Perkembangan Konsumsi Beras Indonesia

setiap propinsi. Perubahan jenis pangan pokok hanya terjadi pada komoditas bukan beras, seperti antara jagung dengan umbi- umbian dan sebaliknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa preferensi rumah tangga terhadap beras sangat besar dan sulit diubah Mardianto dan Ariani, 2004. Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai lebih dari 219 juta jiwa dengan angka pertumbuhan 1,7 per tahun. Angka tersebut mengindikasikan besarnya bahan pangan yang harus tersedia. Kebutuhan yang besar jika tidak diimbangi peningkatan produksi pangan justru menghadapi masalah bahaya latent yaitu laju peningkatan produksi di dalam negeri yang terus menurun. Jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi pangan maka akan menimbulkan masalah antara kebutuhan dan ketersediaan dengan kesenjangan semakin melebar. Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Tingkat Konsumsi beras di Indonesia Tahun Jumlah Penduduk jiwa Konsumsi Beras Domestik ton 1998 201.537.838 28.501.481,05 1999 204.789.931 25.140.011,93 2000 208.436.800 23.401.199,54 2001 211.063.000 24.515.474 2002 213.722.300 24.611.977,95 2003 214.374.096 24.687.037,92 2004 217.072.346 25.505.827 2005 219.205.000 25.461.186,84 Sumber: Badan Pusat Statistik Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa konsumsi beras perkapita penduduk Indonesia sangat tidak stabil. Pada peride tahun 1998 hingga tahun 2005 konsumsi beras domestik tertinggi adalah pada tahun 1998, kemudian terjadi penurunan konsumsi yang sangat signifikan pada tahun 1999, yang semula sebesar 28,5 juta ton menjadi 25,14 juta ton. Penurunan ini sangat besar kemungkinannya disebabkan oleh kondisi krisis ekonomi dan bukan karena mulai beralihnya konsumsi beras ke non beras. Selain itu hal ini juga disebabkan oleh konsumsi beras per kapita per tahun antara penduduk pedesaan relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk perkotaan, karena banyaknya jumlah penduduk yang mempunyai golo ngan pendapatan rendah di desa jika dibandingkan dengan perkotaan, sedangkan penduduk kota lebih cenderung menyukai jumlah makanan cepat saji yang sebetulnya bukan berbahan baku dari beras Sitepu, 2002. Fenomena penurunan konsumsi ini terus berlangsung tahun 2000, kemudian konsumsi beras kembali berfluktuasi hingga tahun 2005. Namun jika dilihat secara keseluruhan, terjadi penurunan konsumsi beras yang sangat signifikan dari 28,5 juta ton pada tahun 1998 menjadi 25,46 juta ton pada tahun 2005. Hal ini terjadi akibat mulai berubahnya pola konsumsi masyarakat terutama masyarakat perkotaan yang lebih suka mengkonsumsi roti atau berbagai sayuran dengan tujuan mengatur pola diet khusus.

5.1.3 Perkembangan Ekspor dan Impor Beras Indonesia

Analisis perkembangan ekspor sektor pertanian dilakukan sebagai upaya dalam mengevaluasi kinerja dan capaian pembangunan sektor pertanian secara kuantitatif dalam meningkatkan kontribusinya terhadap penerimaan negara. Sektor pertanian dalam hal ini meliput i subsektor tanaman pangan, khususnya padi atau beras. Subsektor tanaman pangan merupakan satu-satunya subsektor yang belum berorientasi ekspor. Fokus peningkatan produktivitas komoditas tanaman pangan lebih diarahkan pada penguatan pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri. Karena itu dalam perdagangan internasional lebih diupayakan penekanan pada bagaimana meningkatkan produksi, diversifikasi produk khususnya untuk produk substitusi impor. Perkembangan volume ekspor beras Indonesia selama periode tahun 1976 hingga tahun 2005 yang dapat dilihat pada lampiran 1 menunjukkan kecenderungan berfluktuasi secara signifikan. Pada periode tahun 1976 hingga 1983 Indonesia hampir sama sekali tidak melakukan ekspor beras. Hal ini karena pada periode tersebut Indonesia belum mampu untuk berswasembada pangan dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, Indonesia harus melakukan impor. Namun pada periode 1984 hingga tahun 1985 mengalami peningkatan yang relatif signifikan. Hal ini terjadi karena pada tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan sehingga ekspor beras dapat dilakukan tanpa mengorbankan konsumsi beras domestik. Pada tahun 1985 hingga tahun 2000 ekspor beras mengalami fluktuasi yang cenderung menurun, bahkan pada tahun 1995 ekspor beras Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan tahun 1994 yaitu dari sebesar 233 ribu ton menjadi 10 ton. Hal ini terjadi karena terjadinya peningkatan konsumsi perkapita dari 139,6 pada tahun 1994 menjadi 171,16 pada tahun 1995, selain itu terjadi peningkatan jumlah panduduk sebesar 1,6 dari tahun sebelumnya. Keadaan ini membuat Indonesia harus mengorientasikan produksi berasnya kepada pemenuhan kebutuhan konsumsi beras domestiknya terlebih dahulu, sehingga ekspor beras menurun secara signifikan. Pada tabel 6 terlihat bahwa peningkatan ekspor beras kembali dicapai oleh Indonesia pada periode tahun 2001 hingga 2002, namun pada tahun 2003 ekspor beras Indonesia turun kembali menjadi 1.234 ton, sedangkan pada tahun 2004