Keefektifan Penggunaan Teknik Pemetaan Pikiran dan Peniruan Model pada Menulis Deskripsi

153 Tabel 20 Paired t-test Aspek Ciri Deskripsi Kelompok Eksperimen 1 Mean N Std. Deviation Std. Error Mean PRE ‐TEST 3.0732 41 .46852 .07317 POST ‐TEST 7.2439 41 2.32143 .36255 Tabel 21 Paired t-test Aspek Ciri Deskripsi Kelompok Eksperimen 2 Mean N Std. Deviation Std. Error Mean PRE ‐TEST 3.1463 41 .65425 .10218 POST ‐TEST 6.7073 41 1.63162 .25482

4.4.3 Keefektifan Penggunaan Teknik Pemetaan Pikiran dan Peniruan Model pada Menulis Deskripsi

. Dari analisis data yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa keefektifan penggunaan teknik pemetaan pikiran dan peniruan model pada pembelajaran menulis deskripsi tidak terdapat dalam setiap aspek penilaian. Pembelajaran menulis deskripsi dengan teknik pemetaan pikiran efektif digunakan untuk meningkatkan menulis deskripsi terutama pada aspek hubungan antarkalimat, struktur kalimat, diksi, dan pencitraan indra sebagai ciri deskripsi. Pembelajaran menulis deskripsi dengan teknik peniruan model efektif digunakan untuk meningkatkan aspek hubungan topik dengan isi dan ejaan. 154 Dari hasil analisis tersebut dapat diartikan bahwa teknik pemetaan pikiran lebih efektif digunakan dalam pembelajaran menulis deskripsi dari pada teknik peniruan model. Perbandingan peningkatan setiap aspek antara kedua teknik tersebut dapat dilihat seperti yang tertera dalam Tabel 22 berikut. Tabel 22 Perbandingan Peningkatan Setiap Aspek pada Teknik Pemetaan Pikiran dan Peniruan Model . No Aspek Pemetaan Pikiran Peniruan Model 1 Hub. Topik –Isi - Lebih baik 2 Hub antarkalimat Lebih baik - 3 Struktur kalimat Lebih baik - 4 Diksi Lebih baik - 5 Ejaan - Lebih baik 6 Pencitraan Indra Ciri Deskripsi Lebih baik - Dari enam aspek penilaian menulis deskripsi, empat aspek diantaranya dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik pemetaan pikiran dan dua aspek yang lainnya dengan memggunakan teknik peniruan model. Hal ini disebabkan oleh pemetaan pikiran mampu merangsang otak siswa sehingga siswa terangsang untuk menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan deskripsi. Dengan pemetaan pikiran siswa lebih merasa mudah untuk merangkaikan kalimat secara runtut. 155 Melalui gambar yang tertera pada pemetaan pikiran, siswa lebih termotivasi untuk menentukan kata secara tepat serta mampu menggunakan pencitraan indra secara maksimal. Teknik peniruan model dapat digunakan untuk meningkatkan aspek hubungan antara topik dengan isi, karena dengan mencermati modelcontoh yang sudah ada siswa berlatih untuk menulis deskripsi sesuai dengan topik yang telah ditentukan. Dalam peniruan model ini meskipun siswa tidak meniru secara sama persis dengan model, tetapi siswa mampu menggali kreativitas dalam pengembangan deskripsi sesuai dengan topik yang telah tersedia. Demikian pula kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dapat terlatih dengan melihat model atau contoh yang disediakan. Secara jelas hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pemetaan pikiran lebih efektif digunakan dalam pembelajaran meulis deskripsi pada siswa kelas X, karena dengan teknik pemetaan pikiran siswa dapat menuangkan gagasan ke dalam tulisan secara logis, runtut, jelas dengan pencitraan indera secara maksimal. Selain apa yang telah dipaparkan di atas, melalui observasi dapat diketahui perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran dengan teknik pemetaan pikiran dan peniruan model. Pada umumnya siswa merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan pemetaan pikiran siswa merasa terpacu serta termotivasi. Rasa jenuh terhadap pembelajaran menulis sebelumnya dapat teratasi karena dengan teknik pemetaan pikiran kreativitas siswa dapat tergali. Demikian pula pada pembelajaran menulis dengan teknik peniruan model. Siswa yang pada 156 pembelajaran menulis sebelumnya merasa kurang berani dalam menuangkan gagasan, dengan dirangsang memakai model yang ada kreativitas siswa dapat muncul. Keberanian siswa juga terlihat saat presentasi ke depan kelas. Baik pada kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 para siswa terlihat sangat antusias dan bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka saling berlomba untuk dapat menampilkan hasil karyanya ke depan kelas.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah berusaha seoptimal mungkin namun masih ada beberapa keterbatasan. Keterbatasan yang pertama, teknik pemetaan pikiran masih dianggap hal yang baru dan asing bagi kelompok eksperimen 1. Hal ini menyebabkan sikap siswa menjadi terlalu hati-hati dalam mengikuti pembelajaran, terutama dalam menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk pemetaan pikiran. Jadi, bimbingan guru sangat berperan penting dalam tahapan ini. Menurut peneliti hal tersebut mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan yang kedua, sampel penelitian hanya dilakukan pada SMA Negeri 2 Kendal dan SMA Negeri 1 Cepiring di Kabupaten Kendal. Peneliti berasumsi jika eksperimen ini dilakukan di luar Kabupaten Kendal ada kemungkinan hasilnya akan berbeda. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil yang berbeda tersebut adalah kondisi sekolah, karakteristik siswa, kompetensi guru, dan faktor pendukung lain dari masing-masing sampel yang