Perkemba ngan Ekspor dan Impor Beras Dunia

terbesar ke dua, Amerika Serikat memasok sebesar 3 juta ton, dan China memasok sebesar 1,3 juta ton. Keadaan tersebut dapat terlihat pada tabel 10. Sedangkan pada tahun 2005 Thailand masih merupakan negara pengekspor beras terbesar dunia dengan realisasi ekspor beras me ncapai 7 juta ton. Hal ini terjadi karena hanya separuh produksi beras Thailand yang dikonsumsi oleh masyarakatnya. Urutan kedua sebagai negara pengekspor beras ditempati oleh Vietnam, dengan volume ekspor beras sebesar 5 juta ton. Selanjutnya, Amerika Serikat dan India menempati urutan ketiga dan keempat, dengan volume ekspor masingmasing sebesar 3,7 juta ton dan 3,5 juta ton, kemudian disusul oleh Pakistan sebesar 2,8 juta ton Outlook Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, 2007. Tabel 10. Perkembangan Ekspor Beras Dunia Tahun 2001-2004 Negara Tahun 000 ton Share Ratio 2001 2002 2003 2004 Thailand 7.521 7.245 7.552 8.942 30 India 1.936 6.650 4.421 2.542 15 USA 2.541 3.295 3.843 3.192 12 Vietnam 3.528 3.245 3.795 3.900 14 China 1.847 1.963 2.583 1.263 7 Pakistan 2.417 1.603 1.958 1.858 7 Lainnya 4.633 3.866 3.498 3.404 15 Total 24.423 27.867 27.650 25.099 100 Sumber : Subdit Pemasaran Internasional Tanaman Pangan, Tahun 2004 Sedangkan pada tabel 11 tidak semua negara produsen beras menjadi negara pengekspor. Indonesia misalnya merupakan salah satu produsen utama dunia, namun bukan merupakan negara pengekspor beras. Hal ini terjadi karena tingginya konsumsi domestik terhadap komoditas beras. Lain halnya dengan negara-negara lainnya yang menjadi negara pengimpor beras, negara-negara tersebut mengimpor beras karena negaranya tidak memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi beras atau hanya dapat memproduksi beras dalam jumlah yang relatif sedikit, sehingga untuk mencukupi kebutuhan pangan beras domestik, mereka harus melakukan impor. Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa dari volume beras yang diperdagangkan di pasar internasional pada kurun waktu tahun 2001 hingga 2004 sebanyak 30 diserap oleh enam negara importir beras, yaitu Indonesia 9 , Nigeria 6 , Philipina 4 , Iraq 4 , EU-25 . Total impor keenam negara tersebut pada tahun 2001 adalah sebesar 24,4 juta ton dan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2003. Beras yang diimpor adalah total berbagai jenis beras yang diperdagangankan di pasar internasional. Tabel 11. Perkembangan Impor Beras Dunia Tahun 2001-2004 Negara Tahun 000 ton Share Ratio 2001 2002 2003 2004 Indonesia 1.500 3.500 2.750 1.238 9 Nigeria 1.906 18.973 1.600 1.425 6 Philipina 1.175 1.250 1.300 992 4 Iraq 959 17.178 672 1.100 4 EU-25 1.189 1.173 1.189 1.008 4 Iran 765 964 900 963 3 Lainnya 16.929 17.905 19.239 18.454 70 Total 24.423 27.867 27.179 25.179 100 Sumber : Subdit Pemasaran Internasional Tanaman Pangan, Tahun 2004 Pada tahun 2004, impor beras oleh negara- negara pengimpor cenderung menurun, hal ini terlihat dari total impor beras yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut pada tahun 2004 hanya sebesar 25,1 juta ton yang menurun sebanyak 2 juta ton dibandingkan denga n tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan produksi beras pada negara-negara pengimpor beras, sehingga kebutuhan konsumsi sebagian besar telah terpenuhi oleh produksi domestik.

5.3 Keadaan Pergerakan Harga Beras Domestik, Harga Beras Internasional, dan Nilai Tukar.

Perkembangan harga beras domestik pada periode tahun 1995 hingga 2005 menunjukkan angka yang berfluktuasi. Perkembangan harga beras domestik cenderung tidak stabil sejak awal krisis ekonomi pada Juli 1997. Para peneliti menyimpulkan bahwa ketidakstabilan harga beras dalam negeri ditentukan oleh faktor ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar US daripada berkurangnya suplai beras dalam negeri Amang dan Sawit, 1999. Harga beras internasional atau harga beras dunia sangat bergantung pada pasokan beras dari negara Thailand dan Vietnam karena kedua negara tersebut merupakan negara besar dalam mengekspor beras. Patokan harga beras internasional adalah harga beras FOB kualitas 25 persen Broken di Bangkok. Pada saat panen raya, harga beras di pasaran internasional akan cenderung menurun. Sebaliknya, pada saat musim paceklik, harga beras di pasaran internasional akan cenderung meningkat. Trend harga beras di pasar dunia pada dasawarsa 1974-1980 meningkat sebesar 1,85 persen per tahun, pada dasawarsa 1981-1990 sebesar 0,98 persen per tahun, dan pada dasawarsa 1991-2001 menurun sebesar -3,56 persen per tahun Purwoto et al., 2002. Pada tabel 12 terlihat bahwa mulai tahun 1997 harga beras internasional cenderung menurun. Penurunan ini terkait erat dengan musim panen raya di sejumlah negara penghasil beras seperti Thailand, Vietnam, dan Cina yang panennya bersamaan dengan musim paceklik di Indonesia Amang dan Sawit, 1999. Hal ini mengakibatkan banyaknya beras yang masuk ke pasar dalam negeri. Selain itu nilai tukar rupiah terhadap dollar menunjukkan tren yang meningkat dimana nilai rupiah semakin melemah. Dengan keadaan tersebut, meskipun harga beras di pasar internasional cenderung menurun, namun karena nilai rupiah melemah, maka harga beras internasional tetap lebih tinggi dari harga beras domestik. Fenomena ini berlangsung hingga tahun 2003. Tabel 12 . Perkembangan Harga Beras Domestik, Harga Beras Internasional, dan Nilai Tukar Tahun Harga Beras Domestik Rpkg Harga Beras Internasional USkg Nilai Tukar Rupiah Terhadap dollar 1995 776,38 0,304 2.308 1996 880 0,331 2.383 1997 1.063,8 0,289 4.650 1998 2.099,03 0,275 8.025 1999 2.665,58 0,216 7.100 2000 2.215 0,173 9.595 2001 2.449 0,153 10.400 2002 2.842 0,175 8.940 2003 2.759 0,182 8.465 2004 2.795 0,225 9.290 2005 3.332 0,265 9.900 Sumber: Badan Pusat Statistik . Pada tahun 2004 harga beras internasional cenderung meningkat dari 0,182 USkg pada tahun 2003 menjadi 0,225 USkg. Selain itu harga beras domestik juga meningkat walaupun hanya meningkat sebesar Rp.36,00 dari Rp.2.759.,00 menjadi Rp.2.795,00. Pada saat yang sama nilai tukar rupiah terhadap dollar meningkat dari Rp.8.465,00US menjadi Rp.9.290,00US yang mengindikasikan nilai rupiah yang melemah. Hal ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor beras sebagai implikasi dari harga beras internasional yang meningkat dan nilai rupiah yang melemah, meskipun harga