Perubahan Harga Komoditas DAMPAK PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI DAN TEKNIS

IX. DAMPAK PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI DAN TEKNIS

9.1. Perubahan Harga Komoditas

Diskripsi pengaruh perubahan harga didasarkan pada dua skenario; yaitu yang didasarkan pada rata-rata pendugaan perubahan yang terjadi di lapang selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2003 serta didasarkan angka hipotetis. Rata-rata perubahan harga data primer untuk komoditas kacang tanah sebesar 8, komoditas kubis dan wortel sebesar 10 serta kentang 12. Perubahan harga hipotetis yang diaplikasikan adalah harga komoditas kacang tanah sebesar 5 dan tiga tanaman yang lain masing-masing 10. Perubahan harga mempengaruhi perubahan keputusan aktivitas optimal di wilayah sub-sistem hulu waduk maupun sub-sistem ekologi bendungan-waduk, dan mempengaruhi besaran harga bayangan ketebalan lapisan tanah UCSE. Perubahan paket pola tanam optimal tidak terjadi pada fungsi lahan kebun, karena komoditas yang ditetapkan mengalami perubahan harga adalah tanaman yang membentuk paket pola tanam untuk lahan sawah dan tegal. Apabila hasil pemecahan problem optimasi dinamik Model-DTA dasar Tabel 14 dibandingkan dengan hasil skenario Tabel 33 hingga 35 dapat diperoleh gambaran bahwa dari satu klasifikasi fungsi dan kemiringan lahan yang sama terjadi pergeseran paket pola tanam optimal. Luas lahan yang dioptimalkan tidak menunjukkan variasi menurut periode tahun, dan sama dengan luas lahan yang tersedia. Walaupun harga kubis mengalami penurunan sebesar 10, namun tidak merubah keputusan aktivitas optimal pada lahan sawah; sedangkan pada fungsi lahan tegal terjadi keadaan yang sebaliknya. Pergeseran keputusan pola tanam optimal lahan tegal II pada skenario 1 a terjadi pada periode waktu yang lebih cepat daripada skenario 1 b . Tabel 33. Perubahan Aktivitas Optimal ha di Wilayah Sub-Sub DAS Bango Karena Perubahan Harga Komoditas Tanaman Kacang Tanah Dan Sayuran Tahun Skenario 1 a Skenario 1 b Sawah I Tegal I Tegal II Sawah I Tegal I Tegal II Pd-Pd-Sy Jg-Jg-Sy Tebu Pd-Jg-Kc Tnh Tebu Pd-Pd-Sy Jg-Jg-Sy Ken-Wort Tebu Pd-Jg-Kc.Tnh Tebu 2003 3 689 7 174 . 211 . 3 689 . 7 174 . 211 . 2004 3 689 7 174 . 211 . 3 689 7 174 . . 211 . 2005 3 689 7 174 . 211 . 3 689 7 174 . . 211 . 2006 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . 211 . 2007 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . 211 . 2008 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . 211 . 2009 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . . 211 2010 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . . 211 2011 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . . 211 2012 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . . 211 2013 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . . 211 2014 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . . 211 2015 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . . 211 2016 3 689 7 174 . . 211 3 689 7 174 . . . 211 2017 3 689 . 7 174 . 211 3 689 . . 7 174 . 211 2018 3 689 . 7 174 . 211 3 689 . . 7 174 . 211 2019 3 689 . 7 174 . 211 3 689 . . 7 174 . 211 Sumber: Olahan data Keterangan: Skenario 1 a : didasarkan perubahan harga data primer Skenario 1 b : didasarkan perubahan harga angka hipotetis Paket pola tanam Pd–Pd–Sy tetap merupakan aktivitas optimal pada lahan sawah kemiringan I 0–15 meskipun harga kubis menurun Tabl 33 hingga 35. Kondisi yang sama juga terjadi pada lahan sawah kemiringan II ≥ 15 di Sub-sub DAS Sumber Brantas Tabel 38. Perubahan harga komoditas kubis, kentang dan wortel menyebabkan pergeseran keputusan aktivitas optimal pada lahan tegal kemiringan I. Keputusan aktivitas optimal pada model dasar dari tegal kemiringan I adalah Kentang-Wortel; sedangkan pada skenario 1 a adalah paket Jg-Jg-Sy dan tebu. Pada lahan tegal kemiringan I dengan skenario 1 a terjadi pergeseran paket pola tanam optimal pada tahun 2017; sedangkan pada skenario 1 b terjadi pergeseran dua kali yaitu pada tahun 2004 dan 2017. Dari keseluruhan Sub-sub DAS terdapat fenomena bahwa pergeseran yang terjadi pada lahan tegal kemiringan I adalah dari pola tanam dengan potensi erosi tinggi ke rendah, kecuali Sub-sub DAS Sumber Brantas. Sementara itu, pergeseran aktivitas optimal yang terjadi pada lahan tegal kemiringan II ≥15 relatif bervariasi menurut Sub-sub DAS. Perubahan harga kacang tanah menyebabkan pergeseran aktivitas optimal pada Sub-sub DAS Bango; yakni dari Pd-Jg-Kacang tanah menjadi tebu Tabel 33. Pada lahan tegal kemiringan II dengan skenario 1 a terjadi pergeseran pola tanam optimal mulai tahun 2006, sedangkan pada skenario 1 b terjadi lebih lambat, yakni tahun 2009. Potensi erosi pola tanam Pd-Jg-Kacang tanah 81.70 tonhath relatif lebih besar daripada tebu 16.10 tonhath. Pergeseran aktivitas optimal pada lahan tegal kemiringan II yang dikarenakan perubahan harga kubis terjadi pada Sub-sub DAS Lesti dan Metro; yaitu dari paket Jg-Jg-Sy menjadi tebu Tabel 35. Apabila ditinjau dari potensi erosi, pergeseran aktivitas optimal yang terjadi pada lahan tegal kemiringan II di wilayah Lesti dan Metro tersebut mempunyai Tabel 34. Perubahan Aktivitas Optimal ha di Wilayah Sub-Sub DAS Sumber Brantas Karena Perubahan Harga Komoditas Tanaman Kacang Tanah Dan Sayuran Tahun Skenario 1 a Skenario 1 b Sawah I Sawah II Tegal I Tegal II Sawah I Sawah II Tegal I Tegal II Pd-Pd-Sy Pd-Pd-Sy Jg-Jg-Sy Tebu Apel Pd-Pd-Sy Pd-Pd-Sy Jg-Jg-Sy Ken-Wort Tebu Apel 2003 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 . 4 939 . 628 2004 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2005 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2006 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2007 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2008 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2009 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2010 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2011 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2012 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2013 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2014 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2015 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2016 16 095 72 4 939 . 628 16 095 72 4 939 . . 628 2017 16 095 72 . 4 939 628 16 095 72 . . 4 939 628 2018 16 095 72 . 4 939 628 16 095 72 . . 4 939 628 2019 16 095 72 . 4 939 628 16 095 72 . . 4 939 628 Sumber: Olahan data Keterangan: Skenario 1 a : didasarkan perubahan harga data primer Skenario 1 b : didasarkan perubahan harga angka hipotetis kecenderungan yang berlawanan dengan kondisi yang terjadi pada lahan tegal kemiringan I. Pada lahan tegal kemiringan I terjadi pergeseran pola tanam optimal dari Padi–Jg–Kacang Tanah menjadi tebu, yaitu menunjukkan adanya pergeseran yang mengarah pada pola tanam erosi rendah. Pada tegal kemiringan II terjadi pergeseran dari pola tanam Jg-Jg-Sy menjadi tebu yang mencerminkan terjadi pergeseran yang menuju pada pola tanam dengan erosi tinggi. Potensi erosi paket pola tanam Jg-Jg-Sy di wilayah Lesti dan Metro masing-masing adalah 9.60 dan 29.00 tonhath; sedangkan pada tanaman tebu sebesar 37.20 dan 36.30 tonhath. Dari fenomena variasi potensi erosi pola tanam yang menjadi aktivitas optimal tersebut, maka perlu dicermati beberapa variabel yang menjadi dasar keputusan pergeseran aktivitas optimal selama horizon waktu. Dengan merujuk fungsi tujuan DTA pada persamaan 6.1; keputusan pergeseran aktivitas optimal didasarkan pada manfaat bersih atau pendapatan setiap periode dari aktivitas paket pola tanam. Melalui transmisi penerimaan manfaat kotor, perubahan harga komoditas akan mempengaruhi pendapatan. Pada harga komoditas yang konstan selama horizon waktu, dinamika penerimaan setiap periode hanya dipengaruhi oleh ketebalan lapisan tanah soil depth atau SD. Apabila harga berubah dan biaya konstan, maka dinamika pendapatan dipengaruhi oleh SD dan perubahan harga komoditas. Penurunan pendapatan setiap periode dari paket pola tanam tanpa komoditas kacang tanah, kubis, kentang dan wortel hanya disebabkan oleh ekstrasi ketebalan lapisan tanah atau kumulatif tanah yang hilang cummulative soil loss atau CSL. Dinamika pendapatan dalam bentuk nominal dikarenakan semakin menipisnya SD; sedangkan PV pendapatan ditentukan oleh perubahan SD dan tingkat bunga. Tabel 35. Perubahan Aktivitas Optimal ha di Wilayah Sub-Sub DAS Metro Karena Perubahan Harga Komoditas Tanaman Kacang Tanah dan Sayuran Tahun Skenario 1 a Skenario 1 b Sawah I Sawah II Tegal I Tegal II Sawah I Sawah II Tegal I Tegal II Pd-Pd-Sy Jeruk Jg-Jg-Sy Tebu Jg-Jg-Sy Tebu Pd-Pd-Sy Jeruk Jg-Jg-Sy Tebu Jg-Jg-Sy Tebu . . . . . . . . . . Ha . . . . . . . . 2003 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2004 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2005 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2006 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2007 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2008 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2009 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2010 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2011 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2012 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2013 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2014 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2015 5 368 94 3 442 . 434 . 5 368 94 3 442 . 434 . 2016 5 368 94 3 442 . . 434 5 368 94 3 442 . 434 . 2017 5 368 94 . 3 442 . 434 5 368 94 . 3 442 434 . 2018 5 368 94 . 3 442 . 434 5 368 94 . 3 442 . 434 2019 5 368 94 . 3 442 . 434 5 368 94 . 3 442 . 434 Sumber: Olahan data Keterangan: Skenario 1 a : didasarkan perubahan harga data primer Skenario 1 b : didasarkan perubahan harga angka hipotetis Paket pola tanam Pd-Pd-Sy tetap dipertahankan sebagai aktivitas pola tanam optimal pada lahan sawah kemiringan I 1–15 karena mempunyai pendapatan per hektar setiap periode yang relatif paling dominan diantara pola tanam yang lain Tabel 36. Walaupun nilai nominal maupun PV pendapatan pola tanam Pd-Pd-Sy pada tahun 2017 Rp 19 276 380ha relatif lebih kecil daripada paket Pd-Pd-Pd Rp 19 898 400ha, namun keputusan optimal tidak berubah karena pendapatan pada awal periode jauh lebih besar. Antara tahun 2017 hingga 2019 terdapat perbedaan pendapatan dari kedua paket pola tanam tersebut adalah Rp 622 014ha hingga Rp 2 440 900ha. Tabel 36. Pendapatan ribu Rpha Berbagai Paket Pola Tanam Lahan Sawah Kemiringan I Wilayah Sub-Sub DAS Bango pada Harga Skenario 1 a dan Biaya Konstan dengan Tingkat Bunga r 10 Tahun Pd-Pd-Pd Pd-Pd-Jg Pd-Pd-Sy Tebu Nominal PV Nominal PV Nominal PV Nominal PV 2003 19 899.52 19 899.52 16 975.75 16 975.75 51 554.41 51 554.41 7753.63 7 753.63 2004 19 899.45 18 090.47 16 975.70 15 432.45 47 368.96 43 062.69 7753.39 7 048.54 2005 19 899.35 16 445.83 16 975.63 14 029.44 43 602.10 36 034.79 7753.16 6 407.57 2006 19 899.28 14 950.68 16 975.57 12 754.00 40 211.96 30 211.84 7752.93 5 824.89 2007 19 899.21 13 591.48 16 975.52 11 594.51 37 160.86 25 381.37 7752.69 5 295.19 2008 19 899.12 12 355.84 16 975.45 10 540.42 34 414.90 21 368.95 7752.46 4 813.67 2009 19 899.04 11 232.53 16 975.39 9 582.17 31 943.56 18 031.31 7752.22 4 375.93 2010 19 898.97 10 211.36 16 975.34 8 711.03 29 719.37 15 250.74 7751.99 3 977.99 2011 19 898.88 9 283.02 16 975.26 7 919.09 27 717.62 12 930.48 7751.75 3 616.25 2012 19 898.80 8 439.07 16 975.21 7 199.15 25 916.06 10 990.94 7751.51 3 287.40 2013 19 898.73 7 671.85 16 975.15 6 544.66 24 294.67 9 366.65 7751.28 2 988.45 2014 19 898.64 6 974.38 16 975.08 5 949.66 22 835.43 8 003.68 7751.04 2 716.69 2015 19 898.57 6 340.32 16 975.03 5 408.77 21 522.12 6 857.61 7750.80 2 469.64 2016 19 898.49 5 763.91 16 974.97 4 917.04 20 340.15 5 891.82 7750.56 2 245.06 2017 19 898.40 5 239.90 16 974.90 4 470.02 19 276.38 5 076.07 7750.33 2 040.90 2018 19 898.33 4 763.52 16 974.84 4 063.64 18 319.00 4 385.42 7750.08 1 855.31 2019 19 898.25 4 330.46 16 974.79 3 694.21 17 457.35 3 799.23 7749.84 1 686.59 Sumber: Olahan data Keterangan: PV = Present Value Pergeseran aktivitas optimal pada lahan tegal kemiringan II ≥ 15 dari pola tanam Pd-Jg-Kacang Tanah menjadi paket tebu, karena Tabel 37: 1 pada tahun 2005 hingga 2008 pendapatan tebu relatif sama dengan paket Pd- Jg-Kacang Tanah, 2 setelah tahun 2008 pendapatan tebu relatif lebih besar dan konstan pada setiap periode dan 3 penurunan pendapatan antar periode dari pola tanam pengganti relatif lebih kecil. Penurunan pendapatan pola tanam Pd- Jg-Kacang Tanah dari tahun 2006 hingga 2007 sebesar Rp 258 870ha; sedangkan pola tanam tebu sebesar Rp 550ha. Adapun penurunan pendapatan dari tahun 2018 ke 2019 pada masing-masing pola tanam tersebut sebesar Rp 164 750ha dan Rp 590ha. Disparitas atau perbedaan perubahan pendapatan antar tahun dari kedua paket pola tanam tersebut relatif besar. Tabel 37. Pendapatan ribu Rpha Berbagai Paket Pola Tanam Lahan Tegal Kemiringan II Wilayah Sub-Sub DAS Bango pada Harga Skenario 1 a dan Biaya Konstan dengan Tingkat Bunga r 10 Tahun Pd-Jg-Kc. Tnh Tebu Nominal PV Nominal PV 2003 7 115.98 7 115.98 6 051.52 6 051.52 2004 6 754.68 6 140.62 6 050.97 5 500.88 2005 6 451.51 5 331.83 6 050.42 5 000.35 2006 6 171.71 4 636.90 6 049.86 4 545.35 2007 5 912.84 4 038.55 6 049.31 4 131.76 2008 5 672.59 3 522.23 6 048.74 3 755.79 2009 5 448.80 3 075.70 6 048.18 3 414.04 2010 5 239.39 2 688.64 6 047.61 3 103.38 2011 5 042.42 2 352.33 6 047.04 2 820.99 2012 4 855.97 2 059.40 6 046.47 2 564.29 2013 4 678.19 1 803.64 6 045.89 2 330.95 2014 4 507.25 1 579.77 6 045.31 2 118.85 2015 4 341.35 1 383.29 6 044.73 1 926.04 2016 4 178.63 1 210.40 6 044.14 1 750.77 2017 4 017.21 1 057.86 6 043.55 1 591.46 2018 3 855.16 922.89 6 042.96 1 446.64 2019 3 690.41 803.14 6 042.37 1 314.99 Sumber: Olahan data Keterangan: PV = Present Value Sebagaimana terdapat pada Tabel 14 bahwa aktivitas optimal lahan tegal kemiringan I 0–15 pada skenario dasar adalah pola tanam Kentang-Wortel. Namun setelah terjadi penurunan harga komoditas kentang, wortel serta kubis, maka terjadi perubahan keputusan aktivitas optimal Tabel 33 - 35. Paket pola tanam Kentang-Wortel dipilih sebagai aktivitas optimal pada skenario dasar karena mempunyai pendapatan yang paling dominan sepanjang horizon waktu. Pada saat harga kentang dan wortel turun, pendapatan Kentang-Wortel masih tetap dominan pada beberapa periode awal horizon waktu, namun relatif lebih cepat mendatangkan pendapatan negatif Tabel 38; sehingga terjadi pergeseran aktivitas pola tanam optimal. Tabel 38. Pendapatan ribu Rpha Berbagai Paket Pola Tanam Lahan Tegal Kemiringan I Wilayah Sub-Sub DAS Bango pada Harga Skenario 1 a dan Biaya Konstan dengan Tingkat Bunga r 10 Tahun Jg-Jg-Sy Pd-Jg-Kc. Tnh Kentang-Wortel Tebu Nominal PV Nominal PV Nominal PV Nominal PV 2003 27 069.62 27 069.62 8 802.87 8 802.87 69 053.24 69 053.24 6 357.90 6 357.90 2004 23 370.30 24 608.75 8 386.06 7 623.69 55 923.14 50 839.22 6 357.66 5 779.69 2005 20 043.89 19 314.30 8 005.30 6 615.95 44 333.06 36 638.89 6 357.42 5 254.06 2006 17 052.99 15 059.27 7 657.45 5 753.15 34 101.03 25 620.61 6 357.18 4 776.24 2007 14 363.65 11 647.42 7 339.63 5 013.07 25 066.73 17 120.92 6 356.94 4 341.87 2008 11 945.37 8 918.70 7 049.24 4 377.02 15 745.71 9 776.85 6 356.69 3 947.01 2009 9 770.97 6 742.85 6 783.87 3 829.32 10 043.07 5 669.05 6 356.45 3 588.05 2010 7 815.77 5 014.06 6 541.33 3 356.74 3 819.49 1 960.00 6 356.21 3 261.74 2011 6 057.59 3 646.12 6 319.65 2 948.16 -1 678.54 - 783.05 6 355.96 2 965.10 2012 4 476.67 2 569.01 6 116.99 2 594.20 -6 536.27 -2 772.02 6 355.72 2 695.45 2013 3 055.07 1 725.95 5 931.70 2 286.93 -10 828.88 -4 175.00 6 355.47 2 450.31 2014 1 776.67 1 070.78 5 762.25 2 019.63 -14 622.64 -5 125.15 6 355.23 2 227.47 2015 627.10 566.10 5 607.27 1 786.65 -17 976.00 -5 727.71 6 354.98 2 024.89 2016 - 406.67 181.65 5 465.49 1 583.16 -20 940.51 -6 065.72 6 354.74 1 840.74 2017 -1336.38 - 107.09 5 335.75 1 405.07 -23 561.63 -6 204.51 6 354.49 1 673.34 2018 -2172.45 - 319.92 5 217.01 1 248.91 -25 879.47 -6 195.34 6 354.24 1 521.15 2019 -2924.37 - 472.79 5 108.29 1 111.71 -27 929.44 -6 078.26 6 353.99 1 382.81 Sumber: Olahan data Keterangan: PV = Present Value Pada Tabel 38 tampak bahwa pendapatan negatif paket Kentang-Wortel terjadi enam periode relatif lebih cepat daripada paket Jg-Jg-Sy. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa meskipun manfaat bersih pola tanam Jg-Jg-Sy pada awal periode relatif jauh lebih kecil daripada paket pola tanam Kentang-Wortel, namun dalam jangka panjang relatif lebih menjanjikan karena perubahan pendapatan tidak terlalu drastis. Pendapatan negatif terjadi karena penerimaan menurun, sementara biaya pada setiap periode adalah konstan. Tingkat erosi pola tanam Kentang-Wortel dan Jg-Jg-Sy relatif seimbang Tabel 15, namun penurunan harga kentang dan wortel menyebabkan penurunan penerimaan pada paket pola tanam yang digantikan Kentang-Wortel relatif lebih besar daripada paket pola tanam pengganti Jg-Jg-Sy. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penurunan penerimaan lebih dominan dikarenakan pengaruh penurunan harga, dan SL tidak siknifikan dalam mempengaruhi perubahan produktivitas. Pergeseran aktivitas optimal dari pola tanam Jg-Jg-Sy menjadi tebu terjadi pada saat PV pendapatan paket pola tanam yang digantikan adalah negatif. Paket monokultur tebu dipilih sebagai pola tanam pengganti karena manfaat bersih yang dihasilkan pada akhir horizon waktu yang relatif paling besar. Walaupun pendapatan pola tanam Pd-Jg-Kacang Tanah pada awal horizon waktu relatif lebih besar daripada paket tebu, namun pada akhir horizon waktu terjadi kondisi yang sebaliknya. Kecenderungan meninggalkan pola tanam yang menghasilkan pendapatan negatif tersebut di atas selaras dengan hasil kajian Carson 1987 dalam Barbier 1990 tentang pengambilan keputusan di tingkat skala mikro atau rumah tangga produsen di daerah lahan kering Wilayah Malang Selatan. Disebutkan bahwa petani akan membuat keputusan rasional untuk meninggalkan usahatani jika keuntungan atau pendapatan pola tanam jagung dan ketela pohon jatuh sangat rendah. Mereka menuju ke daerah perkotaan sebagai tenaga kerja buruh. Dari berbagai kecenderungan yang terdapat pada Tabel 36 hingga 38 tersebut, dapat disarikan bahwa penentuan perubahan aktivitas optimal didasarkan pada: 1. Tingkat pendapatan per unit lahan pada awal dan setiap periode. 2. Jumlah periode tahun saat kondisi tingkat pendapatan bernilai negatif. 3. Pergeseran terjadi setelah manfaat bersih negatif. 4. Perubahan tingkat pendapatan per ha antar periode yang relatif kecil. Pada kesempatan ini perlu disampaikan pengalaman dalam merumuskan skenario perubahan harga komoditas. Pada awalnya, skenario perubahan harga dilakukan pada keseluruhan komoditas yang membentuk paket pola tanam yang dipertimbangkan dalam model optimasi. Namun hasil yang diperoleh adalah bahwa skenario perubahan harga komoditas tidak mengubah keputusan aktivitas optimal. Kondisi tersebut seperti penjelasan Burt 1981, bahwa kenaikan yang proporsional seluruh harga dan biaya akan tidak berdampak pada alokasi optimal intertemporal dari sumberdaya lahan. Perubahan harga komoditas mempunyai pengaruh terhadap besaran harga bayangan ketebalan lapisan tanah atau UCSE Tabel 39. Penurunan harga kubis skenario 1 menyebabkan UCSE dari pola tanam Pd-Pd-Sy pada lahan sawah kemiringan I semakin kecil. Perbedaan proporsi perubahan harga komoditas tidak menyebabkan perbedaan UCSE pada lahan tegal kemiringan I, namun pada lahan tegal kemiringan II menyebabkan UCSE mempunyai nilai beragam. Besarnya UCSE pola tanam Jg-Jg-Sy lahan tegal kemiringan I pada skenario 1 a sama dengan skenario 1 b ; demikian juga pada pola tanam optimal tebu. Hasil pendugaan UCSE pola tanam Pd-Jg-KcTanah lahan tegal kemiringan II dari skenario 1 b tampak lebih besar daripada skenario 1 a ; namun pada pola tanam tebu tidak terjadi perbedaan. Tabel 39. Pendugaan Harga Bayangan Ketebalan Lapisan Tanah Berbagai Pola Tanam Optimal Sub-Sub DAS Bango Menurut Fungsi Lahan dan Skenario Perubahan Harga Komoditas Terpilih ribu Rpcmha Tahun Sawah I Tegal I Tegal II Dasar Skenario 1 a Skenario 1 b Dasar Skenario 1 a Skenario 1 b Dasar Skenario 1 a Skenario 1 b Pd-Pd-Sy Pd-Pd-Sy Pd-Pd-Sy Kn-Wrl Jg-Jg-Sy Tebu Jg-Jg-Sy Tebu Pg-Jg-Kc Tnh Pg-Jg-Kc Tnh Tebu Pg-Jg-Kc Tnh Tebu 2004 1 923.84 1 012.67 1 012.67 2 879.40 891.71 891.71 105.00 19.33 43.82 2005 1 870.39 912.07 912.07 2 805.59 793.72 793.72 103.54 10.07 36.70 2006 1 811.59 820.13 820.13 2 723.27 703.53 703.53 101.69 35.58 28.84 2007 1 746.89 735.86 735.86 2 631.61 620.21 620.21 99.41 34.44 20.16 2008 1 675.71 658.33 658.33 2 529.65 542.88 542.88 96.65 33.16 10.59 2009 1 597.40 586.71 586.71 2 416.37 470.76 470.76 93.36 31.73 31.73 2010 1 511.24 520.22 520.22 2 290.63 403.09 403.09 89.47 30.13 30.13 2011 1 416.46 458.14 458.14 2 151.18 339.18 339.18 84.93 28.33 28.33 2012 1 312.19 399.81 399.81 1 996.64 278.38 278.38 79.67 26.34 26.34 2013 1 197.48 344.61 344.61 1 825.51 220.05 220.05 73.58 24.12 24.12 2014 1 071.29 291.95 291.95 1 636.12 163.61 163.61 66.62 21.65 21.65 2015 932.47 241.29 241.29 1 426.64 108.49 108.49 58.66 18.90 18.90 2016 779.76 192.09 192.09 1 195.06 54.13 54.13 49.61 15.85 15.85 2017 611.76 143.85 143.85 939.17 11.91 11.91 39.36 12.47 12.47 2018 426.95 96.07 96.07 656.52 8.32 8.32 27.76 8.73 8.73 2019 223.65 48.28 48.28 344.45 4.37 4.37 14.70 4.59 4.59 Sumber: Olahan data Keterangan: Skenario 1 a : didasarkan perubahan harga data primer Skenario 1 b : didasarkan perubahan harga angka hipotetis Perubahan harga komoditas juga menyebabkan perbedaan perubahan UCSE . Perubahan UCSE pada skenario 1 cenderung lebih besar daripada model dasar. Hal itu karena perubahan manfaaat bersih pada skenario 1 dipengaruhi oleh pengurangan SD dan harga komoditas, sedangkan pada model dasar hanya dipengaruhi oleh pengurangan SD. Sementara itu, perubahan harga komoditas tidak menyebabkan perubahan besaran biaya off-site erosi Off-site Cost of Erosin atau OFCE maupun volume outflow waduk Wo l . Pada persamaan 6.11b dan 6.11c tampak jelas bahwa besarnya pendugaan OFCE tidak dipengaruhi oleh harga komoditas, namun dipengaruhi oleh harga air waduk untuk berbagai kegunaan. Perubahan harga komoditas di wilayah sub-sistem hulu waduk tidak mengubah debit outflow optimal, namun hanya mempengaruhi perubahan volume stok air dan sedimen. Hal tersebut karena besarnya debit outflow hanya dipengaruhi aspek fisik sebagaimana telah diuraikan pada sub-bab 7.3. Dampak perubahan harga komoditas terhadap volume stok air dan sedimen dalam waduk melalui perubahan volume erosi potensial karena perubahan aktivitas pola tanam. Tabel 40. Perubahan Volume Optimal Waduk Sengguruh juta m 3 Karena Perubahan Harga Komoditas Tanaman Kc Tanah dan Sayuran Base Skenario 1 a Skenario 1 b Tahun Vsa 1 Vss 1 Vks 1 Vsa 1 Vss 1 Vks 1 Vsa 1 Vss 1 Vks 1 2003 2.00 0.32 . 2.00 0.32 . 2.00 0.32 . 2004 1.55 0.77 . 1.56 0.76 . 1.55 0.77 . 2005 1.10 1.22 . 1.11 1.21 . 1.11 1.21 . 2006 0.66 1.67 . 0.67 1.65 . 0.66 1.66 . 2007 0.21 2.11 0.24 0.23 2.10 0.22 0.22 2.10 0.22 2008 . 2.32 0.45 . 2.32 0.44 . 2.32 0.44 2009 . 2.32 0.45 . 2.32 0.44 . 2.32 0.44 2010 . 2.32 0.45 . 2.32 0.44 . 2.32 0.44 2011 . 2.32 0.45 . 2.32 0.44 . 2.32 0.44 2012 . 2.32 0.45 . 2.32 0.44 . 2.32 0.44 2013 . 2.32 0.45 . 2.32 0.44 . 2.32 0.44 2014 . 2.32 0.45 . 2.32 0.44 . 2.32 0.44 2015 . 2.32 0.45 . 2.32 0.44 . 2.32 0.44 2016 . 2.32 0.45 . 2.32 0.45 . 2.32 0.45 2017 . 2.32 0.45 . 2.32 0.43 . 2.32 0.43 ijk 1 λ 2018 . 2.32 0.45 . 2.32 0.43 . 2.32 0.43 2019 . 2.32 0.45 . 2.32 0.43 . 2.32 0.43 2020 2.32 . 2.32 . . 2.32 . Sumber: Olahan data Keterangan: Vsa 1 = volume stok air Waduk Sengguruh Vss 1 = volume stok sedimen Waduk Sengguruh Vks 1 = volume sedimen yang dikeruk Waduk Sengguruh Volume sedimen yang dikeruk dari Waduk Sengguruh Vks 1 pada skenario 1 relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan model dasar Tabel 40; yakni berkisar antara 10 hingga 20 ribu m 3 . Pada biaya pengerukan sedimen sebesar Rp 7 517.23m 3 , maka penurunan volume tersebut dapat menghemat biaya pengerukan antara Rp 7 517 230 sampai dengan Rp 15 034 460. Apabila didasarkan pada biaya kesempatan OFCE Waduk Sengguruh sebesar Rp 107.17m 3 Tabel 30, maka biaya sosial yang dapat dihemat pada setiap periode adalah berkisar antara Rp 107 170 000 hingga Rp 214 340 000. Perubahan pola tanam optimal di wilayah sub-sistem hulu dari skenario 1 juga berdampak pada pengisian tampungan mati Waduk Sutami Vss 2 relatif lebih lambat. Pada akhir horizon waktu tahun 2020 volume tampungan mati yang belum terisi Sa 2 b pada skenario 1 relatif lebih kecil daripada model dasar Tabel 41. Perbedaan volume yang terjadi berkisar antara 0.22 hingga 0.23 juta m 3 ; atau setara dengan Rp 21.50 juta hingga Rp 22.50 juta bila OFCE Waduk Sutami sebesar Rp 97.90m 3 Tabel 31. Tabel 41. Perubahan Volume Optimal juta m 3 Waduk Sutami Karena Perubahan Harga Komoditas Tanaman Kc Tanah dan Sayuran Tahun Base Skenario 1 a Skenario 1 b Vsa 2 Vss 2 Ss 2 b Vsa 2 Vss 2 Vsa 2 b Vsa 2 Vss 2 Vsa 2 b 2003 175.12 61.00 29.00 175.12 61.00 29.00 175.12 61.00 29.00 2004 174.37 61.75 28.25 174.38 61.74 28.26 174.37 61.75 28.25 2005 173.62 62.50 27.50 173.63 62.49 27.51 173.63 62.50 27.51 2006 172.87 63.25 26.75 172.89 63.23 26.77 172.88 63.24 26.76 2007 172.12 64.00 26.00 172.14 63.98 26.02 172.14 63.98 26.02 2008 171.37 64.75 25.25 171.40 64.72 25.28 171.39 64.73 25.27 2009 170.62 65.50 24.50 170.66 65.46 24.54 170.65 65.47 24.53 2010 169.87 66.26 23.75 169.91 66.21 23.79 169.90 66.22 23.78 2011 169.12 67.01 23.00 169.17 66.95 23.05 169.16 66.96 23.04 2012 168.36 67.76 22.24 168.43 67.69 22.31 168.42 67.70 22.30 2013 167.61 68.51 21.49 167.68 68.44 21.56 167.67 68.45 21.55 2014 166.86 69.26 20.74 166.94 69.18 20.82 166.93 69.19 20.81 2015 166.11 70.01 19.99 166.20 69.92 20.08 166.19 69.93 20.07 2016 165.36 70.76 19.24 165.45 70.67 19.33 165.44 70.68 19.32 2017 164.61 71.51 18.49 164.71 71.41 18.59 164.70 71.42 18.58 2018 163.86 72.26 17.74 164.00 72.12 17.88 163.99 72.13 17.87 2019 163.11 73.01 16.99 163.30 72.83 17.18 163.29 72.84 17.17 2020 162.36 73.76 16.24 162.59 73.53 16.47 162.58 73.54 16.46 Sumber: Olahan data Keterangan: Vsa 1 = volume stok air Waduk Sengguruh Vss 1 = volume stok sedimen Waduk Sengguruh Vks 1 = volume sedimen yang dikeruk Waduk Sengguruh

9.2. Perubahan Tingkat Bunga