Uji Empiris Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Beras Indonesia

dalam menjelaskan variabel endogennya sebesar 71,0 dan sisanya sebesar 29,0 dijelaskan oleh variabel eksogen di luar model. Pengujian parameter secara keseluruhan untuk faktor yang mempengaruhi volume ekspor beras Indonesia, dimaksudkan untuk melihat pengaruh bersama- sama antara variabel bebas variabel eksogen dengan variabel tak bebas endogen. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai P value pada Analysis of Variance yaitu sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa variabel- variabel penjelas yang ada di dalam model berpengaruh nyata pada taraf 0,01 secara bersama-sama terhadap volume ekspor beras Indonesia. Selain itu pengujian parameter dapat pula dilakukan dengan melihat nilai F hitung model tersebut. Pada model tersebut dihasilkan nilai F hitung sebesar 15,28 yaitu lebih besar dibanding nilai F tabel sebesar 4,18 pada taraf nyata 0,01. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama produksi beras Indonesia, nilai tukar rupiah, harga eceran berasharga beras domestik, dan volume impor beras berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variasi peubah- peubah eksogen dalam persamaan tersebut secara bersama-sama dapat menjelaskan dengan baik variasi peubah endogennya. Selain itu berdasarkan uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson yang dihitung dengan menggunakan program Minitab 14, persamaan faktor- faktor yang mempengaruhi volume ekspor beras Indonesia memiliki nilai DW sebesar 1,69902. Nilai ini berada diantara d L 0,94 dan 4 - d U 1,51, dimana nilai ini mencerminkan tidak terdapatnya autokorelasi dalam model persamaan tersebut. Hal ini berarti model tersebut telah memenuhi salah satu syarat yang terdapat dalam metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square OLS, dimana tidak terdapat autokorelasi antar kesalahan pengganggu yang berarti kovarian. Tabel 14. Hasil Pendugaan Persamaan Ekspor Beras Indonesia Variabel Koefisien t-Hitung P value VIF Konstanta Produksi beras ln-PBt Nilai Tukar Rupiah ln-Ert Harga Eceran Beras ln- HEt Konsumsi Beras per Kapita ln- CPt -130.97 9,063 0,879 -0,404 -1.6297 -1,36 1,64 0,62 -0,15 -4,11 0,185 0,114 0,539 0,883 0,000 6,0 8,1 2,1 1,4 R-sq 70,1 R-sq adj 66,3 F statistik 15,28 Durbin Watson 1,69902 F tabel 4,18 P value model 0,000 Pengujian terhadap masalah normalitas, dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pada grafik Kolmogorov–Smirnov di lampiran 6 terlihat bahwa titik-titik galat yang ada tergambar segaris. Hal ini juga dibuktikan dengan P value 0,15 yang lebih besar dari α 5 persen. Maka dapat dinyatakan bahwa galat model faktor- faktor yang mempengaruhi volume ekspor beras Indonesia menyebar secara normal. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam asumsi Ordinary Least Square OLS adalah syarat homoskedastisitas yang mengharuskan galat menyebar secara homogen. Dengan melihat grafik residual versus the fitted values seperti yang terlihat dalam lampiran 6 dimana galat menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa galat menyebar secara homogen. Dari hasil perhitungan di atas maka dapat dijelaskan pengaruh masing- masing variabel eksogen terhadap variabel endogen berupa faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beras Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Produksi Beras Indonesia ln-PBt Koefisien regresi variabel produksi beras Indonesia adalah sebesar 9,063. Nilai tersebut menunjukkan nilai elastisitas variabel produksi beras bernilai 9,063 yang berarti bahwa peningkatan produksi beras sebesar 1 akan meningkatkan volume ekspor beras Indonesia sebesar 9,063 . Nilai elastisitas tersebut bernilai lebih dari satu, yang artinya perubahan pada produksi beras responsif terhadap perubahan volume ekspor beras Indonesia karena perubahan sebesar satu persen pada produksi beras akan mengakibatkan perubahan sebesar lebih dari satu persen pada volume ekspor beras Indonesia. Oleh karena itu perlu diupayakan peningkatan produksi beras agar ekspor pun bisa meningkat. Tanda positif pada variabel produksi beras Indonesia sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hasil perhitungan P value variabel produksi beras Indonesia bernilai 0,114 yang berarti berpengaruh nyata pada taraf 0,2 terhadap volume ekspor beras Indonesia. Hal tersebut menjelaskan bahwa produksi beras Indonesia berpengaruh nyata terhadap penurunan atau peningkatan volume ekspor beras Indonesia, dengan kata lain produksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi volume ekspor beras Indonesia. 2. Nilai Tukar Rupiah ln-ERt Koefisien regresi variabel nilai tukar rupiah adalah sebesar 0,879. Nilai tersebut menunjukkan nilai elastisitas variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar adalah 0,879 yang berarti bahwa peningkatan nilai tukar rupiah sebesar 1 akan meningkatkan volume ekspor beras Indonesia sebesar 0,879 . Nilai elastisitas tersebut bernilai kurang dari satu, yang artinya perubahan pada variabel nilai tukar rupiah tidak responsif terhadap perubahan volume ekspor beras Indonesia karena perubahan sebesar satu persen pada nilai tukar rupiah akan mengakibatkan perubahan sebesar kurang dari satu persen pada volume ekspor beras Indonesia. Tanda positif pada koefisien variabel nilai tukar rupiah sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan, dimana secara teori meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang berarti melemahnya nilai rupiah akan menyebabkan permintaan terhadap dollar meningkat, sehingga ekspor cenderung dilakukan dan ekspor beras pun akan meningkat. Selain itu dengan meningkatnya nilai tukar, berarti daya saing produk negara Indonesia di pasar internasional lebih tinggi sehingga mendorong peningkatan ekspor. Hasil perhitungan P value variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar adalah 0,539 yang berarti bahwa variabel nilai tukar rupiah tidak berpengaruh secara nyata terhadap volume ekspor beras Indonesia. Hal ini berarti nilai tukar bukan menjadi faktor utama yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan volume ekspor beras. 3. Harga Beras Domestik atau Harga Beras Eceran ln-HEt Koefisien regresi harga beras domestik atau harga eceran beras adalah sebesar -0,404. Nilai tersebut menunjukkan nilai elastisitas variabel harga beras domestik atau harga eceran beras bernilai -0,404 yang artinya bahwa peningkatan harga beras domestik sebesar 1 akan menurunkan volume ekspor beras Indonesia sebesar -0,404 . Nilai elastisitas tersebut bernilai kurang dari satu, yang artinya perubahan pada harga beras domestik tidak responsif terhadap perubahan volume ekspor beras Indonesia karena perubahan sebesar satu persen pada harga beras domestik akan mengakibatkan perubahan sebesar kurang dari satu persen pada volume ekspor beras Indonesia. Tanda negatif pada koefisien variabel harga beras domestik atau harga beras eceran sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hal tersebut menjelaskan bahwa ketika harga beras domestik cenderung rendah atau menurun, maka ekspor beras cenderung tinggi karena produsen beras atau pedagang akan memilih mencari keuntungan dengan melakukan ekspor daripada menjual beras di dalam negeri. Hasil perhitungan P value variabel harga beras domestik atau harga beras eceran bernilai 0,883 yang berarti tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor beras Indonesia. Hal ini berarti bahwa penurunan atau peningkatan pada harga beras domestik tidak mempengaruhi secara nyata peningkatan atau penurunan volume ekspor beras Indonesia. 4. Konsumsi beras per kapita ln-CPt Koefisien regresi variabel konsumsi beras per kapita adalah sebesar - 1,6297. Nilai tersebut menunjukkan nilai elastisitas variabel konsumsi beras per kapita bernilai -1,6297 yang artinya bahwa peningkatan konsumsi beras per kapita sebesar 1 akan menurunkan vo lume ekspor beras sebesar 1,6297 . Nilai elastisitas tersebut bernilai lebih dari satu, yang artinya perubahan pada konsumsi beras per kapita responsif terhadap perubahan volume ekspor beras Indonesia karena perubahan sebesar satu persen pada konsumsi beras per kapita akan mengakibatkan perubahan sebesar lebih dari satu persen pada volume ekspor beras Indonesia. Tanda negatif pada koefisien variabel konsumsi beras per kapita sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hal tersebut menjelaskan bahwa ekspor beras dilakukan ketika terjadi surplus produksi. Ketika konsumsi per kapita yang menunjukkan selera masyarakat untuk mengkonsumsi beras menurun, maka kelebihan produksi akan digunakan untuk ekspor. Hasil perhitungan P value variabel konsumsi beras per kapita bernilai 0,000 yang berarti berpengaruh nyata pada taraf 0,01 terhadap volume ekspor beras Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi beras per kapita merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi volume ekspor beras Indonesia.

6.3 Definisi Variabel yang Digunakan

1. Produksi beras Indonesia adalah jumlah total produksi beras di Indonesia yang dinyatakan dalam satuan ton. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 1976-2005. 2. Luas areal panen padi adalah luas areal panen padi yang dinyatakan dengan satuan hektar Ha. 3. Harga dasar gabah adalah kebijakan harga yang diterapkan oleh pemerintah untuk melindungi petani, yang telah dideflasi 1995 = 100 dengan Indeks Harga Konsumen IHK dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 1976-2005. 4. Pupuk urea dalam penelitian ini adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam usahatani padi, yang merupakan pupuk utama dalam produksi padi. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 1976-2005 5. Curah hujan merupakan jumlah curah hujan rata-rata tiap tahun yang diwakili oleh jumlah curah hujan di sentar produksi padi Indonesia, yaitu di pulau Jawa yang dinyatakan dalam satuan mm per tahun mmtahun. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 1976-2005 6. Volume Ekspor beras adalah jumlah seluruh beras yang di ekspor ke luar negeri, tidak termasuk ekspor legal, dinyatakan dalam satuan ton. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 1976-2005. 7. Nilai tukar rupiah terhadap dollar adalah perbandingan dari perubahan mata uang terhadap mata uang negara lain, dinyatakan dalam satuan Rupiah per Dollar Amerika RpUS . Periode waktu yang digunakan adalah tahun 1976- 2005. 8. Harga beras eceran adalah harga rata-rata beras di pasar domestik Indonesia yang telah dideflasi 1995=100 dengan Indeks Harga Konsumen IHK dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 1976-2005. 9. Konsumsi beras per kapita adalah rata-rata jumlah beras yang dikonsumsi oleh seseorang, yang menunjukkan selera masyrakat dalam menkonsumsi beras, dinyatakan dalam satuan kilogram per kapita per tahun Kgkapitatahun. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 1976-2005.