................................................................................. 18 cE
E E
p =
−
2
β α
Sehingga :
p c
p E
OA
β α
− =
.......................................................................................... 19
2
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− −
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− =
p c
p p
c p
h
OA
β α
β β
α α
............................................................. 20
D. Analisis Sensitivitas Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap dalam hal ini peningkatan upaya
penangkapan effort dan hasil tangkapan catch pada kondisi open access jika terjadi perubahan harga pada beberapa kondisi yang berbeda baik pada harga input biaya
operasional per trip maupun harga output harga ikan. Dalam analisis ini perubahan harga tersebut dibuat dalam skenario dan dibandingkan dengan kondisi awal.
Asumsi-asumsi Penelitian
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada asumsi model Gordon-Schaefer, yaitu :
1. Populasi ikan menyebar merata 2. Tidak ada kejenuhan penggunaan unit alat tangkap ikan
3. Semua unit alat tangkap aktif melakukan kegiatan penangkapan ikan 4. Setiap unit alat tangkap mempunyai kemampuan yang sama
5. Biaya total penangkapan ikan adalah konstan 6. Harga ikan per satuan tangkapan adalah konstan.
3.5.4. Analisis Kelembagaan Perikanan Cakalang
Analisis kelembagaan perikanan cakalang dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif-kualitatif untuk mengetahui sejauh mana pola kelembagaan
komoditas cakalang yang terdapat di pulau-pulau kecil perbatasan Halmahera Utara dalam pemanfataan sumberdaya perikanan cakalang. Unsur kelembagaan yang
dianalisis adalah kelembagaan pemerintah daerah, pengusaha, dan kelompok nelayan cakalang.
67
Data diperoleh melalui wawacara langsung di lapangan dengan cara mengisi kuisioner. Materi yang diwawancara adalah fungsi dan peranan, serta interaksi antara
lembaga termasuk keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam program pembangunan daerah. Kemudian data tentang program dan kegiatan yang
dilakukan masing-masing lembaga, serta masalah-masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan cakalang.
Pengukuran fungsi dan peranan dari unsur lembaga dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan cakalang dilakukan secara kualitatif. Data tersebut kemudian
diklasifikasi dalam tiga kategori yaitu kategori kurang, cukup, dan baik. Selanjutnya analisis kelembagaan dalam penelitian ini akan dikaji pada tiga aspek yaitu batas
yurisdiksi, hak kepemilikan dan aturan reperesentasi. Menurut Pakpahan dalam Kusrini 2003, kelembagaan dicirikan oleh tiga hal, yaitu : batas yurisdiksi, hak-hak
kepemilikan property right yang berupa hak atas benda materi maupun non materi, aturan representatif rule of the representative. Perubahan kelembagaan dicirikan oleh
satu atau lebih unsur-unsur kelembagaan tersebut. Hasil ini didasarkan dari hasil wawancara ataupun pengisian kuisioner dengan nelayan, instansi terkait, pengusaha dan
data-data ataupun literatur penunjang.
3.5.5. Analisis Networking Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Morotai
Analisis networking pulau-pulau kecil dilakukan pada tiga basis, pertama; berbasis pada orientasi pengelolaan sumberdaya alam yang terdiri atas komoditas ikan
cakalang, ikan kerapu, rumput laut, kopra, dan kayu gelondongan, kedua; berbasis pada prasarana dan sarana sosial ekonomi yang terdiri atas kebutuhan air bersih, kesehatan,
pendidikan, dan sembilan bahan pokok Sembako, serta ketiga; berbasis sukuetnis. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder tentang
gambaran orientasi perdagangan komoditas atau pengelolaan sumberdaya alam, kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi, serta distribusi sukuetnis di Kepulauan
Morotai. Dari data tersebut dipetakan kemudian dibahas secara deskriptif kualitatif. Analisis networking pulau-pulau kecil bertujuan untuk melihat fungsi pulau-pulau
tersebut, sebagai supply, sebagai demand, dan pulau yang berfungsi sebagai transit dalam pengelolaan sumberdaya alam, kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi,
68
serta distribusi sukuetnis. Untuk itu, analisis ini dilakukan tidak hanya dalam wilayah Kepulauan Morotai tetapi, sampai pada interaksi dengan wilayah lain dalam
pengelolaan sumberdaya alam, kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi, serta distribusi sukuetnis. Selain itu, dalam analisis ini juga dilakukan identifikasi harga
deferensiasi harga seperti BC dan PC terhadap perdagangan sumberdaya alam dari Kepulauan Morotai ke wilayah lain.
3.6. Batasan Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Kelembagaan Perikanan adalah kelembagaan formal yang tertulis yang mengatur
hubungan antara nelayan, pemerintah dan pengusaha yang berkaitan dengan hak dan kewajibannya dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan cakalang.
2. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan.
3. Juraganpimpinan operasi adalah nelayan yang memiliki kapal sekaligus memimpin pelaksanaan kegiatan penangkapan.
4. Anak buah kapal ABK adalah nelayan yang kedudukannya sebagai anggota dalam suatu unit penangkapan dan secara aktif melakukan kegiatan penangkapan ikan serta
menerima upah atas balas jasanya. 5. Nelayan tradisional adalah nelayan yang dalam melakukan usaha penangkapan
menggunakan perahu tanpa motor atau motor tempel. 6. Pemanfaatan sumberdaya perikanan adalah setiap kegiatan penangkapan ikan pada
suatu wilayah perairan pesisirlaut. 7. Analisis Bioekonomi model Gordon-Schaefer adalah analisis yang digunakan untuk
melihat pemanfaatan perikanan tangkap dengan memadukan aspek biologi dan ekonomi, dengan berdasarkan pada faktor inpit.
8. Alat penangkapan adalah kesatuan teknis dalam suatu organisasi penangkapan ikan, yang biasanya terdiri dari perahukapal penangkapan, alat tangkap, peti es, serta
peralatan pendukung lainnya. 9. Kegiatan penangkapan adalah operasi penangkapan yang dihitung sejak
perahukapal meninggalkan pelabuhantempat pendaratan menuju daerah operasi
69