- Strategi pengembangan pada level Mikro desa, yaitu pengembangan pada level “grass root” masyarakat berdasarkan tingkat kemampuan masyarakat potensi
sumberdaya manusia dan teknologi dan sumberdaya kelautan. - Strategi pengembangan pada level Messo atau keterkaitan antar pulau-pulau,
yaitu upaya-upaya untuk lebih meningkatkan nilai produksi, dikaitkan dengan pengembangan pasar, pengolahan produksi dan kemudahan transportasi.
- Strategi pengembangan pada level Makro, yaitu mengaitkan kawasan pantai dan pulau-pulau kecil ke dalam sistem yang lebih luas baik sistem nasional maupun
internasional Witoelar, 2000.
2.2.4. Penelitian Terdahulu Tentang Pulau-Pulau Kecil
Ningkeula 2005, melakukan penelitian tentang pemanfaatan dan pengembangan sumber daya pulau kecil di Kabupaten Halmahera Selatan Maluku
Utara, yang bertujuan mengkaji potensi dan kondisi pemanfaatan Sumber daya pulau kecil melalui penentuan kesesuaian, peruntukan pemanfaatan sumber daya pulau kecil
untuk pengembangan wilayah. Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukan bahwa desa- desa dalam Kabupaten Halmahera Selatan memungkinkan untuk peruntukan budi daya
keramba jaring apung KJA, budi daya mutiara, budi daya rumput laut, pariwisata pantai dan pemukiman nelayan, sedangkan dari analisis lokasi menunjukan sektor yang
lebih unggul adalah sektor pertanian sementara sektor perikanan masih dalam skala kecil, walaupun tiponomi desa-desa pesisir di Halmahera Selatan adalah perikanan.
Mutmainnah 2004, melakukan penelitian tentang pemanfaatan sumber daya pulau kecil di Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan, dengan penekanan
pada analisis tingkat pemanfaatan sumber daya berdasarkan pada aspek bioteknis, lingkungan, ekonomi, sosial, budaya dan kelembagaan guna mengkaji pemanfaatan
sumber daya secara lestari. Pemanfaatan sumber daya telah mencapai titik optimal, untuk budi daya tambak dan konversi lahan mangrove ke pemukiman tidak layak untuk
dilanjutkan, karena dari hasil analisis usaha budi daya tambak tidak menguntungkan, selain itu aktivitas penangkapan ikan telah mengalami overfishing sejak tahun 1999
walaupun usaha tersebut masih menguntungkan. Akhirnya ia merekomendasikan bahwa prioritas pengembangan pemanfaatan sumber daya di Pulau Tanakeke berdasarkan
31
aspek bioteknis, lingkungan, ekonomi, sosbud dan kelembagaan adalah budi daya rumput laut.
Lamatenggo 2002, mengkaji potensi dan pengelolaan sumber daya pulau-pulau kecil secara berkelanjutan di Pulau Gag Kabupaten Sorong Papua. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk melihat potensi SDA, permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan SDA dan bagaimana upaya pengelolaan secara berkelanjutan.
Pulau-pulau ini mempunyai potensi yang besar, namun permasalahan yang dihadapi adalah penangkapan ikan oleh nelayan setempat dengan menggunakan bahan
peledak dan potasium, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup, skala usaha perkebunan dan perikanan yang tradisional, rendahnya SDM, status hutan
lindung Pulau Gag dan minimnya sarana transportasi untuk memasarkan hasil perkebunan dan hasil laut ke daerah lain. Untuk pengembangan pengelolaan sumber
daya secara berkelanjutan perlu dilakukan penataan ruang untuk menghindari konflik, pengelolaan sumber daya secara terpadu, peningkatan SDM dan pemberdayaan
ekonomi penduduk lokal, melibatkan penduduk lokal dalam pengelolaan sumber daya berdasarkan aturan yang ditetapkan, intensifikasi perkebunan dan perikanan serta
penyediaan sarana dan penambahan frekuensi transportasi ke Pulau Gag. Lumbangaol 2002, melakukan penelitian tentang Pengelolaan sumber daya
pulau-pulau kecil di Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara, tujuan penelitian ini untuk mempelajari karakteristik umum dan struktur masyarakat, peran
serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pulau-pulau kecil. Ternyata di Kepulauan Tobea memiliki keragaan sumber daya alam yang cukup kompleks yang
belum dimanfaatkan secara optimal, perikanan tangkap merupakan usaha andalan masyarakat tetapi yang lebih prospektif adalah budi daya rumput laut, namun demikian
menurutnya untuk strategi pengembangan Kepulauan Tobea adalah perikanan tangkap. Selain itu pemerintah memegang peran penting dalam pengelolaan pulau-pulau
kecil sedangkan partisipasi masyarakat sangat rendah, hal ini disebabkan karena pada kepulauan ini tidak terdapat hukum-hukum adat yang mengatur tentang pengelolaan
sumber daya, sehingga peran pemerintah daerah sangat dominan dalam mengatur pengelolaan sumber daya berdasarkan kebijakan dan program yang merupakan produk
pemerintah pusat.
32
Sedangkan menurut Manafi 2003, sesuai hasil penelitiannya tentang Pendekatan penataan ruang dalam pengelolaan pulau kecil di Pulau Kaledupa Taman
Nasional Laut Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara, dengan tujuan penelitian adalah menganalisis pemanfaatan ruang ditinjau dari kesesuaian lahan. Hasilnya mengingat
lokasi budidaya laut juga terletak di wilayah kegiatan wisata, maka pengaturan teknis sebaiknya mengadopsi kearifan lokal yang telah ada dan pernah berlaku
KamboLimbo. Sedangkan untuk wilayah yang belum diatur oleh KamboLimbo mengacu pada kesesuaian fisik geografis dan sosial ekonomi masyarakat.
Abubakar 2004, dalam penelitiannya tentang analisis kebijakan pemanfaatan pulau-pulau kecil perbatasan studi di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menyusun suatu alternatif kebijakan pemanfaatan pulau- pulau kecil perbatasan yang komprehensif dengan mempertimbangkan aspek biofisik,
sumberdaya alam, ekonomi, sosial, budaya, hukum dan kelembagaan, serta pertahanan dan keamanan. Hasil analisis kombinasi metode SWOT dan AHP A’WOT menunjukan
bahwa urutan prioritas kebijakan pemanfaatan pulau-pulau kecil perbatasan adalah : 1 pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan lestari, 2 penataan hukum dan
kelembagaan, 3 peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah, 4 peningkatan aksesibilitas terhadap pulau-pulau kecil perbatasan, 5 pengembangan
sistem pertahanan dan keamanan di pulau-pulau kecil perbatasan, 6 pengembangan perekonomian di pulau-pulau kecil perbatasan, 7 pengembangan aspek sosial budaya
masyarakat pulau-pulau kecil perbatasan, dan 8 pengisian dan pendistribusian penduduk pada pulau-pulau kecil perbatasan.
Arifin 2006, melakukan penelitian tentang penentuan daerah penangkapan ikan cakalang dengan menggunakan data satelit multisensor di daerah perairan Laut Maluku.
Tujuan penelitian ini adalah mendeteksi profil suhu permukaan laut, sebaran klorofil-a, dan thermal front serta upwelling di perairan Laut Maluku untuk memetakan daerah
penangkapan ikan DPI cakalang yang potensial di perairan Laut Maluku. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 4 DPI potensial di Laut Maluku dengan jarak 4 – 12
mil, yaitu zona A daerah Kepulauan Morotai, zona B daerah Kepulauan Batang Dua P. Tifure dan Mayau, zona C daerah Kepulauan Bacan dan Obi, dan zona D daerah
Kepulauan Sula.
33
2.2.5. Networking Pulau-Pulau Kecil Interaksi Spasial