127
Struktur kalimat dikatakan benar apabila struktur yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baik pola kalimat, maupun kebakuan kalimat.
Skor maksimal dapat diperoleh siswa apabila siswa menggunakan kalimat dengan benar.
d. Diksi atau Pilihan Kata
Diksi atau pilihan kata diukur dengan deskriptor 1 Diksi yang digunakan tepat atau sesuai diberi skor 3; 2 Ada beberapa diksi yang tidak tepat atau tidak
sesuai diberi skor 2; dan 3 Lebih banyak diksi yang tidak sesuaitidak tepat diberi skor 1
Pilihan katadiksi dikatakan tepat apa bila kata-kata yang digunakan dalam menulis deskripsi benar-benar sesuai dan dapat menggambarkan atau melukiskan
objek yang ditulis secara rinci.
e. Ejaan
Ejaan diukur dengan deskriptor 1 Penggunaan ejaan sesuai dengan EYD diberi skor 3; 2 Ada beberapa penggunaan ejaan yang tidak sesuai EYD diberi
skor 2; dan 3 Banyak terdapat kesalahan penggunaan ejaan atau ejaan yang digunakan tidak sesuai EYD diberi skor 1.
Ejaan dikatakan tepat apabila tata tulis atau cara penulisan kata dasar, kata-kata berimbuhan maupun kata lain sesuai dengan kaidah ejaan yang
128
disempurnakan. Demikian pula cara penulisan istilah asing maupun kata-kata serapan yang digunakan dalam karangan tersebut harus sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan.
f. Ciri Deskriptif
Ciri karangan deskripsi ini dapat diukur dengan deskriptor 1 Terdapat pencitraan dengan menggunakan 2 indra atau lebih diberi skor 3; 2 Pencitraan
menggunakan 1 indra diberi skor 2; dan 3 Tidak terdapat pencitraan dalam karangan diberi skor 1
Sesuai dengan konsep karangan deskripsi adalah karangan yang berisi lukisan atau gambaran tentang suatu objek secara rinci, maka ciri deskripsi ini
dapat tercermin dengan pencitraan indra. Semakin banyak pencitraan indra yang digunakan semakin jelas pula gambaran atau pelukisan suatu obkek. Dengan
pencitraan indra yang lengkap pelukisan atau penggambaran objek dapat terserap oleh pembaca secara maksimal karena dengan demikian pembaca dapat seolah-
olah melihat sendiri, mendengar sendiri, merasakan sendiri serta mengalami sendiri tentang objek yang dilukiskan oleh penulis.
Keenam tersebut mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda sehingga perlu adanya pembobotan dalam penskoran. Pembobotan tersebut adalah 1
aspek kesesuaian topik dengan isi berbobot 1; 2 aspek hubungan antarkalimat berbobot 2; 3 aspek struktur kalimat berbobot 2; 4 aspek diksi berbobot 2; 5
aspek ejaan berbobot 2; serta 6 aspek ciri deskripsipencitraan indra mempunyai
129
bobot 3. Selanjutnya, jumlah hasil skor dikalikan dengan bobot, dan hasilnya merupkan skor yang diperoleh masing-masing siswa.
Untuk memperoleh
skor rata-rata dapat dilakukan dengan cara
menjumlahkan hasil skor tiap-tiap siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa. Skor rata-rata kelompok eksperimen 1 kemudian dibandingkan dengan skor rata-
rata kelompok eksperimen 2. Dari perbandingan itu dapat terlihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran menulis deskripsi dengan teknik
pemetaan pikiran dengan pembelajaran menulis deskripsi dengan teknik peniruan model.
Dalam penskoran tes berbentuk esai ada kecenderungan yang mengarah pada unsur subjektivitas korektor. Untuk memperkecil unsur subjektivitas dalam
penelitian ini koreksi hasil tes dilakukan oleh dua orang korektor. Hal ini diberlakukan baik pada kelompok eksperimen 1 maupun kelompok eksperimen 2.
Pada kelas eksperimen 1 , peneliti bertindak sebagai korektor I, dan Rahmat Edy Riyanto, S.Pd. bertindak sebagai korektor II. Pada kelompok eksperimen 2 Drs.
Winarno guru kelompok eksperimen 2 bertindak sebagai korektor I, dan Zaemah, S.Pd. bertindak sebagai korektor II. Hasil skor dari korektor I
ditambahkan dengan hasil skor dari Korektor II, kemudian dibagi dua sehingga dapat diperoleh skor rata-rata tiap siswa.
3.11 Teknik Analisis Data