yang menjelaskan variabel independen. Model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel independen disebut model regresi berganda Gujarati, 1991.
Pendekatan yang paling umum digunakan dalam menentukan garis yang paling cocok disebut Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square OLS.
Metode kuadrat terkecil digunakan untuk menghitung persamaan garis lurus yang meminimisasi jumlah kuadrat jarak antara titik data X-Y dengan garis ya ng diukur
ke arah vertikal Y. Dengan menggunakan OLS, dapat diperoleh intersep dan slope sehingga diperoleh garis regresi yang menunjukkan trend data secara baik.
Dalam mengevaluasi apakah model ya ng digunakan sudah baik atau belum, terdapat beberapa kriteria ya ng memerlukan pengujian secara statistik.
Indikator untuk melihat kebaikan model adalah R
2
, F-hitung, dan t-hitung.ukuran ini digunakan untuk menunjukkan signifikan atau tindakannya model yang
diperoleh secara keseluruhan. Dalam model regresi berganda dapat terjadi keterkaitan antar variabel
bebas yang disebut multikolinieritas. Multikolinieritas merupakan keadaan dimana variabel- variabel independen pada regresi berganda saling berhubungan
erat. Kekuatan multikolinieritas diukur melalui faktor varian inflasi. Dalam analisis regresi dengan data time series dan cross-section terdapat masalah
autokorelasi. Autokorelasi timbul karena sederetan pengamatan dari waktu ke waktu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga suatu nilai kejadian
pada periode waktu sebelumnya akan mempengaruhi nilai pada kejadian peride waktu berikutnya. Pengujian autokorelasi tersebut dilakukan dengan uji Durbin
Watson.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan sebagai bahan pangan
utama oleh sebagian besar penduduk Asia, termasuk Indonesia. Pangan adalah
kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa, sehingga dalam keberlangsungannya ketersediaan beras menjadi hal yang sangat penting bagi
suatu negara. Negara Indonesia merupakan negara produsen utama beras ke tiga di
dunia. Hal tersebut didukung oleh keadaan alam di Indonesia yang sangat potensial untuk menanam padi. Namun demikian negara- negara produsen beras
lainnya seperti Vietnam dan Thailand telah mampu berswasembada beras, bahkan menjadi eksportir beras utama pada tahun 2002 sampai sekarang. Sedangkan
Indonesia yang memiliki lahan lebih luas dari Thailand dan Vietnam sulit sekali mempertahankan swasembada beras yang pernah dicapai pada tahun 1984 bahkan
Indonesia cenderung lebih sering bergantung pada impor beras untuk memenuhi kebutuhan pangan berasnya.
Selain melakukan impor beras, Indonesia juga melakukan ekspor beras untuk beras jenis tertentu. Produksi beras di Indonesia berfluktuasi dengan laju
pertumbuhan yang cenderung semakin menurun. Produksi beras ya ng berfluktuasi tersebut mempengaruhi ekspor beras Indonesia. Sehingga dengan ketidakstabilan
produksi beras dalam negeri, ekspor beras Indonesia cenderung menurun dan bahkan terhapus.
Adanya peningkatan ekspor yang cukup signifikan pada tahun 2004-2005 membuka peluang dan harapan bagi Indonesia untuk mempertahankan keadaan
tersebut dan bahkan untuk mengembangkannya, mengingat pada dasarnya
Indonesia me mang memiliki potensi untuk memproduksi beras. Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi beras seharusnya mampu
meningkatkan produksinya dan mulai berusaha untuk mengembangkan ekspor beras yang sudah ada.
Oleh karena itu kebutuhan unt uk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor beras Indonesia tersebut penting untuk dilakukan guna mengetahui kebijakan strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan produksi beras Indonesia dan ekspor beras yang sudah ada. Pada dasarnya produksi beras merupakan perkalian antara faktor rendemen
beras konversi beras dengan produksi padi. Berdasarkan pada komponen input yang digunakan dalam usahatani padi dan insentif bagi petani untuk menanam
padi, produksi beras Indonesia diduga dipengaruhi oleh luas areal panen padi, harga dasar gabah, pupuk urea, dan curah hujan. Produksi padi pada dasarnya
tergantung pada luas areal panen padi dan produktivitas padi. Sehingga variabel luas areal panen padi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
produksi beras Indonesia. Sedangkan harga dasar gabah merupakan harga yang dapat memberikan insentif bagi petani untuk menanam padi, sehingga ketika
harga dasar gabah akan meningkat, produksi beras pun akan meningkat. Selain luas panen padi dan harga gabah, faktor lain yang dapat
diperhitungkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia adalah pupuk urea dan curah hujan. Hal ini didasari pada suatu
pemikiran dimana pupuk urea merupakan salah satu komponen input utama dalam memproduksi padi sehingga penggunaan pupuk urea akan sangat menentukan