Networking Pulau-Pulau Kecil Interaksi Spasial

2.2.5. Networking Pulau-Pulau Kecil Interaksi Spasial

Mengingat keterbatasan teori-teori tentang networking interaksi antar pulau- pulau kecil maka dalam pustaka networking pulau-pulau kecil ini didasarkan pada teori- teori interaksi spasial, karena pada dasarnya prinsip-prinsip dan pola interaksi antara wilayah menggunakan kaidah-kaidah yang sama. Interaksi spasial adalah suatu istilah umum mengenai pergerakan spasial dan aktivitas-aktivitas manusia Hayness dan Fotheingham dalam Rustiadi et al. 2005. Model grafitasi adalah model interaksi spasial yang paling umum digunakan. Jika hubungan komplementer mewakili kekuatan yang mendorong terjadinya interaksi, dimana transferability dan interviewing opportunity mewakili aspek yang berbeda dari pengaruh friction of distance, maka kita dapat menggagalkan teori Ullman dari tiga prinsip menjadi dua, yaitu: 1 Mesin penggerak dari pergerakan dan interaksi adalah kekuatan dorong-tarik dari supply-demand dan 2 penghambat pergerakan dan interaksi adalah pengaruh friction of distance. Kedua prinsip tersebut mengikuti hukum grafitasi Newton yang dikembangkan dan diaplikasikan dalam interaksi sosial ekonomi. Caret dan Ravenstein dalam Rustiadi et al. 2005, menemukan adanya hubungan pararel antara migrasi masyarakat menurut hukum grafitasi Newton. Interaksi antara dua tempat dua kala dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan oleh masyarakat di dua tempat tersebut, jarak antara dua tempat tersebut dan besarnya pengaruh jarak antara dua tempat tersebut. Setiap bagian wilayah mempengaruhi faktor endowment yang khas dalam bentuk sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, penduduk dalam wilayah tersebut sering harus memenuhi dari wilayah lain, oleh karena itu penduduk harus melakukan perjalanan ke wilayah lain sehingga membentuk hubungan antar wilayah. Hubungan atau kontak ini secara ekonomi dapat digambarkan sebagai proses permintaan dan penawaran. Hubungan antar wilayah dapat disebut sebagai keterkaitan linkages antara wilayah dimana terjadi kebergantungan antar wilayah. Kontak atau hubungan antar wilayah tersebut dapat juga diartikan sebagai interaksi. Secara harfiah interaksi dapat diartikan sebagai hal yang saling ’mempengaruhi’. Keterkaitan antar wilayah tidak dapat terjalin bila tidak didukung 34 prasarana dan sarana penghubung antar kedua wilayah yang saling berinteraksi, dukungan tersebut dapat merupakan prasarana dan sarana transportasi, meskipun dapat pula dalam bentuk lain. Oleh karena itu keterkaitan linkages antar wilayah adalah bentukan dari proses interaksi antar wilayah yang diakibatkan adanya hubungan supply- demand, yang didukung oleh kemudahan perhubungan antara keduanya, serta dapat menguntungkan, merugikan maupun saling mendukung salah satu maupun kedua wilayah yang berinteraksi tersebut Kasikun, 2004. Pola keterkaitan pertama adalah pola asimetris. Dalam pola keterkaitan asimetris terjadi suatu bentuk eksploitasi kota-kota sebagai bagian di atas dari hirarki terhadap desa-desa sebagai bagian hirarki di bawahnya. Terjadi eksplorasi dan penyapuan sumberdaya alam backwash effect besar-besaran di wilayah hinterlannya tanpa adanya timbal balik yang memberikan keuntungan di wilayah-wilayah perdesaan di bawahnya. Pola asimetris adalah suatu proses eksploitasi yang lebih bersifat simbiosis parasitisma yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain. Suatu keadaan yang menciptakan pembangunan yang tidak berimbang, saling melemahkan dan tidak berkelanjutan. Pola keterkaitan kedua adalah pola simetris yang memberikan proses kompetitif antara kota-kota dalam hirarki teratas dengan desa-desa dalam hirarki di bawahnya. Terdapat suatu proses yang bersifat simbiosis mutualisma yang memberikan keuntungan di kedua belah pihak. Pola simetris ini akan menciptakan pembangunan yang berimbang, saling memperkuat dan berkelanjutan. Menurut Rondinelli dalam Kasikun 2004, dalam pembangunan spasial, jenis- jenis keterkaitan yang utama dapat dikelompokan dalam tujuh tipe, yaitu: 1 Keterkaitan fisik; jaringan jalan, jaringan transportasi sungai dan air, jaringan kereta api, dan ketergantungan ekologis. 2 Keterkaitan ekonomi; pola-pola pasar, arus bahan baku dan bahan antara, arus modal, keterkaitan produksi, pola konsumsi dan belanja, arus pendapatan, dan arus komoditi sektoral. 3 Keterkaitan pergerakan penduduk; migrasi-temporer dan permanen, dan perjalanan kerja. 4 Keterkaitan teknologi; kebergantungan teknologi, sistem irigasi, dan sistem telekomunikasi. 5 Keterkaitan interaksi sosial; pola visiting, pola kinship, kegiatan rites, rituals dan keagamaan, dan interaksi kelompok sosial. 6 Interaksi deliveri pelayaran; arus dan jaringan energi, 35 jaringan kredit dan finansial, keterkaitan pendidikan, training dan pengembangan, sistem deliveri pelayanan kesehatan, pola pelayanan profesional, komersial dan teknik, dan sistem pelayanan transportasi. 7 Keterkaitan politik, administrasi dan organisasi; hubungan struktural, arus budget pemerintah, kebergantungan organisasi, pola otoritas- approval-supervisi, pola transaksi inter-yuridiksi, dan rantai keputusan politik informal.

2.3. Sumber Daya Perikanan dan Konsep Bioekonomi