Uji Empiris Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Beras Indonesia
eksogen dalam menjelaskan variabel endogennya sebesar 98,6 dan sisanya sebesar 1,4 dijelaskan oleh variabel eksogen di luar model.
Pengujian parameter secara keseluruhan untuk faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia, dimaksudkan untuk melihat pengaruh bersama-sama
antara variabel bebas variabel eksogen dengan variabel tak bebas endogen. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai P value pada Analysis of
Variance yaitu sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa variabel- variabel penjelas
yang ada di dalam model berpengaruh nyata pada taraf 0,01 secara bersama-sama terhadap volume produksi beras Indonesia. Selain itu pengujian parameter dapat
pula dilakukan dengan melihat nilai F hitung model tersebut. Pada model tersebut dihasilkan nilai F hitung sebesar 442,86
yaitu lebih besar dibanding nilai F tabel sebesar 4,18 pada taraf nyata 0,01. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama
luas areal panen padi Indonesia, harga dasar gabah, pupuk urea, dan curah hujan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa variasi peubah-peubah eksogen dalam persamaan tersebut secara bersama- sama dapat menjelaskan dengan baik variasi peubah endogennya.
Selain itu berdasarkan uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson yang dihitung dengan menggunakan program Minitab 14, persamaan
faktor- faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia memiliki nilai DW sebesar 1,66077. Nilai ini berada diantara d
L
0,94 dan 4 - d
U
1,51, dimana nilai ini mencerminkan tidak terdapatnya autokorelasi dalam model persamaan
tersebut. Pengujian terhadap masalah normalitas, dilakukan dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov. Pada grafik Kolmogorov–Smirnov di lampiran 4
terlihat bahwa titik-titik galat yang ada tergambar segaris. Hal ini juga dibuktikan dengan P value 0,15 yang lebih besar dari
α 5 persen. Maka dapat dinyatakan
bahwa galat model faktor-faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia menyebar secara normal. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam asumsi Ordinary
Least Square OLS adalah syarat homoskedastisitas yang mengharuskan galat
menyebar secara homogen. Dengan melihat grafik residual versus the fitted values
seperti yang terlihat dalam lampiran 4 dimana galat menyebar dan tidak membentuk pola, maka dapat disimpulkan bahwa galat menyebar secara
homogen. Tabel 13. Hasil Pendugaan Persamaan Produksi Beras Indonesia
Variabel Koefisien
t-Hitung P value
VIF
Konstanta Luas areal panen ln-LPt
Harga dasar gabah ln- HGt Pupuk urea ln-PUt
Curah hujan ln-CHt -3,451
1,26647 0,10423
0,16919 0,001546
-2,69 15,21
5,32 12,57
0,24 0,013
0,000 0,000
0,000 0,815
3,0 1,4
2,9 1,0
R-sq 98,6 R-sq adj 98,4
F statistik 442,86 Durbin Watson 1,66077
F tabel 4,18 P value model 0,000
Dari hasil perhitungan analisis regresi di atas, maka dapat dijelaskan pengaruh masing- masing variabel eksogen terhadap variabel endogen yang
berupa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Luas Areal Panen Padi Indonesia ln-LPt Koefisie n regresi variabel luas areal panen padi Indonesia adalah sebesar
1,26647. Karena model persamaan dalam bentuk logaritma natural, maka nilai koefisien regresi langsung menunjukkan nilai elastisitasnya. Nilai elastisitas
variabel luas areal panen padi bernilai 1,26647 yang berarti bahwa peningkatan areal panen padi sebesar 1 akan meningkatkan volume produksi beras
Indonesia sebesar 1,26647 . Nilai elastisitas tersebut bernilai lebih besar dari satu, yang artinya perubahan pada luas areal panen padi responsif terhadap
perubahan produksi beras Indonesia karena perubahan sebesar satu persen pada luas areal panen padi akan mengakibatkan perubahan sebesar lebih besar dari satu
persen pada produksi beras Indonesia. Tanda positif pada variabel luas areal panen padi Indonesia sesuai denga n parameter dugaan yang diharapkan, karena
peningkatan luas areal panen padi akan meningkatkan produksi beras. Hasil perhitungan P value variabel luas areal panen padi Indonesia bernilai
0,000 yang berarti berpengaruh nyata pada taraf 0,01 terhadap produksi beras Indonesia. Hal tersebut menjelaskan bahwa luas areal panen padi Indonesia sangat
berpengaruh terhadap penurunan atau peningkatan produksi beras Indonesia, dengan kata lain luas areal panen padi Indonesia merupakan salah satu faktor
utama yang mempengaruhi produksi beras Indonesia. 2. Harga dasar gabah ln- HGt
Koefisien regresi variabel harga dasar gabah Indonesia adalah sebesar 0,10423. Nilai tersebut menunjukkan nilai elastisitas variabel harga dasar gabah
bernilai 0,10423 yang berarti bahwa peningkatan harga dasar gabah sebesar 1 akan meningkatkan volume produksi beras Indonesia sebesar 0,10423 . Nilai
elastisitas tersebut bernilai lebih kecil dari satu, yang artinya perubahan pada harga dasar gabah tidak responsif terhadap perubahan produksi beras Indonesia
karena perubahan sebesar satu persen pada harga dasar gabah akan mengakibatkan perubahan sebesar lebih kecil dari satu persen pada produksi beras
Indonesia. Tanda positif pada nilai koefisien tersebut sesuai dengan nilai parameter dugaan yang diharapkan, dimana ketika pemerintah menetapkan harga
dasar gabah yang melindungi petani, yaitu dengan meningkatkan harga dasar gabah, maka petani akan meningkatkan produksi padi sehingga produksi beras
juga akan meningkat.. Hasil perhitungan P value variabel harga dasar gabah bernilai 0,000 yang
berarti berpengaruh nyata pada taraf 0,01 terhadap produksi beras Indonesia. Hal tersebut menjelaskan bahwa harga dasar gabah berpengaruh nyata terhadap
penurunan atau peningkatan produksi beras Indonesia. Ketika pemerintah meningkatkan harga dasar gabah, maka hal ini akan menjadi insentif bagi petani
untuk meningkatkan produksinya. 3. Pupuk urea ln-PUt
Koefisien regresi variabel pupuk urea adalah sebesar 0,16919. Nilai tersebut menunjukkan nilai elastisitas variabel pupuk urea bernilai 0,16919 yang
berarti bahwa peningkatan penggunaan pupuk urea sebesar 1 akan meningkatkan volume produksi beras Indonesia sebesar 0,16919 . Nilai
elastisitas tersebut bernilai kurang dari satu, yang artinya perubahan pada penggunaan pupuk urea tidak responsif terhadap perubahan produksi beras
Indonesia karena perubahan sebesar satu persen pada penggunaan pupuk urea akan mengakibatkan perubahan sebesar kurang dari satu persen pada produksi
beras Indonesia. Tanda positif pada variabel pupuk urea sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan, dimana secara teori ketika penggunaan pupuk urea yang
merupakan input bagi beras meningkat, maka produksi beras akan meningkat. Hasil perhitungan P value variabel pupuk urea bernilai 0,000 yang berarti
berpengaruh nyata pada taraf 0,01 terhadap produksi beras Indonesia. Hal tersebut menjelaskan bahwa penggunaan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap
penurunan atau peningkatan produksi beras Indonesia, dengan kata lain pengunaan pupuk urea merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
produksi beras Indonesia. 4. Curah hujan ln-CHt
Koefisien regresi variabel curah hujan adalah sebesar 0,001546. Nilai tersebut menunjukkan nilai elastisitas variabel curah hujan bernilai 0,001546 yang
berarti bahwa peningkatan curah hujan rata-rata sebesar 1 akan meningkatkan volume produksi beras Indonesia sebesar 0,001546 . Nilai elastisitas tersebut
bernilai lebih kecil dari satu, yang artinya perubahan pada curah hujan rata-rata tidak responsif terhadap perubahan produksi beras Indonesia karena perubahan
sebesar satu persen pada curah hujan rata-rata akan mengakibatkan perubahan sebesar lebih kecil dari satu persen pada produksi beras Indonesia. Tanda positif
pada variabel curah hujan sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hasil perhitungan P value variabel curah hujan bernilai 0,815 yang berarti
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi beras Indonesia. Hal tersebut menjelaskan bahwa curah hujan tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan atau
peningkatan produksi beras Indonesia, dengan kata lain curah hujan bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi produksi beras Indonesia. Pada
kenyataannya yang terjadi di lapang, sebagian besar pertanian Indonesia sudah tidak terlalu bergantung pada curah hujan karena telah memiliki sistem irigasi
yang baik. Sistem irigasi ini telah mampu menyimpan air cadangan air, sehingga ketika musim kemarau tiba, pertanian tetap berproduksi.