Struktur Kelembagaan Pengelolaan DAS Kali Brantas

2.6. Struktur Kelembagaan Pengelolaan DAS Kali Brantas

Dalam rangka menyusun rekomendasi kebijakan pengelolaan sumberdaya air di wilayah DAS Kali Brantas, kajian PJT I et al. 2003 telah menganalisis keberadaan: 1 hubungan antar lembaga yang terkait di tingkat propinsi dan kabupatenkota, 2 ijin penggunaan air, dan 3 pungutan iuran penggunaan air irigasi. Beberapa lembaga yang berperan pada tingkat propinsi adalah Dinas Pengairan Propinsi Jawa Timur, Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Balai PSDA, Perum Jasa Tirta I, Panitia Tata Pengaturan Air PTPA , Panitia Irrigasi, dan Himpunan Petani Pemakai Air. Organisasi dan tanggung jawab Dinas Pengairan diatur dalam Peraturan Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur PERDA Tk I Nomor 23 tahun 2003. Tugas utama Balai PSDA adalah melaksanakan bagian gugus tugas Dinas Pengairan dalam pengelolaan air permukaan di wilayah DAS. Keberadaan dan fungsi Balai PSDA diatur dalam PERDA Tk I Nomor 59 tahun 1994. Organisasi maupun tugas PTPA dan Panitia Irrigasi dikuatkan dalam Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur Nomor 59 tahun 1994 dan Nomor 180 tahun 1992. Dalam melaksanakan tugasnya, PTPA didukung oleh Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air PPTPA yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur Nomor 131 tahun 1997. Diantara beberapa fungsi yang telah dirumuskan, terdapat dua fungsi PPTPA yang tekait dengan pemeliharaan dan kelestarian DTA; yaitu melaksanakan: 1. Program yang mengintegrasikan sumberdaya air dan konservasi tanah. 2. Peningkatan kesadaran publik dan partisipasi masyarakat terhadap perlindungan sumberdaya air, pengembangan dan pengunaan serta kontrol sumberdaya air. Lembaga yang terlibat pada tingkat kabupatenkota meliputi: Dinas Pengairan KabupatenKota dan Panitia Irigasi KabupatenKota yang didukung oleh Panitia Irigasi Kecamatan. Adapun sistem kelembagaan yang diusulkan berdasarkan hasil kajian PJT I et al. 2003 adalah membentuk Dewan Sumberdaya Air Nasional Dewan SDA Nasional, tingkat propinsi, wilayah DAS dan tingkat KabupatenKota. Dewan SDA Nasional bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Program Dewan SDA Nasional disusun dari program departemensektoral dan stakeholder nasional. Otoritas Dewan SDA Nasional adalah: 1 Penetapkan perencanaan pengelolaan sumberdaya air, dan 2 melaksanakan program tahunan yang telah disepakati dengan keseluruhan stakeholder yang telah ditetapkan dalam Master Plan. Ketua Dewan SDA Nasional adalah Menteri Koordinator Perekonomian, dengan wakil ketua Menteri Pekerjaan Umum. Adapun yang menjadi anggota adalah berbagai departemen terkait, Bappenas, organisasi profesional, LSM dan perguruan tinggi. Pada tingkat wilayah propinsi disebut dengan Dewan SDA Propinsi. Apabila dalam wilayah propinsi terdapat beberapa DAS, maka dibentuk Dewan SDA wilayah sungai. Usulan yang terkait dengan sistem tarif air yang diuraikan oleh PJT I et al. 2003 hanya sebatas metode untuk mendapatkan pungutan iuran retribusi yang cocok. Dalam kaitannya dengan sistem tarif air, hasil kajian PJT I et al. 2003 belum merekomendasikan model kelembagaan pengelola dana konservasi DAS yang efektif dan berkelanjutan. Retribusi air dari pengguna masih dikelola oleh PJT I PERUM Jasa Tirta I; dan belum ada usulan pengaturan kelembagaan yang secara khusus mengelola dana konservasi wilayah hulu hingga hilir. Sementara itu, Witoelar 2005 mengemukakan bahwa perlindungan fungsi lingkungan dapat dicapai melalui Tujuan Pembangunan Milenium Millennium Development Goals. Menurutnya, strategi yang bisa diaplikasikan adalah kemitraan nasional secara holistik dalam sistem perencanaan dan pendanaan, serta koordinasi dan harmonisasi kebijakan. Oleh karena itu, dalam upaya konservasi DTA bagian hulu DAS Kali Brantas pada khususnya dan keseluruhan wilayah DAS Kali Brantas pada umumnya perlu disusun rancangan struktur kelembagaan yang mampu mengintegrasikan sistem perencanaan dan pendanaan serta mensinergikan kebijakan tingkat nasional dan regional. Arah kebijakan yang ditempuh didasarkan pada Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, khususnya pada Bab III pasal 21 ayat 2 tentang Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air. Pada pasal dan ayat tersebut secara eksplisit terdapat beberapa aktivitas yang berkaitan dengan konservasi daerah tangkapan air. Regulasi kebijakan dan struktur kelembagaan yang diusulkan adalah replikasi dan atau modifikasi pengalaman pemerintah Costa Rica dalam menangani deforestasi yang sangat parah menuju pembangunan hutan lestari. Dari uraian Rahardian 2005 mencerminkan bahwa pengembalian fungsi lingkungan di Costa Rica telah menerapkan strategi penanganan sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Witoelar 2005. Kebijakan penting yang telah dilakukan oleh Costa Rica adalah: 1 kebijakan membuat aturan tentang tata ruang dan penggunaan lahan, dan 2 membuat undang-undang tentang struktur dan fungsi kelembagaan Rahardian 2005. Struktur kelembagaan meliputi: 1 lembaga yang mengelola trust fund, 2 assosiasi pemangku kepentingan stakeholder, masyarakat dan LSM, serta 3 organisasi pengawas lapangan. Berdasarkan deskripsi hasil kajian PJT I et al. 2003 dan pengalaman pemerintah Costa Rica tersebut, maka dalam rangka mewujudkan perlindungan dan pelestarian sumber air di wilayah DAS Kali Brantas perlu penelitian aksi tentang revitalisasi struktur kelembagaan pengeloaan DAS Kali Brantas dengan pendekatan hulu-hilir.

III. MODEL SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR