El Nino Southern Oscillation ENSO

bagian selatan sehingga meningkatkan nilai salinitas di perairan ini. Pada daerah pantai Selat Makassar terdapat kantong-kantong air dengan salinitas tinggi, yang hanya dapat dijelaskan dengan proses penaikan massa air karena pada daerah yang berdekatan justru bersalinitas rendah. Selama proses penaikan air berlangsung pada musim timur, salinitas dapat mencapai 34-34,5 psu. Sebaliknya pada musim barat, massa air dari Laut Jawa yang bersalinitas rendah akan memasuki perairan Selat Makassar bagian selatan sehingga dapat menurunkan salinitas permukaan. Pengamatan oleh Gordon et al. 2003 dan NCEPNational Center Environmental Prediction Sofian et al., 2006; Sofian et al., 2007 dengan pemodelan arah angin menunjukkan bahwa salinitas permukaan Laut Jawa yang rendah bergerak ke selatan Selat Makassar selama munson barat laut dari Oktober sampai Maret. Angin monsun tenggara mengembalikan massa air bersalinitas rendah tersebut ke Laut Jawa selama dari bulan April sampai September. Pengamatan oleh Sofian et al. 2006 juga membuktikan bahwa kuatnya volume transpor berlangsung kuat ke arah timur mengakibatkan naiknya muka laut di Laut Jawa. Selain itu, transport massa air mengarah ke timur selama munson barat laut dari Oktober hingga Maret dan ke barat selama munson tenggara. Hubungan antar lautan antara Selat Makassar dan Laut Jawa diselidiki dengan model Hybrid Coordinat Ocean Model HYCOM. Hasil yang diperoleh bahwa bahwa di Selat Makassar aliran terkuat mengarah ke selatan pada lapisan 150–250 meter. Berkaitan dengan fenomena ENSO, kecepatan aliran permukaan akan menurun pada saat munson barat laut selama periode La Nina. Hal ini disebabkan oleh aliran massa air Laut Jawa menuju timur dapat menghambat aliran massa air hangat yang dialirkan oleh arus permukaan Selat Makassar yang menuju ke selatan dimana membawa massa air dari Samudera Pasifik memasuki Samudera Hindia selama periode ini. Di sisi lain, kecepatan arus yang menuju timur dan air permukaan bergerak dari selatan Selat Makassar menuju ke Laut Jawa mengalami peningkatan selama munson tenggara selama periode El Nino 19971998 Sofian et al., 2006. Sofian 2007 memberikan gambaran mengenai arus permukaan berdasarkan pemodelan model berbasis pengamatan in situ dan citra satelit altimeter untuk bulan Januari munson barat laut dan Agustus munson tenggara pada perairan jalur barat Arlindo. Selama munson barat laut dimana bertiup angin barat laut, angin munson menggiring massa air Laut Jawa menuju timur dan perairan selat Karimata ke arah selatan. Arus permukaan Selat Sunda mengarah ke timur dan memasuki Samudera Hindia menuju Laut Jawa selama periode ini. Sebaliknya, saat arah angin berubah dari arah tenggara selama munson tenggara menciptakan arus menuju barat karena hembusan angin tersebut yang mengarahkan permukaan Laut Jawa dan Selat Karimata masing-masing bergerak menuju barat dan utara. Adapun massa air permukaan Selat Sunda akan keluar dari Laut Jawa menuju Samudera Hindia selama munson tenggara. Berbeda dengan arus Selat Makassar yang tidak mengikuti arah angin munson, arus permukaan Selat Makassar cenderung mengarah ke selatan sepanjang tahun.Kecepatan arus permukaan Selat Makassar rendah pada munson barat laut meskipun arah angin dari utara berlangsung intensif. Rendahnya kecepatan arus permukaan Selat Makassar karena terhalangi oleh kuatnya arus Laut Jawa yang mengarah ke timur.Akan tetapi, pada saat munson tenggara arah selatan arus permukaan Selat Makassar menjadi lebih cepat. Hal ini diketahui, kuatnya arus permukaan menuju selatan mendorong massa air permukaan dengan salinitas dan temperatur yang rendah kembali ke Laut Jawa. Atmadipoera et al. 2009 menjelaskan skema Arus Lintas Indonesia yang melewati beberapa selat di perairan Indonesia sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 17. Massa air air Pasifik Utara dibawa dari Arus Mindanao dan mengikuti aliran barat dari pintu masuknya di timur laut Laut Sulawesi menuju ke Selat Makassar dan seterusnya ke Laut Flores. Dari sini, sekitar 20 mengalir ke luar menuju Samudera Hindia melalui Selat Lombok dan pada bagian timur masuk melalui Laut Banda, sebelum keluar menuju Samudera Hindia melewati Selat Ombai dan Perlintasan Timor. Massa air Pasifik Utara dicirikan dengan salinitas maksimum pada lapisan termoklin Perairan Subtropis Pasifik Utara, NPSW dan salinitas minimum pada lapisan bawah termoklin Perairan Intermediate Pasifik Utara, NPIW dimana perairan Pasifik Selatan merupakan komponen kecil dari aliran massa ini. Massa air terdiri dari Perairan Bawah Termoklin Subtropis Pasifik Selatan SPSLTW yang muncul pada kedalaman bawah termoklin sepanjang jalur timur yang melalui Laut Halmahera dan Laut Maluku menuju Laut Seram, dan kemudian menuju ke Laut Banda Wyrtki, 1961; Ilahude dan Gordon, 1996. Salinitas permukaan memperlihatkan variasi tahunan yang kuat pada perairan Indonesia yang berasosiasi dengan suplai terbesar perairan tawar Laut Jawa selama musim hujan pada munson barat laut dari Desember sampai Maret Wyrtki, 1961. Survei dengan CTD yang dilakukan pada puncak musim hujan dan kemarau pada 199394 melalui eksperimen Arlindo memperlihatkan bahwa perairan besalinitas rendah terdapat pada lapisan permukaan sampai bagian atas lapisan termoklin di selatan Selat Makassar selama puncak munson barat laut pada periode Arlindo. Salinitas permukaan yang rendah dibawa oleh arus munson yang mengalir ke timur dari Laut Jawa ke Laut Banda.Sepanjang aliran ini, profil perairan Arlindo merupakan pokok dari percampuran pasang surut yang membentuk lapisan termoklin dari Arlindo yang keluar menuju Samudera Hindia. Skema Arlindo melewari selat-selat di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Skema Sirkulasi Arus Lintas Indonesia yang Keluar Melewati Beberapa Selat Atmadipoera et al., 2009