Networking Berbasis Suku Etnis

Ketimpangan dalam penyediaan prasarana dan sarana di Kepulauan Morotai berakibat pada inefisiensi berbagai transaksi di bidang ekonomi. Kondisi ini berdampak negatif pada produktivitas berbagai usaha yang dilakukan oleh masyarakat di Kepulauan Morotai. Sebagai masyarakat kepulauan yang tulang punggung ekonominya berada pada sub sektor perikanan, nelayan di Kepulauan Morotai sangat merasakan akibat ini. Hal yang paling dirasakan adalah tingginya harga faktor-faktor produksi, seperti bensin, minyak tanah, oli, dan faktor produksi lainnya, perbedaannya hampir mencapai 100 dari harga-harga yang di tetapkan oleh pemerintah. Disamping itu harga-harga bahan pokok sebagai kebutuhan sehari-hari masyarakatpun mengalami hal yang sama.

5.5.3. Networking Berbasis Suku Etnis

Secara historis Kepulauan Morotai tidak memiliki penduduk asli, penduduk yang mendiami wilayah Kepulauan Morotai adalah suku pendatang dari Tobelo Galela dan Sangihe Talaud. Untuk itu, dalam analisis networking pulau-pulau kecil yang berbasis pada sukuetnis di Kepulaun Morotai, hanya dianalisis distribusi suku yang yang mayoritas yaitu Suku Tobelo Galela dan Suku Sangihe Talaud. Kedua suku ini tersebar di enam pulau yang berpenghuni, yaitu Suku Tobelo Galela tersebar di Pulau Morotai bagian selatan, timur, dan utara, kemudian Pulau Kolorai, Pulau Galo-Galo Besar, dan Pulau Ngele-Ngele Besar. Sedangkan Suku Sangihe Talaud tersebar di Pulau Morotai bagian utara dan barat, kemudian Pulau Rao dan Pulau Saminyamau. Pada Gambar 16, menunjukan distribusi Suku Tobelo Galela dan Suku Sangihe Talaud dan interaksi dengan daerah asal mereka. Gambaran ini menunjukan bahwa interkoneksitas mereka dengan asal cukup intensif, hal ini terjadi karena pada wilayah ini didukung oleh jalur pelayaran rakyat yang menghubungkan antara daerah asal Tobelo Galela dan Sangihe Talaud dengan wilayah Kepulauan Morotai. Suku Tobelo Galela dalam kegiatan ekonominya memiliki orientasi ganda yaitu sebagai nelayan dan juga sebagai petani, di bidang pertanian Suku Tobelo Galela lebih banyak bercocok tanam pada tanaman tahunan, namun tanaman tahunan yang dominan diusahakan adalah tanaman kelapa, sedangkan di bidang perikanan Suku Tobelo Galela banyak berusaha sebagai nelayan perikanan tangkap dengan komoditas andalan adalah ikan 143 cakalang. Sedangkan suku Sangihe Talaud dalam kegiatan ekonominya umumnya berorientasi sebagai nelayan dan tukang pembuat armada perahu. Gambar 16. Peta Networking Suku Etnis Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Morotai Kabupaten Halmahera Utara. Mencermati pola penyebaran dua suku besar di Kepulauan Morotai, menunjukan penyebaran kedua suku tersebut mempunyai orientasi secara sendiri-sendiri. Hal ini jika ditinjau dari aspek sosiologis dapat diduga tidak terjadi proses transformasi budaya antara kedua suku tersebut. Di sisi lain, dengan pola distribusi seperti ini mengakibatkan kerentanan sosial yang tinggi, terutama dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Untuk itu, dalam pembentukan kelembagaan ekonomi masyarakat harus diciptakan pola kerjasama antar lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang berbasis pada sukuetnis. Hal semacam ini perlu dilakukan untuk mencegah konflik yang terjadi antara suku etnis ditingkat komunallokal dalam pemanfaatan sumberdaya alam.

5.5.4. Strategi Penguatan Networking Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Morotai