Metodologi Penelitian .1 Lokasi dan Data Penelitian

74 Samudera Pasifik ke perairan Indonesia, menyebabkan sebaran salinitas permukaan di perairan Indonesia meningkat dari barat ke timur dan berkisar antara 30,00 psu –35,00 psu. Dalam muson timur masuknya massa air dari yang bersalinitas tinggi dari arah timur dari Selat Makassar dan Laut Flores, mendorong massa air bersalinitas rendah kembali ke barat sampai ke laut Cina Selatan melewati Selat Karimata Wyrtki, 1961; Nontji, 1987; Gordon, 2005. Menurut, Atmadipoera dan Nurjaya, 2011 bahwa salinitas permukaan laut perairan Makasar-Arlindo adalah pemasok utama perairan Laut Jawa selama musim timur, bukan dari Laut Flores seperti yang diduga sebelumnya. Komponen arus Makassar-Arlindo yang mengalir ke barat menuju Laut Jawa merupakan respon lokal dari Musim timur Angin Muson Tenggara melalui Ekman transport. Pada musim barat Desember-Januari-Februari, salinitas permukaan laut terlihat relatif rendah berkisar antara 32,00–33,00 psu, terutama pada wilayah perairan bagian barat Pulau Jawa. Pada musim ini massa air dari Laut Natuna melewati Selat Karimata memasuki Laut Jawa dari arah barat yang dalam perjalanannya banyak mengalami pengenceran dari aliran-aliran sungai di sungai disekitarnya Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Akibatnya salinitas turun dan mendorong massa air yang bersalinitas tinggi ke timur ke arah laut Flores. Nilai rata-rata tahunan yang terendah di perairan Indonesia sering dijumpai pada perairan Indonesia bagian barat dan semakin ke timur nilai rata-rata tahunannya semakin meningkat. Pada Muson barat massa air dari Laut Natuna memasuki Laut Jawa dari arah barat yang dalam perjalanannya dalam musim hujan tersebut banyak mengalami pengenceran dari aliran-aliran sungai dari Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Jawa. Akibatnya salinitas turun dan mendorong massa air yang bersalinitas tinggi ke timur ke arah Laut Flores. Berdasarkan karakteristik dari salinitas massa air, bahwa sirkulasi massa air di perairan Laut Jawa diklasifikasikan menjadi tiga tipe Wytrki, 1956. Pertama adalah perairan oseanik dengan massa air salinitas lebih dari 34,00 psu. Terjadi intrusi massa air salinitas relatif tinggi dari arah timur yang sangat jelas terlihat pada waktu angin muson timur muson tenggara, Juni-Agustus berhembus. Garis 75 isohalin 33,50 psu yang melintang dengan bentuk mengerucut dari arah timur menuju ke barat menunjukkan pergerakan massa air oseanik bersalinitas tinggi dari arah timur ke barat sampai dengan dengan ujung lidah massa air salinitas tinggi mencapai 113 o BT. Massa air kedua adalah bersalinitas sekitar 32,00 psu sampai dengan 34,00 psu. Massa air ini berasal dari dari bagian selatan Laut Cina Selatan dan bercampur dengan massa air yang lebih tawar di Laut Jawa. Percampuran massa air sangat jelas terlihat pada waktu angin muson barat laut Musim Barat, Desember-Februari, pergerakan isohaline 33,80 psu. Massa air ketiga adalah massa air yang relatif tawar dengan salinitas sekitar 32,00 psu, dan jenis massa air lain di Laut Jawa adalah massa air yang berasal dari sungai atau gelontoran dari daratan dengan salinitas kurang dari 30,00 psu. Gambar 39. Salinitas Permukaan Laut Kedalaman 5 Meter di Laut Jawa, Perata- Rataan dari 27 Desember 1993 – 03 Januari 2011 ~18 tahun