Aplikasi Model APLIKASI EKONOMI DAMPAK EROSI

luasan ketersediaan lahan budidaya intensif maupun non-intensif sebagaimana yang telah diterapkan oleh Barbier 2001 seperti yang terdapat pada persamaan 3.7 dan 3.8. Belum dipertimbangkannya kendala transisi ketersediaan lahan dalam perumusan Model DTA dimaksudkan agar secara teknis penyusunan program lebih sederhana mengingat paket pola tanam yang dipertimbangkan dalam model relatif banyak. V. MODEL KONSEPTUAL 5.1. Landasan Teori Model Optimasi Dinamik 5.1.1. Komponen optimasi dinamik Dalam analisis dinamik tidak saja dimaksudkan untuk mencari nilai-nilai variabel endogen yang memenuhi beberapa kondisi keseimbangan ekuilibrium sebagaimana yang terjadi pada analisis statik; namun juga mencakup penggam-baran lintas waktu dari beberapa variable atas dasar pola perubahan yang telah dikehendaki Chiang, 1997. Di samping itu, variabel keputusan pada kasus problem optimasi dinamik adalah fungsi dari waktu t dan kendala constraint mencakup sistem dinamik atau fungsi transformasi Bohi and Toman, 1984; Conrad and Clark, 1995 dan Chiang, 1997. Beberapa komponen optimasi dinamik meliputi: 1 variabel penentu keputusan state variable, 2 periode keputusan decision stage, 3 variabel keputusan decisions variable, 4 penerimaan setiap tahap periode stage return, 5 fungsi transisi atau fungsi transformasi transformation function, dan 6 fungsi tujuan objective function. Penentuan state variable pada sistem daerah tangkapan air DTA didasarkan pada hubungan antara karakteristik fisik dan perilaku manusia sebagaimana yang diuraikan dalam perumusan masalah di depan. Dari kedua sub-sistem dapat diidentifikasi state variable dari suatu keputusan, yakni terdiri atas: 1 ketebalan lapisan atas tanah soil depth atau SD, dan 2 kapasitas tampungan waduk. Dengan kata lain, kedua variabel tersebut dijadikan sebagai variable cadangan reserve sumberdaya dalam problem pola tanam. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa keputusan aktivitas pengelolaan lahan yang cenderung menghasilkan erosi akan menyebabkan adanya kecenderungan penipisan deplesi lapisan atas tanah. Sebagaimana telah diuraikan oleh Anderson dan Thampapillai 1990, bahwa dalam kajian degradasi lahan dari praktek tataguna lahan di negara berkembang dengan mengukur perubahan SD merupakan suatu sumberdaya nonrenewable nampak konsisten. Untuk menangkap esensi problem dinamik produksi pertanian dan deplesi tanah pada tingkat usaha tani telah dilakukan kajian berpespektif ekonomi sumberdaya oleh: Burt 1980, McConnell 1983, Saliba 1985, Sagara Taylor 1987, Barbier 1990 dan Syaukat 1992. Penetapan kapasitas tampungan efektif sebagai state variable didasarkan pada asumsi bahwa kapasitas waduk merupakan suatu sumberdaya. Hal itu karena, dalam mewujudkan fasilitas fisik tersebut diperlukan investasi kombinasi antara sumberdaya alam natural capital, sumberdaya manusia human capital, serta sumberdaya buatan manusia man made capital. Komponen fungsi transisi merupakan kendala dinamis yang dimaksudkan untuk menggambarkan besarnya cadangan sumberdaya pada tahap ke t + 1 yang ditentukan oleh besarnya cadangan dan keputusan pada tahap ke-t. Pada penelitian ini, fungsi transisi yang menjadi kendala dinamis problem pola tanam terdiri atas: 1 ketebalan lapisan tanah dari masing-masing Sub-sub DAS, dan 2 kapasitas tampungan Waduk Sengguruh dan Sutami.