cakalang. Sedangkan suku Sangihe Talaud dalam kegiatan ekonominya umumnya berorientasi sebagai nelayan dan tukang pembuat armada perahu.
Gambar 16. Peta Networking Suku Etnis Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Morotai Kabupaten Halmahera Utara.
Mencermati pola penyebaran dua suku besar di Kepulauan Morotai, menunjukan penyebaran kedua suku tersebut mempunyai orientasi secara sendiri-sendiri. Hal ini jika
ditinjau dari aspek sosiologis dapat diduga tidak terjadi proses transformasi budaya antara kedua suku tersebut. Di sisi lain, dengan pola distribusi seperti ini mengakibatkan
kerentanan sosial yang tinggi, terutama dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Untuk itu, dalam pembentukan kelembagaan ekonomi masyarakat harus diciptakan pola
kerjasama antar lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang berbasis pada sukuetnis. Hal semacam ini perlu dilakukan untuk mencegah konflik yang terjadi antara suku
etnis ditingkat komunallokal dalam pemanfaatan sumberdaya alam.
5.5.4. Strategi Penguatan Networking Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Morotai
Dalam strategi penguatan networking pulau-pulau kecil di Kepulauan Morotai, selain didasarkan pada pengelolaan sumberdaya alam, kebutuhan prasarana dan sarana
144
sosial ekonomi, serta distribusi suku etnis, dimensi lain yang menjadi perspektif kajian adalah pertimbangan Kepulauan Morotai sebagai gugusan pulau-pulau kecil yang
berada di wilayah perbatasan antar negara, pertimbangan ini penting dilakukan karena wilayah ini dalam penataan ruang secara nasional RTRWN merupakan suatu wilayah
prioritas untuk di kembangkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan perbatasan antar negara.
Untuk penguatan networking pulau-pulau kecil di Kepulauan Morotai yang berbasis pada pengelolaan sumberdaya alam, kebutuhan prasarana dan sarana sosial
ekonomi, serta berbasis pada suku etnis, paling tidak dilakukan melalui dua strategi penting, pertama; pembangunan prasarana dan sarana fisik wilayah sebagai penunjang
dalam mengelola sumberdaya alam unggulan, dan kedua; pembentukan kelembagaan atau penguatan kelembagaan untuk pengelolaan sumberdaya alam unggulan, sehingga
dapat menciptakan pengelolaan sumberdaya alam yang efisien efficient, merata equity
, dan berkelanjutan sustainable. Sedangkan penguatan networking pulau-pulau kecil di Kepulauan Morotai yang
berorientasi pada Kepulauan Morotai sebagai gugusan pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan antar negara, maka diperlukan strategi-strategi pengembangan. Menurut
Witoelar 2000, untuk pengembangan wilayah dengan karakteristik dan permasalahan pengembangan kawasan pantai dan pulau-pulau kecil ada tiga jenjang, yang menjadi
strategi pengembangan wilayah, yaitu : 1.
Strategi pengembangan pada level Mikro desa, yaitu pengembangan pada level “grass root”
masyarakat berdasarkan tingkat kemampuan masyarakat potensi sumberdaya manusia dan teknologi dan sumberdaya kelautan.
2. Strategi pengembangan pada level Messo atau keterkaitan antar pulau-pulau, yaitu upaya-upaya untuk lebih meningkatkan nilai produksi, dikaitkan dengan
pengembangan pasar, pengolahan produksi dan kemudahan transportasi. 3. Strategi pengembangan pada level Makro, yaitu mengaitkan kawasan pantai dan
pulau-pulau kecil ke dalam sistem yang lebih luas baik sistem nasional maupun internasional.
145
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Adapun simpulan yang dibuat dalam penulisan kajian pengembangan wilayah pulau-pulau kecil di Kabupaten Halmahera Utara adalah sebagai berikut :
1. Dari analisis LQ, sub sektor yang mempunyai keunggulan komparatif di Halmahera Utara adalah sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan,
kehutanan, perikanan, industri non migas, dan restorandan. Sedangkan dari analisis Shift Share sub sektor yang memiliki keunggulan kompetitif adalah sub sektor hotel,
listrik, air bersih, komunikasi, dan lembaga keuangan tanpa bank. Namun sub sektor yang mempunyai prospek baik adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor
perikanan. 2. Sub Sektor perikanan di Kabupaten Halmahera Utara merupakan salah satu sub
sektor yang mempunyai keunggulan komparatif tetapi belum mempunyai daya saing yang tinggi, hal ini diduga karena mengalami distorsi pasar, padahal sub sektor
perikanan mempunyai potensi dan prospek yang besar. 3. Dalam konteks wilayah Kepulauan Morotai sub sektor yang memiliki keunggulan
komparatif adalah sub sektor perikanan dan sub sektor perkebunan, sementara komoditas yang mempunyai prospek baik adalah komoditas kelapa kopra dan
komoditas cakalang. 4. Perkembangan hirarki pelayanan perikanan tangkap khususnya komoditas cakalang
terdapat di Desa Daruba Kecamatan Morotai Selatan, desa ini memiliki nilai indeks penyebaran fasilitas perikanan dan indeks perkembangan desa IPD yang tinggi,
karena di desa ini terdapat perusahaan perikanan cakalang yang berorientasi ekspor. 5. Pemanfaatan sumberdaya perikanan cakalang di Kepulauan Morotai belum
berkembang secara optimal, karena secara aktual saat ini usaha tersebut mempunyai effort sebesar 2.641 triptahun, hasil tangkapan 810.000 kgtahun dan rente ekonomi
yang diperoleh sebesar Rp. 1.241.095.500tahun dari kondisi optimal MEY yang mempunyai effort sebesar 3.423,46 triptahun, hasil tangkapan 950.667 Kgtahun
dan rente ekonomi sebesar Rp. 1.311.475.579tahun.