Alokasi Optimal pada Sub-Sistem Ekologi Bendungan-Waduk

produktivitas di tingkat petani sayuran komersial kentang, bawang bakung, bawang putih dan kubis Desa Ngadas Jawa Timur tidak terlihat mengalami penurunan meskipun rata-rata tingkat erosi tahunan antara 150 hingga 200 tonha dan kehilangan lapisan tanah setebal 2 cmth. Lebih lanjut diuraikan bahwa pada kondisi tersebut petani sayur tidak berminat berinvestasi pada konservasi tanah. Disamping itu, juga dikemukakan bahwa sepanjang tahun 1976 – 1986 merupakan masa berkembangnya petani sayuran di Jawa yang berorientasi pasar dengan harga yang relatif lebih tinggi daripada tanaman lain. Sementara itu, dari data sekunder didapatkan bahwa SD di wilayah penelitian berkisar antara 65 hingga lebih dari 100 cm. Dari berbagai deskripsi yang telah diuraikan tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas optimal secara langsung ditentukan oleh tingkat pendapatan per hektar lahan. Tingkat erosi, SD dan biaya usahatani merupakan variabel tidak langsung. Pengaruh tidak langsung tersebut melalui transmisi sebagai berikut : 1. Tingkat erosi akan mengurangi ketebalan lapisan tanah sehingga menyebab- kan penurunan kuantitas produksi komoditas. 2. Tingkat produksi akan mempengaruhi penerimaan, dan pada biaya usahatani yang konstan menjadikan pendapatan aktivitas pola tanam menurun.

7.3. Alokasi Optimal pada Sub-Sistem Ekologi Bendungan-Waduk

Berkaitan dengan paket pola tanam optimal dari lahan budidaya intensif yang dikelola pada sub-sistem hulu, pendugaan debit outflow Waduk Sengguruh relatif lebih kecil daripada debit rata-rata debit outflow tahunan selama tahun 20022003. Dari hasil olahan data sekunder Lampiran 6, rata-rata debit outflow Waduk Sengguruh sebesar 41.93 m 3 det dan Sutami sebesar 57.05 m 3 det. Namun debit outflow optimal tersebut masih relatif lebih besar daripada batas bawah debit; yakni 19.90 m 3 det lihat anak sub-bab 5.2.8.4. Dengan demikian, antara hasil pendugaan debit outflow dan data dilapangan terdapat perbedaan sekitar 64. Hasil pendugaan debit operasi atau outflow tahunan dari masing-masing waduk cenderung relatif tetap Tabel 21, karena luas lahan optimal Tabel 15 dan 16 serta debit inflow air waduk setiap periode diasumsikan konstan. Sebagaimana telah diuraikan pada penjelasan persamaan 5.14d bahwa debit inflow hanya didasarkan pada karakteristik hidrologi pada tahun2003 sebagai awal horizon waktu; dan belum mempertimbangkan karakteristik hidrologi pada waktu yang akan datang. Untuk menangkap fenomena variasi karakteristik hidrologi karena perubahan curah hujan, maka dalam penyusunan program model optimasi dinamik dapat dikembangkan dengan memasukan persentase perubahan debit inflow karena perubahan curah hujan. Dengan kata lain variabel sumbangan lahan terhadap volume inflow d sk tidak deterministik namun bersifat stokastik. Apabila hasil optimasi dinamik yang terdapat pada Tabel 21 dibandingkan dengan rata-rata debit musim kemarau dapat dikatakan bahwa besaran pendugaan outflow Sengguruh relatif lebih besar; sedangkan pada Sutami terjadi kondisi yang sebaliknya. Selama musim kemarau antara Juni hingga Nopember tahun 2002, rata-rata debit outflow Waduk Sengguruh sebesar 14.81 m 3 det dan Waduk Sutami adalah 42.46 m 3 det Lampiran 6. Sementara itu, rata-rata debit outflow Waduk Sengguruh dan Sutami selama musim penghujan antara Desember 2002 hingga Mei 2003 masing-masing adalah 59.05 m 3 det dan 62.19 m 3 det. Besaran debit outflow yang dihasilkan oleh model perumusan optimasi dinamik tidak bisa menangkap fluktuasi musim kemarau dan penghujan. Tabel 21. Perkembangan Pendugaan Debit Outflow dan Produksi Daya Listrik Tahun Sengguruh Sutami Debit Wo 1 Energi Debit Wo 2 Energi m 3 det GWh m 3 det GWh 2003 26.74 65.25 36.95 272.67 2004 26.74 65.25 36.95 272.67 2005 26.74 65.25 36.95 272.67 2006 26.74 65.25 36.95 272.67 2007 26.73 65.23 36.94 272.61 2008 26.73 65.21 36.93 272.57 2009 26.73 65.21 36.93 272.57 2010 26.73 65.21 36.93 272.57 2011 26.73 65.21 36.93 272.57 2012 26.73 65.21 36.93 272.57 2013 26.73 65.21 36.93 272.57 2014 26.73 65.21 36.93 272.57 2015 26.73 65.21 36.93 272.57 2016 26.73 65.21 36.93 272.57 2017 26.73 65.21 36.93 272.57 2018 26.73 65.21 36.93 272.57 2019 26.73 65.21 36.93 272.57 2020 19.90 48.56 . . Sumber: Hasil olahan Besaran pendugaan produksi daya listrik yang terdapat pada Tabel 21 didasarkan rumusan produksi listrik pada persamaan 5.3c dan 5.3d. Selama periode bulan Juni 2002 hingga Mei 2003, total produksi daya listrik secara riil sebesar 78.03 GWh untuk PLTA Sengguruh dan Sutami sebesar 338.61 GWh Lampiran 6. Total produksi daya listrik secara riil tersebut relatif lebih besar bila dibandingkan dari hasil pendugaan Tabel 21. Pendugaan produksi daya listrik dari PLTA Sengguruh sebesar 83.57 dari produksi riil; sedangkan dari PLTA Sutami sebesar 70.14. Hal tersebut terjadi karena volume stok air Vsa 2 yang dipertahankan sepanjang horizon waktu relatif tinggi; yakni 146.00 juta m 3 . Berdasarkan hasil optimasi pendugaan debit outflow selama horizon waktu serta kondisi volume yang tersimpan dalam waduk pada akhir horizon waktu, dapat dikatakan bahwa sub-sistem ekologi bendungan-waduk mempunyai kontribusi terhadap total manfaat sosial bersih dari sistem DTA sebesar 30.98. Sebagaimana telah diuraikan pada anak sub-bab 5.1.3., bahwa produksi energi listrik PLTA Sutami didasarkan pada tail race 181.90 m, sehingga tinggi jatuh efektif 85.41 m. Pada kondisi tersebut setara dengan elevasi muka air waduk sama dengan 267.31 m. Berdasarkan hasil pengukuran tahun 2003, volume air waduk pada elevasi 267.31 m sebanyak 107.99 juta m 3 ; yakni relatif lebih kecil daripada Vsa. Dengan demikian apabila Vsa diperkecil atau diturunkan akan menjadikan meningkatnya debit outflow Wo 1 dan Wo 2 ; yakni melalui transmisi persamaan fungsi produksi yang terdapat dalam persamaan 6.1 dan kendala transisi kapasitas tampungan waduk pada persamaan 6.3 dan 6.4. Berdasarkan persamaan tersebut juga dapat diperoleh gambaran besaran pendugaan debit outflow optimal ditentukan oleh: 1 luas lahan optimal X ijk , 2 besarnya sumbangan lahan terhadap inflow d s , dan 3 volume stok air yang dipertahankan sepanjang horizon waktu Vsa.

7.4. Ikhtisar