Keadaan Pergerakan Harga Beras Domestik, Harga Beras Internasional, dan Nilai Tukar.

panennya bersamaan dengan musim paceklik di Indonesia Amang dan Sawit, 1999. Hal ini mengakibatkan banyaknya beras yang masuk ke pasar dalam negeri. Selain itu nilai tukar rupiah terhadap dollar menunjukkan tren yang meningkat dimana nilai rupiah semakin melemah. Dengan keadaan tersebut, meskipun harga beras di pasar internasional cenderung menurun, namun karena nilai rupiah melemah, maka harga beras internasional tetap lebih tinggi dari harga beras domestik. Fenomena ini berlangsung hingga tahun 2003. Tabel 12 . Perkembangan Harga Beras Domestik, Harga Beras Internasional, dan Nilai Tukar Tahun Harga Beras Domestik Rpkg Harga Beras Internasional USkg Nilai Tukar Rupiah Terhadap dollar 1995 776,38 0,304 2.308 1996 880 0,331 2.383 1997 1.063,8 0,289 4.650 1998 2.099,03 0,275 8.025 1999 2.665,58 0,216 7.100 2000 2.215 0,173 9.595 2001 2.449 0,153 10.400 2002 2.842 0,175 8.940 2003 2.759 0,182 8.465 2004 2.795 0,225 9.290 2005 3.332 0,265 9.900 Sumber: Badan Pusat Statistik . Pada tahun 2004 harga beras internasional cenderung meningkat dari 0,182 USkg pada tahun 2003 menjadi 0,225 USkg. Selain itu harga beras domestik juga meningkat walaupun hanya meningkat sebesar Rp.36,00 dari Rp.2.759.,00 menjadi Rp.2.795,00. Pada saat yang sama nilai tukar rupiah terhadap dollar meningkat dari Rp.8.465,00US menjadi Rp.9.290,00US yang mengindikasikan nilai rupiah yang melemah. Hal ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor beras sebagai implikasi dari harga beras internasional yang meningkat dan nilai rupiah yang melemah, meskipun harga beras domestik juga meningkat. Hal ini berlangsung hingga tahun 2005 sehingga ekspor beras meningkat cukup signifikan. Pergerakan Harga Beras Domestik, Harga Beras Internasional, dan Nilai Tukar 2000 4000 6000 8000 10000 12000 19 76 19 78 1 9 8 1 9 8 2 19 84 19 86 1 9 8 8 1 9 9 19 92 19 94 1 9 9 6 1 9 9 8 20 00 20 02 2 4 Tahun HEt, HDt, ERt HEt HDt Ert Gambar 4. Pergerakan Harga Beras Domestik, Harga Beras Internasional, dan Nilai Tukar Peningkatan dan penurunan harga beras di tingkat konsumen domestik dalam dasawarsa terakhir 1995-2001 praktis tidak dipengaruhi oleh dinamika harga beras di pasar dunia, tetapi dipengaruhi sepenuhnya oleh dinamika nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Penurunan harga beras di pasar dunia pada dasawarsa 1991-2001 pada hakekatnya merupakan konsekuensi logis pemberlakuan liberalisasi perdagangan global sejak awal dasawarsa 1990-an. Dalam era liberalisasi perdagangan global, penurunan harga komoditas pangan di pasar dunia tidak secara otomatis akan menurunkan harga komoditas pangan serupa di tingkat konsumen domestik selama persentase penurunan harga komoditas pangan di pasar dunia jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase kenaikan nilai tukar persentase depresiasi nilai tukar Purwoto et al., 2006.

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN EKSPOR BERAS INDONESIA

6.1 Uji Empiris Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Beras Indonesia

Berdasarkan model yang dirumuskan yaitu model linier berganda dengan metode Ordinary Least Square OLS, maka pada bagian ini disajikan nilai-nilai dan hasil pendugaan model secara keseluruhan yaitu koefisien determinasi R 2 , uji F, uji t statistik, uji multikolinier, dan uji korelasi. Selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai implikasi ekonomi dari tanda dan besaran parameter dugaan serta nilai-nilai elastisit as yang relevan untuk setiap persamaan dalam model. Pada penelitian ini model persamaan faktor- faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia dimodifikasi menjadi bentuk logaritma natural karena denga n mengubah bentuk model persamaan menjadi bentuk logaritma natural menghasilkan estimasi nilai koefisien determinasi R 2 yang jauh lebih baik daripada nilai koefisien determinasi R 2 yang dihasilkan pada bentuk model persamaan linier biasa, selain itu transformasi model tersebut meniadakan heteroskedastisitas pada model. Pada umumnya keragaan hasil model ekonometrik produksi beras Indonesia sangat baik, dimana memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 98,6 untuk persamaan produksi beras Indonesia. Nilai R 2 sebesar 98,6 pada model persamaan produksi beras Indonesia menjelaskan bahwa kemampuan variabel eksogen dalam menjelaskan variabel endogennya sebesar 98,6 dan sisanya sebesar 1,4 dijelaskan oleh variabel eksogen di luar model. Pengujian parameter secara keseluruhan untuk faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia, dimaksudkan untuk melihat pengaruh bersama-sama antara variabel bebas variabel eksogen dengan variabel tak bebas endogen. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai P value pada Analysis of Variance yaitu sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa variabel- variabel penjelas yang ada di dalam model berpengaruh nyata pada taraf 0,01 secara bersama-sama terhadap volume produksi beras Indonesia. Selain itu pengujian parameter dapat pula dilakukan dengan melihat nilai F hitung model tersebut. Pada model tersebut dihasilkan nilai F hitung sebesar 442,86 yaitu lebih besar dibanding nilai F tabel sebesar 4,18 pada taraf nyata 0,01. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama luas areal panen padi Indonesia, harga dasar gabah, pupuk urea, dan curah hujan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variasi peubah-peubah eksogen dalam persamaan tersebut secara bersama- sama dapat menjelaskan dengan baik variasi peubah endogennya. Selain itu berdasarkan uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson yang dihitung dengan menggunakan program Minitab 14, persamaan faktor- faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia memiliki nilai DW sebesar 1,66077. Nilai ini berada diantara d L 0,94 dan 4 - d U 1,51, dimana nilai ini mencerminkan tidak terdapatnya autokorelasi dalam model persamaan tersebut. Pengujian terhadap masalah normalitas, dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pada grafik Kolmogorov–Smirnov di lampiran 4