X. KESIMPULAN DAN SARAN
10.1. Kesimpulan
1. Model Daerah Tangkapan Air Model-DTA mampu: 1 menangkap fenomena dinamika volume stok air waduk yang digantikan oleh sedimen sebagai akibat
dari ekstrasi ketebalan lapisan tanah yang terjadi pada sub-sistem hulu waduk, 2 mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga bayangan
ketebalan lapisan tanah di DTA Sutami-Sengguruh, 3 menduga besaran biaya off-site erosi, dan 4 mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
biaya kesempatan setiap satu meter kubik air yang tersimpan dalam waduk. 2.
Keterbatasan Model-DTA adalah belum: 1 mengakses fenomena keterbatasan kuantitas permintaan pasar serta ketersediaan tenaga kerja, 2
mengakomodasikan keragaman biaya produksi menurut dimensi waktu dan ruang, 3 bisa menangkap fluktuasi luas lahan dan debit inflow air menurut
periode tahun, 4 perubahan karakteristik hidrologi menurut dimensi waktu, dan 5 mempertimbangkan proses sedimentasi antar lokasi Sub-sub DAS.
3. Penetapan aktivitas optimal dipengaruhi oleh pendapatan per hektar lahan, dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh tingkat erosi, harga komoditas
dan biaya per hektar dari setiap paket pola tanam. Aktivitas pola tanam optimal relatif tidak berubah sepanjang horizon waktu karena fungsi kerugian
dari erosi tidak signifikan dalam mempengaruhi perubahan pendapatan. 4. Biaya on-site erosi mencerminkan nilai sekarang dari kehilangan lapisan
tanah sebagai akibat dari erosi tanah yang terjadi pada periode t. Biaya on- site erosi semakin menurun antar waktu.
5. Harga bayangan ketebalan lapisan tanah UCSE pada daerah tangkapan air bervariasi menurut paket pola tanam, klasifikasi fungsi dan kemiringan lahan,
serta menurut Sub-sub DAS. Nilai sekarang biaya kesempatan per sentimeter
ketebalan lapisan tanah per hektar cenderung menurun antar waktu. Kondisi tersebut sejalan dengan hasil kajian Van Kooten et al. 1989 pada solum
tebal. Besaran UCSE yang semakin kecil antar waktu mengindikasikan lapisan tanah relatif tebal, sehingga tingkat erosi yang relatif kecil tidak
signifikan dalam mempengaruhi penurunan produktivitas. 6. Biaya off-site erosi mencerminkan biaya kesempatan setiap satu meter kubik
air yang tersimpan dalam waduk nilai ekonomi air waduk. Nilai sekarang dari nilai ekonomi air waduk menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun
antar waktu. Besaran nilai ekonomi air yang tersimpan berbeda antar waduk. Perbedaan nilai ekonomi air waduk antara Waduk Sengguruh dan Sutami
terjadi karena perbedaan harga per unit produk daya listrik antar PLTA dan perbedaan koefisien parameter aspek teknis yang terkait pada masing-masing
sub-sistem ekologi bendungan-waduk. Harga per unit produk daya listrik PLTA Sengguruh hanya mempengaruhi harga air Waduk Sengguruh;
sedangkan harga per unit produk daya listrik PLTA Sutami mempunyai sumbangan terhadap besarnya nilai air Waduk Sengguruh dan Sutami.
7. Perubahan volume air tersimpan dan volume stok sedimen dipengaruhi oleh konversi fungsi lahan, dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh variabel
harga komoditas pertanian. Pengaruh perubahan harga komoditas terhadap volume air tersimpan dan stok sedimen melalui transmisi perubahan aktivitas
paket pola tanam dengan tingkat erosi yang bervariasi. Perubahan tingkat bunga tidak mengubah keputusan aktivitas optimal, namun mempengaruhi
besaran UCSE dan biaya off-site erosi. 8.
Perubahan harga komoditas menyebabkan terjadinya perubahan dan pergeseran aktivitas pola tanam optimal. Variabel yang mempengaruhi
pengambilan keputusan adalah: 1 tingkat pendapatan per unit lahan pada awal periode dan antar waktu periode, dan 2 jumlah periode tahun pada
saat tingkat pendapatan per unit lahan bernilai negatif. Pergeseran terjadi pada periode setelah tingkat pendapatan per unit lahan bernilai negatif, dan
perubahan tingkat pendapatan antar periode relatif kecil.
10.2. Implikasi Kebijakan