Sumber Daya Perikanan dan Konsep Bioekonomi

jaringan kredit dan finansial, keterkaitan pendidikan, training dan pengembangan, sistem deliveri pelayanan kesehatan, pola pelayanan profesional, komersial dan teknik, dan sistem pelayanan transportasi. 7 Keterkaitan politik, administrasi dan organisasi; hubungan struktural, arus budget pemerintah, kebergantungan organisasi, pola otoritas- approval-supervisi, pola transaksi inter-yuridiksi, dan rantai keputusan politik informal.

2.3. Sumber Daya Perikanan dan Konsep Bioekonomi

Menurut Fauzi 2004a, Perikanan seperti halnya sektor ekonomi lainnya, merupakan salah satu aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai salah satu sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui renewable, pengelolaan sumber daya ini memerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati. Sumber daya perikanan pada suatu wilayah perairan pada periode waktu tertentu cenderung mengalami perubahan. Perubahan ini selain disebabkan oleh faktor alami juga oleh faktor non alami. Faktor alami meliputi perubahan fisik lingkungan suatu perairan, keterbatasan makanan dan sumber hara lainnya serta predator, sedangkan faktor non alami ditimbulkan oleh kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber daya perikanan yang tidak terkendali. Sumber daya perikanan laut mempunyai sifat yang spesifik yang dikenal dengan akses terbuka open accses yang memberikan anggapan bahwa setiap orang atau individu merasa memiliki sumber daya tersebut secara bersama common property, oleh karena sifatnya yang demikian maka semua individu baik nelayan maupun pengusaha perikanan laut akan merasa mempunyai hak untuk mengeksploitasi sumber daya laut sesuai dengan kemampuan masing-masing hingga nilai rent dari sumber daya terbagi habis, sebaliknya tidak satupun pihak merasa berkewajiban untuk menjaga kelestariannya. Di satu pihak masing-masing akan berusaha untuk memaksimumkan hasil tangkapan, di lain pihak masing-masing tidak mempunyai insentif untuk mempertahankan ataupun meningkatkan kelestarian sumber daya. Pada akhirnya tetap merugikan nelayan yang lemah kapitalnya dan mayoritas merupakan penduduk setempat dan justru tidak mendapatkan manfaat dari kekayaan sumber daya wilayahnya sendiri. 36 Menurut Dahuri et al. 2001, dalam pemanfaatan sumber daya perikanan yang bersifat milik bersama common property, keseimbangan jangka panjang dalam usaha perikanan tidak dapat dipertahankan karena adanya peluang untuk meningkatkan keuntungan exess profit bagi usaha penangkapan ikan sehingga terjadi ekstensifikasi usaha secara besar-besaran dibarengi masuknya pengusaha baru yang tergiur dengan nilai rent yang cukup besar tersebut. Pemanfaatan sumber daya perikanan harus memperhatikan aspek sustainability agar dapat memberikan manfaat yang sama di masa yang akan datang yang tidak hanya terfokus pada masalah ekonomi tetapi juga masalah lain seperti teknis, sosial dan budaya. Tingkat pemanfaatan sumber daya optimal melalui pendekatan MSY dan MEY. Pendekatan MSY maximum sustainable yield akan memberikan hasil lestari secara fisik, namun demikian dalam praktek pengelolaan sumber daya perikanan, tingkat tangkapan MEY maximum economic yield akan lebih baik karena selain memberikan keuntungan secara ekonomi juga memberikan keuntungan secara ekologi yang dapat mempertahankan diversitas yang besar. Menurut Fauzi 2004b, istilah bioekonomi diperkenalkan oleh Scott Gordon yang pertama kali menggunakan pendekatan ekonomi untuk menganalisis pengelolaan sumberdaya ikan yang optimal. Gordon menggunakan basis biologi yang sebelumnya diperkenalkan oleh Schaefer. Pendekatan Gordon ini kemudian dikenal sebagai pendekatan bioekonomi. Pendekatan bioekonomi sangat diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya ikan, ketika Schaefer 1954 mengenalkan konsep MSY maximum sustainable yield, konsep ini menjadi buzzword ”jimat” dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Namun konsep MSY hanya didasarkan pada pendekatan biologi semata. Dalam perspektif MSY, jika sumberdaya ikan dipanen pada tingkat MSY tidak lebih tidak kurang, maka sumberdaya ikan akan lestari. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, bagaimana halnya dengan biaya pemanenan ikan, pertimbangan sosial ekonomi akibat pengelolaan ikan, nilai ekonomi terhadap ikan yang tidak dipanen. Dalam pendekatan MSY pertanyaan-pertanyaan tersebut sengaja di abaikan karena tujuan pendekatan biologi adalah memperoleh produksi setinggi-tingginya. Melihat kekurangan-kekurangan pendekatan biologi itulah kemudian konsep pendekatan bioekonomi lahir atau dikenal dengan MEY maximum economic yield. Dalam 37 pendekatan bioekonomi, tujuan utama adalah aspek ekonomi dengan kendala aspek biologi sumberdaya ikan. Model bioekonomi Gordon-Schaefer GS di bangun dari model produksi surplus yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Graham pada tahun 1935. Pada model ini, pertumbuhan populasi ikan diasumsikan mengukuti fungsi pertumbuhan logistik. Kajian pemanfaatan sumber daya perikanan bioekonomi Gordon-Schaefer adalah sebuah model statik. Menurut Gordon, model perikanan statik adalah model ekonomi perikanan yang didasarkan pada faktor input yaitu upaya. Asumsi-asumsi dari model Gordon-Schaefer, yaitu : 1. Populasi ikan menyebar merata 2. Tidak ada kejenuhan penggunaan unit alat tangkap ikan 3. Semua unit alat tangkap aktif melakukan kegiatan penangkapan ikan 4. Setiap unit alat tangkap mempunyai kemampuan yang sama 5. Biaya total penangkapan ikan adalah konstan 6. Harga ikan per satuan tangkapan adalah konstan. 2.4. Ikan Cakalang 2.4.1 Klasifikasi dan Biologi Ikan Cakalang