Sedangkan pada sub sektor perkebunan dalam analisis ini hanya dilakukan pada komoditas kelapa kopra. Pengelolaan kelapa memiliki networking yang cukup kuat
antara pulau-pulau, karena masyarakat di Kepulauan Morotai secara umum memiliki orientasi ekonomi ganda, selain sebagai nelayan juga sebagai petani kopra. Komoditas
kopra memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat di Kepulauan Morotai, namun dukungan prasarana dan sarana ekonomi yang minim serta
kelembagaan petani yang lemah menjadikan networking antar desa pulau terjadi dalam konteks hubungan pedagang dan petani. Padahal sebagai sub sektor unggulan
masyarakat di Kepulauan Morotai, networking berbasis pengelolaan sumberdaya alam kelapa antar pulau, tidak hanya sekedar hubungan antara petani dan pedagang, akan
tetapi hubungan antara kelompok tani satu desa pulau dengan kelompok tani desa pulau yang lain menjadi hal yang penting. Hal ini dimaksud untuk peningkatan posisi
tawar antara kelompok tani kelapa dengan pedagang kelapa, sehingga dapat tercipta hubungan antara petani dan pedagang yang saling memperkuat sinergi bukan saling
memperlemah eksploitasi.
5.5.2. Networking Berbasis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi
1. Networking pulau-pulau kecil di Kepulauan Morotai Halmahera Utara berbasis prasarana dan sarana sosial ekonomi untuk kebutuhan air bersih.
Dengan karakteristik pulau yang kecil smallness, Pulau Kolorai, Galo-Galo Besar, Ngele-Ngele Besar, dan Saminyamau memiliki luas lahan yang kecil, kondisi
tersebut menjadikan pulau-pulau ini memiliki sumber air dan cadangan air tanah yang terbatas. Selain itu di pulau-pulau tersebut tidak terdapat prasarana dan sarana air bersih
yang memadai, penduduk setempat memperoleh air bersih pada sumur galian mereka, namun karena sangat dekat dengan pantai kualitas airnya tidak memenuhi standar air
bersih. Kondisi ini menyebabkan pada musim kemarau pulau-pulau ini selalu mempunyai ketergantungan air bersih dengan pulau lainnya yang berdekatan.
Berdasarkan Gambar 12, Pulau Kolorai dan Pulau Galo-Galo Besar, dalam memenuhi kebutuhan air bersih diperoleh pada Kota Daruba Pulau Morotai. Sedangkan
Pulau Ngele-Ngele Besar kebutuhan air bersih diperoleh di Desa Wayabula dan Tiley yang terletak di Pulau Morotai. Kemudian untuk Pulau Saminyamau orientasi air bersih
138
ke Desa Wayabula Pulau Morotai dan Desa Posi-Posi yang terletak di Pulau Rao. Dari networking tersebut Pulau Morotai dan Pulau Rao berfungsi sebagai pemasok supply
air bersih, sedangkan Pulau Kolorai, Pulau Galo-Galo Besar, Pulau Ngele-Ngele Besar, dan Pulau Saminyamau berfungsi sebagai pulau yang menjadi membutuhkan air bersih
demand .
Gambar 12. Peta Networking Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Morotai Berbasis Prasarana Sosial Ekonomi Kebutuhan Air Bersih.
2. Networking pulau-pulau kecil di Kepulauan Morotai Halmahera Utara berbasis prasarana dan sarana sosial ekonomi untuk kebutuhan pendidikan
Jika dianalisis networking pulau-pulau kecil di Kepulauan Morotai Halmahera Utara dalam aspek kebutuhan pendidikan pada Gambar 13, maka Pulau Rao, Pulau
Saminyamau memiliki networking dengan Pulau Morotai bagian selatan barat di Desa Wayabula, sedangkan Pulau Ngele-Ngele Besar, Pulau Galo-Galo Besar, dan Pulau
Kolorai memiliki networking dengan Pulau Morotai bagian selatan tetaptnya di Desa Daruba. Networking pulau-pulau tersebut dengan Pulau Morotai sebagian besar untuk
memenuhi kebutuhan pada tingkatan pendidikan SMP dan SMU hal ini karena di pulau- pulau tersebut hanya memiliki sekolah setingkat SD. Kemudian networking antara
139
Pulau Morotai dengan Kota Tobelo terjadi untuk memenuhi kebutuhan pada tingkatan pendidikan SMU dan Akademi. Sedangkan networking Pulau Morotai dengan Kota
Ternate, Manado dan Kota di Indonesia Bagian Barat lainnya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan pada tingkatan sarjanaUniversitas.
Gambar 13. Peta Networking Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Morotai Berbasis Prasarana Sosial Ekonomi Kebutuhan Pendidikan.
3. Networking pulau-pulau kecil di Kepulauan Morotai Halmahera Utara berbasis prasarana dan sarana sosial ekonomi untuk kebutuhan kesehatan
Gambar 14 menunjukan bahwa networking berbasis kebutuhan kesehatan mempunyai orientasi yang sama dengan kebutuhan pendidikan, yaitu Pulau Rao, Pulau
Saminyamau, dan Pulau Ngele-Ngele Besar untuk memenuhi kebutuhan kesehatan setingkat Puskesmas bernetworking dengan Desa Wayabula di Pulau Morotai, tetapi
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan setingkat Puskesmas rumah sakit pulau-pulau tersebut bernetworking dengan Kota Tobelo melalui Desa Daruba. Sedangkan Pulau
Galo-Galo Besar dan Pulau Kolorai untuk memenuhi kebutahan kesehatan setingkat Puskesmas bernetworking dengan Desa Daruba.
140
Mencermati networking kebutuhan kesehatan pulau-pulau kecil, memberikan gambaran bahwa networking dilakukan berjenjang sesuai dengan kebutuhan kesehatan
dari pulau-pulau kecil. Semakin besar kebutuhan kesehatan yang dibutuhkan semakin jauh mereka memperoleh prasarana dan sarana kesehatan tersebut. Kondisi ini
memberikan indikasi bahwa prasarana dan sarana kesehatan di Kepulauan Morotai Halmahera Utara sangat terbatas.
Gambar 14. Peta Networking Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Morotai Berbasis Prasarana Sosial Ekonomi Kebutuhan Kesehatan.
4. Networking pulau-pulau kecil di Kepulauan Morotai Halmahera Utara berbasis prasarana dan sarana sosial ekonomi untuk kebutuhan Sembako
Dalam networking pulau-pulau kecil di Kepulauan Morotai untuk memenuhi kebutuhan Sembako dianalisis berdasarkan tiga tingkatan kebutuhan, yaitu kebutuhan
setingkat rumah tangga dan pedagang kecil, kebutuhan setingkat pedagang kecil dan menengah, serta kebutuhan setingkat pedagang menengah dan pedagang besar besar.
Berdasarkan Gambar 15, untuk memenuhi kebutuhan Sembako pada kebutuhan rumah tangga dan pedagang kecil Pulau Galo-Galo Besar, Pulau Kolorai, dan Pulau
141
Ngele-Ngele Besar memiliki networking dengan Desa Daruba Pulau Morotai, sedangkan Pulau Saminyamau dan Pulau Rao melakukan networking dengan Desa
Wayabula Pulau Morotai. Namun untuk kebutuhan Sembako pada tingkat pedagang menengah Pulau Morotai dan Pulau Rao langsung bernetworking dengan Kota Tobelo.
Sedangkan untuk wilayah Halmahera Utara memperoleh pasokan Sembako dari daerah Manado dan Surabaya.
Gambar 15. Peta Networking Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Morotai Berbasis Prasarana Sosial Ekonomi Kebutuhan Sembako.
Networking pulau-pulau kecil di Kepulauan Morotai yang berbasis pada
kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi menunjukan hubungan interkoneksitas wilayah bersifat dendritik, misalnya dalam memenuhi kebutuhan air bersih, kesehatan,
pendidikan, dan kebutuhan Sembako sebagian besar desa-desa di pulau-pulau kecil mempunyai orientasi kebutuhan ke Desa Daruba dan juga ke Desa Wayabula. Corak
interkoneksitas wilayah yang berbentuk denritik mengindikasikan bahwa jumlah dan jenis fasilitas atau prasarana dan sarana di pulau-pulau kecil Kepulauan Morotai
meyebar tidak merata.
142
Ketimpangan dalam penyediaan prasarana dan sarana di Kepulauan Morotai berakibat pada inefisiensi berbagai transaksi di bidang ekonomi. Kondisi ini berdampak
negatif pada produktivitas berbagai usaha yang dilakukan oleh masyarakat di Kepulauan Morotai. Sebagai masyarakat kepulauan yang tulang punggung ekonominya berada
pada sub sektor perikanan, nelayan di Kepulauan Morotai sangat merasakan akibat ini. Hal yang paling dirasakan adalah tingginya harga faktor-faktor produksi, seperti bensin,
minyak tanah, oli, dan faktor produksi lainnya, perbedaannya hampir mencapai 100 dari harga-harga yang di tetapkan oleh pemerintah. Disamping itu harga-harga bahan
pokok sebagai kebutuhan sehari-hari masyarakatpun mengalami hal yang sama.
5.5.3. Networking Berbasis Suku Etnis