2.1.1.3 Teori Belajar Piaget
Teori ini menekankan pembelajaran melalui penemuan, pengalaman- pengalaman nyata dan memanipulasi langsung alat, bahan atau media belajar yang
lain. Guru mempersiapkan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang luas. Menurut Piaget, sebagaimana dikutip
oleh Sanjaya 2006: 123, perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan formal yang terpisah, namun lebih merupakan penkonstruksian
suatu kerangka mental oleh siswa untuk memahami lingkungan mereka sehingga siswa bebas membangun pemahaman mereka sendiri.
Siswa pasti akan tertarik dengan lingkungan belajar yang dibuat oleh guru dengan interaksi sosial yang baik, sehingga dapat mengembangkan pemahaman
mereka terhadap konsep-konsep matematika, khususnya terkait dengan pengalaman-pengalaman nyata yang mereka miliki, maupun masalah-masalah
konstektual yang sering mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam
menyerap materi-materi yang diberikan guru Sanjaya, 2006: 124. Teori belajar Piaget mendukung dalam penelitian ini karena dalam
memperoleh pengetahuan yang baru siswa ditegaskan dalam kerja kelompok untuk mencari, menyelesaikan masalah, menggeneralisasikan, dan menyimpulkan
hasil kajian atau temuan mereka bersama.
2.1.1.4 Teori Belajar Vygotsky
Menurut Vygotsky sebagaimana dikutip oleh Suherman 2003: 84, interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang-orang lain, merupakan faktor
yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang.
Fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam kerjasama antarsiswa.
Pandangan lain dari Vygotsky adalah scaffolding, yaitu pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian
mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah siswa dapat melakukannya.
Scaffolding menurut Vygotsky, suatu hal penting dalam pemikiran konstruktivisme modern, karena merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah
pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri Rusmono, 2012: 13-14.
Teori belajar Vygotsky mendukung penelitian ini karena model pembelajaran Problem Solving berbasis Gallery Walk menekankan siswa untuk
belajar dalam kelompok-kelompok. Melalui kelompok ini siswa dapat berdiskusi memecahkan masalah yang diberikan dengan saling bertukar ide. Siswa yang
lebih pandai dapat memberikan masukan bagi teman satu kelompoknya, membantu teman yang belum paham sehingga siswa yang pengetahuannya
tentang pelajaran masih kurang dapat termotivasi dalam belajar. Motivasi yang kuat memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar untuk mencapai
ketuntasan belajar.
2.1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah