Metodologi Penelitian Variabilitas musiman dan antar tahunan salinitas permukaan laut jawa serta implikasinya terhadap hasil tangkapan ikan pelagis kecil

5.5.3 Fluktuasi Bulanan Musiman CPUE Jenis Ikan Pelagis Kecil Pada Setiap Fishing Ground

Pola distribusi dan fluktuasi bulanan musiman hasil tangkap per unit upaya CPUE pada setiap fishing ground untuk setiap jenis ikan pelagis kecil, yaitu layang Decapterus spp., banyar Rastrelliger kanagurta, bentong Selar crumenophthalmus, juwi Sardinella spp, lemuru Amblygaster sirm, dan selar Selaroides leptolepis, yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan padatahun 1990 – 1995, disajikan pada Gambar 77, Gambar 78, Gambar 79, Gambar 80, Gambar 81, dan pada Gambar 82. Berdasarkan atas data hasil tangkapan dari tempat pendaratan ikan Tegal dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan bahwa hasil tangkapan ikan pelagis kecil bervariasi menurut musim dan daerah penangkapan dari perairan utara Tegal dan Pekalongan sampai ke bagian barat Selat Makasar, FG I – FG VI. Hasil tangkapan cenderung tinggi pada daerah penangkapan sekitar pulau- pulau Bawean, Masalembo, Matasiri, dan Selat Makasar. Pada Gambar 77, kelompok ikan pelagis kecil yang dominan di Laut Jawa, yaitu layang Decapterus spp. memperlihatkan bahwa CPUE tertinggi antara sekitar pada bulan September sampai dengan bulan November akhir musim timur, daerah penangkapan terkonsentrasi di daerah penangkapan bagian timur Laut Jawa yaitu Selat Makassar FG VI dan Matasiri FGV dan semakin ke daerah barat perairan utara Pekalongan, FG I konsentrasi atau kelimpahannya semakin berkurang sebagaimana ditunjukkan oleh garis kontur CPUE 1000 tonhari. Sedangkan antara bulan Maret sampai dengan bulan Juni musim peralihan I kelimpahan ikan layang relatif sangat rendah di seluruh Laut Jawa sebagaimana ditunjukkan oleh garis kontur CPUE 140 tonhari. Hal ini menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan layang yang optimum terjadi pada musim timur yang menyebar dari Laut Jawa bagian timur ke bagian barat. Fluktuasi antar tahunan 1990-1995 CPUE jenis ikan layang Decapterus spp, menunjukkan bahwa layang pada tahun 1994 lebih banyak tertangkap dibanding tahun 1990,1991, 1992, 1993, dan tahun 1995. Menurut Prasetyo dan Suwarso 2010 bahwa jenis ikan layang Decapterus spp. merupakan salah satu komoditi utama dari hasil tangkapan pukat cincin di perairan utara Jawa. Hasil tangkapan rata-rata selama periode tahun 1981–1982 di TPI Pekalongan saja mencapai 19,442 ton atau sekitar 32 dari hasil tangkapan total ikan pelagis. Lebih lanjut dijelaskan, kondisi biologisnya menunjukkan bahwa pada salah satu jenis yakni D. maruadsi matang seksual pada ukuran 18,8 cm. Aktifitas penangkapan yang berjalan ditemui banyak ikan yang tertangkap sebelum mencapai ukuran matang seksual. Adapun pola penambahan anggota baru tahunan puncaknya terjadi pada dua musim yakni barat dan timur dengan puncak tertinggi pada musim timur Atmaja, 1983. Demikian halnya di Selat Makassar diketahui bahwa layang merupakan tangkapan utama pukat cincin dengan kontribusi sekitar 58. Sedangkan perairan Selat Makassar bagian selatan sebagai salah satu tujuan utama penangkapan ikan layang memiliki kontribusi sebesar 43. Adapun jenis ikan layang yang tertangkap di Selat Makassar adalah layang Decapterus ruselli dan layang abu-abu D. macrosoma Prasetyo dan Suwarso, 2010. Gambar 77. Distribusi dan Kelimpahan Rata-rata Bulanan Musiman ikan layang Decapterus spp. Pada Setiap Fishing Ground Di Laut Jawa selama Tahun 1990-1995 Pengamatan terkini mengenai musim dan daerah penangkapan oleh Chodriyah dan Hariati 2010 diperoleh bahwa musim penangkapan ikan layang Decapterus spp. terjadi pada bulan Agustus, ikan siro dan selar bentong pada bulan Desember, ikan kembung banyar bulan September dan ikan tembang atau juwi bulan Juni. Daerah penangkapan fishing ground purse seine Pekalongan sama dengan periode sebelumnya, meliputi perairan Laut Jawa utara Tegal dan Pekalongan, Karimunjawa, Bawean, Masalembo, Matasiri, dan Kangean, perairan Laut Cina Selatan Pejantan, Natuna, Midai, Tarempa, serta Tambelan dan perairan Selat Makassar Lumu-Lumu, Lari-Larian, dan Kota Baru. Sampling yang dilakukan oleh Suwarso et.al. 1987 dari 179 kapal purse seine diperoleh komposisi hasil tangkapan ikan layang yang dipisahkan menurut daerah penangkapan dan musim di perairan Laut Jawa. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin ke arah timur daerah penangkapan jumlah persentase layang deles yang tertangkap semakin banyak dan sebaliknya semakin ke arah barat layang biasa yang semakin banyak. Terdapat kecenderungan naiknya CPUE ikan layang dengan semakin jauhnya daerah penangkapan. Disebutkan juga bahwa pada setiap musim nelayan lebih banyak menagkap ikan di perairan sekitar Masalembo dan Matasirih kira-kira 21,8 dan 30,9, sedangkan di empat daerah penangkapan lainnya perairan sebelah utara Tegal dan Pekalongan, sekitar Kepulauan Karimunjawa dan sekitar Pulau Bawean sekitar 47,3. Dengan demikian kenaikan hasil tangkapan ikan layang disebabkan oleh kenaikan hasil tangkapan layang deles, dimana ini telah mengakibatkan perubahan komposisi dari ikan layang. Selanjutnya musim penangkapan dan pola penyebaran ikan banyar Gambar 78 memperlihatkan pola yang hampir sama dengan ikan Layang. Musim tangkap ikan banyar terjadi pada akhir musim timur, antara bulan September sampai dengan bulan November dengan nilai CPUE relatif rendah, antara 250 tonhari sampai dengan 500 tonhari. Hal ini memperlihatkan bahwa kelimpahan ikan banyar lebih rendah dibandingkan dengan kelimpahan ikan Layang di perairan Laut Jawa pada periode tahun 1990 sampai dengan tahun 1995.