tentang deskripsi, dapat disimpulkan bahwa deskripsi mempunyai ciri berupa uraian yang menggambarkan suatu objek
tempat, benda, orang, keadaan dll secara rinci berdasarkan hasil pengamatan, misalnya dengan melihat, meraba, merasakan atau mengecap, membau, dan
mendengarkan. Menulis karangan deskripsi berarti menulis dengan kata-kata yang membuat pembaca seolah-olah melihat objek yang dideskripsikan. Jadi dalam
menulisan deskripsi, agar hasilnya lebih maksimal penulis harus mampu melibatkan indra untuk merespon apa yang akan dituangkan dalam tulisan.
Pencitraan indra yang sedemikian rinci akan membantu penulis untuk menggambarkan objek yang ditulis secara mendalam.
2.2.7 Tahapan Menulis
DePorter seperti apa yang dikutip Komaidi 2007:34-38 menyatakan ada beberapa tahapan proses menulis yang diambil dari Proyek Penulisan California
dan telah didemonstrasikan sebagai penulisan yang efektif untuk segala jenis
77
tulisan. Tahapan yang pertama yaitu tahap sebelum menulis atau tahap persiapan. Pada tahap ini digunakan teknik pengelompokan clustering dan menulis cepat
fast writing. Tahapan ini, membangun fondasi untuk topik yang berdasarkan pengetahuan, gagasan, dan pengalaman. Tahapan yang kedua adalah tahap
penyusunan draft kasar. Dalam tahapan ini penulis mulai menelusuri dan mengembangkan gagasan-gagasan. Tahapan yang ketiga adalah tahapan berbagi.
Maksud tahapan ini adalah agar penulis dapat menilai secara objektif hasil tulisannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara minta tolong kepada orang lain
untuk memberikan umpan balik. Tahapan keempat adalah tahapan perbaikan revisi. Tulisan yang telah mendapat umpan balik perlu diperbaiki. Tahapan
berikutnya adalah tahapan kelima, tahap penyuntingan editing. Penyuntingan dimaksudkan untuk memperbaiki semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda
baca. Tahapan keenam yaitu tahap penulisan kembali. Dalam tahap ini penulis menulis kembali dengan memasukkan isi baru dan perubahan penyuntingan.
Tahapan yang terakhir adalah tahap evaluasi. Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa kembali dan memastikan bahwa karangan sudah selesai.
Dari apa yang telah dipaparkan tersebut dapat kita simpulkan bahwa menulis adalah sebuah kegiatanproses menuangkan gagasan melalui tahap demi
tahap. Melalui proses tahap demi tahap, diharapkan penulis dapat menghasilkan tulisan yang baik dan efektif.
Harmer 2004:4-6 mengemukakan bagaimana seseorang menulis. Menurut Harmer, karena menulis digunakan untuk tujuan yang sangat bermacam-
macam maka menulis diproduksi dalam bentuk yang berbeda. Pada dasarnya
78
seorang penulis memiliki prinsip yang jelas dalam otaknya sebagai dasar tulisannya. Penulis kadang mengasah otakpikiran mereka lebih dari satu kali,
baik dengan menghapus dan menambah daftaride yang ada. Harmer memberi gambaran bahwa kegiatan menulis meliputi 1 proses langkah-langkah yang
dilakukan penulis sampai bentuk akhir tulisan, 2 isisubject matter, 3 jenis tulisan, misalnya daftar belanjaan, surat, esai, laporan atau novel, dan 4 media
dalam menulis. Satu hal penting yang dapat diambil dari pernyatan Harmer 2004 adalah
bahwa proses menulis terdiri dari empat elemen utama. Keempat elemen utama tersebut yaitu pertama, planing atau perencanaan. Penulis yang berpengalaman
merencanakan apa yang akan mereka tulis. Sebelum mulai menulis, penulis berusaha dan memutuskan apa yang akan ditulis dengan membuat catatan-catatan
detail meskipun cukup dengan menuliskan kata-kata kunci saja. Ketika merencanakan, penulis harus memikirkan tiga hal utama, yaitu a tujuan menulis,
meliputi jenis teks, bahasa, dan informasi yang dipilih, b audiencepembaca, meliputi pilihan kata dan ragam bahasa yang digunakan dalam menulis, serta c
struktur isi tulisan yang meliputi fakta, ide atau argumen. Elemen yang kedua adalah drafting atau pembuatan draf. Penulis dapat
menganggap bahwa versi pertama dari tulisan adalah sebagai draf. Draf akan dikembangkan pada proses berikutnya, karena proses menulis juga akan berlanjut
pada proses editing. Selanjutnya elemen yang ketiga adalah editing, reflecting and revising.
Pada elemen ini terjadi proses mengedit, merefleksi dan merevisi. Ketika penulis
79
telah menghasilkan draf, mereka biasanya membaca apa yang telah mereka tulis untuk melihat mana yang sesuai atau tidak sesuai, mungkin urutan informasi tidak
jelas atau cara penulisannya yang membingungkan atau dapat bermakna ganda, atau susunan kalimat maupun paragrafnya.
Untuk proses refleksi dan revisi ini biasanya penulis dibantu oleh pembaca atau orang laineditor yang memberi komentar. Reaksi pembaca lain terhadap
karya tulis akan membantu pengarang untuk membuat tulisan yang lebih baik. Dari reaksi tersebut dapat ditemukan masukan-masukan yang dapat digunakan
untuk memperbaiki tulisan. Elemen yang keempat adalah final version atau versi akhir. Ketika penulis
telah nengedit draf, mereka membuat perubahan yang dianggap perlu, untuk menghasilkan versi akhir. Langkah ini memungkinkan untuk melihat adanya
perbedaan dari rencana awal dan draf pertama. Harmer menegaskan bahwa proses-proses tersebut merupakan tahapan
yang dilalui penulis untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik. Proses penulisan yang meliputi planing, drafting, editing dan final version merupakan proses yang
saling berkesinambungan yang berupa putaran proses. Keberhasilan proses yang satu akan menentukan keberhasilan proses lainnya.
2.2.8 Mengembangkan Pembelajaran Menulis dengan Teknik Pemetaan