fenomena perubahan UCSE selama horizon waktu dipengaruhi oleh tingkat bunga r dan kontribusi lahan terhadap keuntungan periode berjalan, pf
2
. Melalui turunan parsial dari persamaan 6.12a yang berkenaan dengan
state variable SD; tingkat perubahan UCSE yang terjadi di DTA Waduk Sutami- Sengguruh
λ1t+1-λt dipengaruhi oleh: 1 UCSE periode t+1 atau λ
1ijk
t+1, 2 kontribusi perubahan SD terhadap fungsi tujuan manfaat bersih pada periode
t+1 karena erosi atau ∂z⋅∂S
ijk
t, 3 harga komoditas PCi dan luas lahan optimal X
ijk
t, dan 4 produk marjinal SD pada periode t atau ∂Y⋅∂S
ijk
t. Sementara itu, kontribusi variabel SD terhadap fungsi tujuan pada periode t+1
sangat bervariasi. Keragaman tersebut dipengaruhi oleh perubahan SL karena variasi tingkat erosi, mengingat dalam
∂z⋅ terkandung variabel tingkat erosi.
8.4. Pendugaan Biaya Off-Site
Pendugaan besaran
biaya off-site erosi off-site cost of erosion atau
OFCE didekati dengan harga bayangan shadow price yang ditunjukan oleh angka pengganda Langrange yang terkait dengan kendala transisi kapasitas
tampungan waduk. PV dari OFCE per periode cenderung menurun; sedangkan nilai nominalnya konstan sepanjang horizon waktu Tabel 31. OFCE tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa biaya kesempatan setiap satu m
3
air yang tersimpan pada tahun ke-t sebesar
λ
t+1
. Sebagai contoh, OFCE pada Waduk Sengguruh
λ
2t+1
tahun 2004 sebesar 97.43; yang bisa diartikan bahwa setiap satu m
3
yang tersimpan sejak akhir tahun 2003 mempunyai biaya kesempatan sebesar Rp 97.43. Besaran OFCE gabungan pada Tabel 31 dimaksudkan untuk
memberikan valuasi dampak erosi terhadap sedimentasi waduk menjadi satu nilai. Penentuan nilai gabungan dengan pertimbangan perbedaan proporsi
sedimen yang tertahan pada masing-masing waduk. OFCE yang terjadi di Waduk Sengguruh relatif lebih besar daripada Waduk Sutami. Hal itu karena
harga bayangan dari kapasitas tampungan Waduk Sengguruh dipengaruhi oleh harga per unit produksi listrik PLTA Sengguruh PE
1
dan harga per unit produksi listrik PLTA Sutami PE
2
; sedangkan pada Waduk Sutami hanya dipengaruhi oleh PE
2
. Besaran OFCE disamping ditentukan oleh PE juga dipengaruhi oleh harga air untuk pengairan PI serta industri PM.
Pada Tabel 31 tampak bahwa nominal OFCE setiap periode adalah konstan sepanjang horizon waktu. Hal tersebut bisa terjadi karena PE
1
, PE
2
, PI dan PM diasumsikan tetap sepanjang horizon waktu.
Secara manual, hasil pendugaan OFCE yang terdapat pada Tabel 31 dapat dihitung berdasarkan persamaan 6.11c untuk Waduk Sengguruh dan
persamaan 6.11b untuk Sutami. Disamping itu, dari kedua persamaan tersebut dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mem-pengaruhi
harga bayangan dari kapasitas tampungan waduk.
Tabel 31. Pendugaan Biaya Off-Site Erosi Rpm
3
Selama Horizon Waktu
Tahun Sengguruh
Sutami Gabungan
PV
ρλ
2t+1
Nominal
λ
2t+1
PV
ρλ
4t+1
Nominal
λ
4t+1
PV
ρλ
t+1
Nominal
λ
t+1
2004 97.43 107.17
89.00 97.90
110.17 101.61
2005 88.57 107.17
80.91 97.90
100.15 101.61
2006 80.52 107.17
73.55 97.90
91.05 101.61
2007 73.20 107.17
66.87 97.90
82.77 101.61
2008 66.55 107.17
60.79 97.90
75.25 101.61
2009 60.50 107.17
55.26 97.90
68.41 101.61
2010 55.00 107.17
50.24 97.90
62.19 101.61
2011 50.00 107.17
45.67 97.90
56.53 101.61
2012 45.45 107.17
41.52 97.90
51.39 101.61
2013 41.32 107.17
37.74 97.90
46.72 101.61
2014 37.56 107.17
34.31 97.90
42.48 101.61
2015 34.15 107.17
31.19 97.90
38.61 101.61
2016 31.04 107.17
28.36 97.90
35.10 101.61
2017 28.22 107.17
25.78 97.90
31.91 101.61
2018 25.66 107.17
23.44 97.90
29.01 101.61
2019 23.32 107.17
21.31 97.90
26.37 101.61
2020 21.20 107.17
19.37 97.90
23.98 101.61
Sumber: Olahan data Keterangan: 0.4 Sengguruh + 0.6 Sutami
Dari perspektif ekonomi, apabila biaya pengerukan sedimen lebih besar daripada biaya kesempatan air yang tertahan dalam Waduk Sengguruh, maka
untuk mengatasi sedimentasi relatif lebih murah dengan mengatur pola tanam di DTA daripada melakukan aktivitas pengerukan sedimen. Secara riil biaya
sedimen sebesar Rp 7,507m
3
, sedangkan OFCE yang mencerminkan biaya kesempatan air yang tertahan dalam Waduk Sengguruh adalah Rp 107m
3
. Dari aspek teknis, kegiatan pengerukan Vks
1
dilakukan apabila stok sedimen melebihi batas volume pada elevasi 291.50 m yang mengganggu operasi turbin.
Pengaturan pola tanam di DTA merupakan salah satu metode penanganan sedimen dalam jangka panjang. Metode tersebut telah diterapkan dalam rangka
pengendalian erosi di daerah DAS Kali Brantas melalui berbagai bentuk program maupun proyek dengan dana dari berbagai sumber sub-bab 2.5.3 dan 2.5.4.
Bahkan pada tahun 2002 telah dilakukan “gerakan penanaman sejuta pohon” di
DTA Sutami yang diprakarsai oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Malang. Namun demikian, pada kenyataannya tingkat sedimentasi waduk masih
tetap tinggi Tabel 5. Berdasarkan efektifitas penggunaan dana proyek yang telah dilakukan sejak tahun tujuh puluhan dan dana hasil retribusi terhadap
keberhasilan penanganan erosi tersebut belum mencerminkan penanganan yang didasarkan konsep hulu-hilir yang holistik dan komprehensif. Oleh karena itu
diperlukan model kelembagaan yang mampu menangani sedimentasi secara komprehensif yang didasarkan pada aplikasi unsur-unsur manajemen secara
lengkap POAC = planning, organizing, actuating dan controlling. Biaya
off-site erosi diusulkan sebagai dasar untuk menetapkan pungutan iuran retribusi dari masyarakat dalam rangka menggalang dana untuk
kelestarian dan konservasi DTA. Penetapan pungutan iuran didasarkan pada prinsip pengguna air waduk yang membayar dan prinsip penghasil eksternalitas
erosi yang membayar. Penetapan pungutan dengan prinsip pengguna air waduk yang membayar
dapat dihitung berdasarkan persamaan 6. 11c dan 6. 11b. Dari persamaan tersebut dapat ditetapkan besarnya retribusi yang seharusnya dibayar oleh:
1. Pengguna air waduk untuk produksi listrik PLTA Sengguruh adalah 7.74 PE
1
dan PLTA Sutami sebesar 23.40 PE
2
. 2. Pengguna air waduk untuk pengairan adalah 28.77 PI.
3. Pengguna air waduk untuk industri adalah 2.06 PM. Retribusi yang seharusnya dibayar oleh pengguna air waduk untuk industri
sangat kecil karena kontribusi outflow Sutami terhadap volume air untuk industri di daerah hilir sangat kecil, yakni 2.06 Lampiran 7 baris ke-2. Dalam
penetapan nominal retribusi tersebut, yang harus diperhatikan adalah harga air per unit menurut penggunaannya. Oleh karena harga air bervariasi menurut
dimensi waktu, maka nominal retribusi yang dibebankan pada pengguna air waduk juga harus berubah menurut dimensi waktu.
Berdasarkan persamaan 5.3a, 5.3c dan 5.3e, dapat dikatakan bahwa persentase sumbangan PE terhadap OFCE dipengaruhi oleh: 1 efisiensi turbin
dan generator dan 2 tinggi jatuh efektif. Sementara itu, di daerah DAS Kali Brantas terdapat empat bendungan lain yang dilengkapi dengan PLTA; yaitu
bendungan Wlingi, Lodoyo, Tulung Agung dan Selorejo. Setiap bendungan tersebut mempunyai spesifiksi waduk secara fisik yang berbeda, sehingga
efisiensi turbin dan generator dan tinggi jatuh efektif juga berbeda. Oleh karena itu, dalam penetapan retribusi air untuk listrik di seluruh DAS Kali Brantas harus
berbeda atau bervariasi menurut dimensi ruang. Dengan demikian persentase sumbangan PE terhadap biaya kesempatan kapasitas tampungan suatu waduk
tidak berlaku umum, namun spesifik menurut lokasi keberadaan waduk. Hal yang sama juga berlaku untuk persentase sumbangan harga air untuk pengairan dan
industri, mengingat kontribusi outflow setiap waduk terhadap pemenuhan air pengairan dan industri yang cenderung berbeda.
Berdasarkan rata-rata harga produksi listrik tahun 2002 dan 2003, secara normatif retribusi yang harus dibayar oleh produsen listrik PLTA Sengguruh
adalah Rp 31.11kWh dan PLTA Sutami sebesar Rp 30.84kWh. Dari data sekunder tahun 2003, retribusi yang dipungut dari produsen listrik sebesar Rp
15.50 kWh. Retribusi riil tersebut telah diberlakukan secara umum untuk seluruh PLTA yang ada di wilayah DAS Kali Brantas. Perbedaan besarnya retribusi
antara kondisi riil dan perhitungan normatif tersebut perlu diinformasikan kepada pihak otorita dan didiskusikan bagaimana kemungkinan diaplikasikannya metode
penetapan retribusi secara normatif tersebut.
Aplikasi persamaan 6.11b dan 6.11c adalah untuk menduga sumbangan share masing-masing per unit harga air waduk menurut penggunaannya
terhadap biaya kesempatan per m
3
kapasitas tampungan waduk. Penentuan sumbangan tersebut dirasa penting dilakukan, khususnya untuk listrik, mengingat
dalam penentuan harga per unit daya listrik telah memasukan unsur biaya pemeliharaan DTA, yakni unsur biaya C-EP pada sub-sub bab 5.1.3. Rumusan
penentuan sumbangan harga produk daya listrik terhadap biaya kesempatan air waduk diharapkan dapat menanggulangi perbedaan pendapat antara pihak
otoritas pengelola waduk dan produsen tentang besaran retribusi air untuk PLTA. Penetapan pungutan dengan prinsip penghasil eksternalitas erosi yang
membayar dapat diturunkan dari persamaan 6.10c dan 6.10d. Penetapan biaya eksternal erosi yang ditimbulkan oleh setiap hektar lahan yang berada di
daerah Sub-sub DAS Metro didasarkan pada persamaan : 0.58
∗KVS ∗ SDR
5
∗ e
ij5
∗ λ
4
t+1 8.1
Sedangkan untuk daerah Sub-sub DAS selain Metro didasarkan pada persamaan berikut :
{0.40 ∗ KVS ∗ SDR
k
∗ e
ijk
∗ λ
2
t+1} + {0.58
∗ KVS ∗ SDR
k
∗ e
ijk
∗ λ
4
t+1}, k = 1, 2, ..., 3
8.2 Dimana koefisien 0.40 dan 0.58 merupakan efisiensi tangkapan sedimen pada
Waduk Sengguruh dan Sutami; KVS merupakan berat jenis sedimen; SDR ialah rasio transportasi sedimen; e
ijk
adalah tingkat erosi lahan budidaya intensif pada klasifikasi fungsi dan kemiringan lahan ke-i dengan pola tanam ke-j di daerah
Sub-sub DAS ke-k; serta λ
2
t+1 dan λ
4
t+1 masing-masing adalah OFCE Tabel 31. Dasar penetapan tersebut juga untuk menduga biaya eksternal erosi dari
lahan non-budidaya intensif; yakni dengan notasi tingkat erosi E
ijk
dan luas lahan L
ijk
. Dimana i adalah pekarangan, semak dan hutan. Dengan mencermati persamaan 6.10 dan 6.11 dapat dikatakan bahwa
besaran biaya eksternal erosi per hektar lahan ditentukan oleh variabel teknis ET, KVS, SDR, e
ijk
atau E
ijk
dan harga air baku menurut penggunaannya PE
1
, PE
2
, PI dan PM. Oleh karena e
ijk
suatu pola tanam berbeda menurut lokasi dan cenderung terjadi perubahan harga air untuk berbagai kegunaan, maka besarnya
retribusi yang dibebankan kepada penghasil eksternalitas erosi harus bervariasi menurut lokasi dan dinamik menurut dimensi waktu.
Bertitik tolak dari sumber sedimentasi waduk yang berasal dari sampah rumah tangga, maka persamaan 8.1 dan 8.2 memungkinkan dikembangkan
untuk menghitung pungutan iuran penyebab sedimentasi waduk pada umumnya. DTA Bendungan Sutami-Sengguruh meliputi daerah perkotaan yang termasuk
pada wilayah administrasi Pemerintah Daerah Kota Batu dan Kota Madya Malang, maka dana untuk kelestarian dan konservasi DTA bisa berasal dari
pengelola pusat perbelanjaan maupun pasar tradisional sebagai penghasil sampah tingkat primer. Apabila pungutan diambil langsung pada tingkat rumah
tangga akan dihadapkan pada kesulitan operasional karena jumlah penduduk yang sangat besar. Untuk menetapkan besarannya pungutan tersebut perlu
dikembangkan penelitian lanjutan. Berkaitan dengan pungutan jasa lingkungan dan biaya eksternalitas erosi
tersebut perlu dikaji bagaimana mekanisme penerapannya dan siapa yang bertanggung jawab. Dalam hal ini diperlukan panitia khusus yang mampu
mengelola dana dari dan untuk masyarakat di daerah hulu maupun hilir. Retribusi dengan prinsip penghasil eksternalitas erosi yang membayar,
dewasa ini belum diterapkan. Oleh karena itu konsep tersebut perlu
disosialisasikan dan dikaji lebih mendalam bagaimana kemungkinannya bisa diterapkan di lapangan.
Bentuk kurva
biaya off-site erosi OFCE pada Gambar 13 agak berbeda
bila dibandingkan dengan harga bayangan ketebalan lapisan tanah UCSE pada Gambar 11, namun mempunyai arah kelerengan slope yang sama. Kurva
OFCE menunjukkan perubahan yang semakin menurun antar periode.
Gambar 13. Kurva Biaya Off-Site Erosi Pendugaan besaran biaya off-site erosi yang terdapat pada Tabel 32
pada kondisi harga listrik, harga air baku untuk pengairan dan industri tahun 2003. Besaran biaya tersebut akan mengalami perubahan bila terjadi perubahan
pada harga listrik, harga air baku untuk pengairan dan industri maupun harga komoditas pertanian yang dikelola pada daerah sub-sistem hulu waduk.
Berdasarkan nilai pada kolom “MARGINAL” output GAMS dari persamaan kapasitas waduk, keseimbangan air tersimpan dan sedimen yang tertahan dalam
waduk, didapatkan fenomena bahwa : 1. Harga bayangan dari air yang masuk ke Waduk Sengguruh Vma
1
sama dengan harga bayangan kapasitas tampungan waduk Vkp
1
maupun air yang tersimpan dalam Waduk Sengguruh Vsa
1
.
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00
2002 2004
2006 2008
2010 2012
2014 2016
2018 2020
2022 Periode tahun
B iay
a of
f- s
ite er
o s
i R
p m
3
Sengguruh Sutami
Gabungan
Tabel 32. Perubahan Biaya Off-Site Erosi Rpm
3
pada Waduk Senguruh λ
2
t+1 – λ
2
t dan Waduk Sutami λ
4
t+1 – λ
4
t
Tahun
Sengguruh Sutami
ρ
λ
2
t
ρ
λ
2
t+1-
ρ
λ
2
t
ρ
λ
4
t
ρ
λ
4
t+1-
ρ
λ
4
t
2004 97.43 89.00
2005 88.57 -8.86
80.91 -8.09
2006 80.52 -8.05
73.55 -7.36
2007 73.20 -7.32
66.87 -6.69
2008 66.55 -6.65
60.79 -6.08
2009 60.50 -6.05
55.26 -5.53
2010 55.00 -5.50
50.24 -5.02
2011 50.00 -5.00
45.67 -4.57
2012 45.45 -4.55
41.52 -4.15
2013 41.32 -4.13
37.74 -3.77
2014 37.56 -3.76
34.31 -3.43
2015 34.15 -3.42
31.19 -3.12
2016 31.04 -3.10
28.36 -2.84
2017 28.22 -2.82
25.78 -2.58
2018 25.66 -2.57
23.44 -2.34
2019 23.32 -2.33
21.31 -2.13
2020 21.20 -2.12
19.37 -1.94
Sumber: Olahan data
2. Harga bayangan air yang masuk dari daerah sub-sub DAS Metro ke WadukSutami Vma
M
sama dengan harga bayangan kapasitas tampungan waduk Vkp
1
maupun air yang tersimpan dalam WadukSutami Vsa
2
. 3. Harga bayangan sedimen yang masuk ke Waduk Sengguruh Vms sama
dengan harga bayangan kapasitas tampungan WadukSutami Vkp
2
. Dengan demikian, maka untuk menduga OFCE bisa didasarkan pada harga
bayangan kapasitas waduk atau air yang tersimpan dalam waduk.
8.5. Ikhtisar