Pendahuluan Variabilitas musiman dan antar tahunan salinitas permukaan laut jawa serta implikasinya terhadap hasil tangkapan ikan pelagis kecil

73 Selatan ditemukan salinitas permukaan laut relatif rendah antara 32,0–32,5 psu, kemungkinan karena pengaruh sungai-sungai di kedua pulau tersebut dan menyebar bersama arus permukaan dari selat-selat sekitar Laut Jawa, seperti Selat Karimata, Selat Makassar dan Selat Sunda. Pola distribusi salinitas permukaan laut di Laut Jawa sangat dipengaruhi oleh pergerakan angin muson. Selama bulan-bulan muson tenggara, angin yang diikuti oleh arus permukaan laut, datang dari timur dan pada waktu yang sama, massa air oseanik masuk ke Laut Jawa dan mendorong massa air yang bersalinitas rendah di Laut Jawa ke barat. Kejadian sebaliknya terjadi pada bulan-bulan-bulan musim barat Desember-Januari-Februari. Berdasarkan pola pergerakan massa air, seperti dijelaskan oleh Wyrtki 1961, massa air pada Laut Jawa kemungkinan terjadi pengaruh dan percampuran dengan massa air dari perairan di wilayah sekitarnya, seperti yang datang dari Samudera Pasifik melalui Laut Cina Selatan, Laut Flores, dan dari perairan massa air dari Selat Makassar, serta kemungkinan dari Samudera Hindia melalui Selat Sunda. Secara umum berdasarkan rataan bulanan salinitas permukaan laut mulai dari tahun 1994–2010, bahwa di perairan Laut Jawa memperlihatkan adanya variabilitas musiman dengan diindikasikan dua puncak salinitas permukaan laut maksimum dan dua lembah salinitas permukaan laut minimum Gambar 52. Pada musim peralihan I Maret-April-Mei lebih rendah dibandingkan musim barat, musim timur, dan musim peralihan II September-Oktober-Nopember, dan salinitas permukaan laut rendah terkonsentrasi di bagian timur Laut Jawa, di selatan Selat Makasar. Pada musim timur Juni-Juli-Agustus, salinitas permukaan laut tampak lebih tinggi dibagian timur, terutama di sisi dekat Kalimantan cenderung meningkat. Pada Musim Peralihan II September-Oktober-Nopember, salinitas permukaan laut relatif sama dengan Musim Timur dan terlihat salinitas rendah ditemukan di perairan bagian Barat di sekitar Selat Sunda, dengan salinitas permukaan laut sekitar antara 33,00 psu–34,00 psu. Kondisi tersebut kemungkinan disebabkan oleh masuknya massa air bersalinitas tinggi dari 74 Samudera Pasifik ke perairan Indonesia, menyebabkan sebaran salinitas permukaan di perairan Indonesia meningkat dari barat ke timur dan berkisar antara 30,00 psu –35,00 psu. Dalam muson timur masuknya massa air dari yang bersalinitas tinggi dari arah timur dari Selat Makassar dan Laut Flores, mendorong massa air bersalinitas rendah kembali ke barat sampai ke laut Cina Selatan melewati Selat Karimata Wyrtki, 1961; Nontji, 1987; Gordon, 2005. Menurut, Atmadipoera dan Nurjaya, 2011 bahwa salinitas permukaan laut perairan Makasar-Arlindo adalah pemasok utama perairan Laut Jawa selama musim timur, bukan dari Laut Flores seperti yang diduga sebelumnya. Komponen arus Makassar-Arlindo yang mengalir ke barat menuju Laut Jawa merupakan respon lokal dari Musim timur Angin Muson Tenggara melalui Ekman transport. Pada musim barat Desember-Januari-Februari, salinitas permukaan laut terlihat relatif rendah berkisar antara 32,00–33,00 psu, terutama pada wilayah perairan bagian barat Pulau Jawa. Pada musim ini massa air dari Laut Natuna melewati Selat Karimata memasuki Laut Jawa dari arah barat yang dalam perjalanannya banyak mengalami pengenceran dari aliran-aliran sungai di sungai disekitarnya Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Akibatnya salinitas turun dan mendorong massa air yang bersalinitas tinggi ke timur ke arah laut Flores. Nilai rata-rata tahunan yang terendah di perairan Indonesia sering dijumpai pada perairan Indonesia bagian barat dan semakin ke timur nilai rata-rata tahunannya semakin meningkat. Pada Muson barat massa air dari Laut Natuna memasuki Laut Jawa dari arah barat yang dalam perjalanannya dalam musim hujan tersebut banyak mengalami pengenceran dari aliran-aliran sungai dari Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Jawa. Akibatnya salinitas turun dan mendorong massa air yang bersalinitas tinggi ke timur ke arah Laut Flores. Berdasarkan karakteristik dari salinitas massa air, bahwa sirkulasi massa air di perairan Laut Jawa diklasifikasikan menjadi tiga tipe Wytrki, 1956. Pertama adalah perairan oseanik dengan massa air salinitas lebih dari 34,00 psu. Terjadi intrusi massa air salinitas relatif tinggi dari arah timur yang sangat jelas terlihat pada waktu angin muson timur muson tenggara, Juni-Agustus berhembus. Garis