Interaksi Laut Jawa-Selat Makassar

Gambar 19. Daerah Penangkapan Ikan di Laut Jawa dalam Kurun Waktu 2002- 2007 Atmaja dan Sadhotomo, 2005

2.12 Interaksi Sumberdaya Ikan dengan Faktor Iklim dan Oseanografi

Pola angin munson sangat nyata berpengaruh terhadap kegiatan penangkapan dan keberadaan ikan di Laut Jawa.Pada munson timur, ikan yang bersifat stenohaline banyak tertangkap, seperti layang Decapterus macrosoma dan D. russelli, banyar Rastrelliger kanagurta dan siro Ambligaster sirm. Pada angin munson barat, ikan yang bersifat euryhaline mendominasi hasil tangkapan seperti kembung Ratrelliger brachysoma dan juwi Sardinella spp. Haidenberg, 1938; Beck dan Sudrajat, 1978; Atmaja dan Ecoutin, 1995; dan Hariati et al., 1995. Berdasarkan cluster analysis hasil tangkapan pukat cincin, sediaan ikan layang deles D. macrosoma dan siro A. sirm tergolong bersifat stenohaline, hidup dekat continental shelf edge dan tertangkap pada setiap akhir tahun Sadhotomo and Potier, 1995 dalam Atmaja dan Nugroho, 1995. Tingkat pemanfaatan sediaan masing-masing spesies tersebut berbeda satu dengan dengan lainnya.Coastal dan neritic species misalnya D. ruselli, Sardinella spp., bentong Selar crumenopthalmus telah dieksploitasi mendekati lebih tangkap, sedangkan oceanic species misalnya D. macrosoma, R. kanagurta dan A. sirm masih dapat ditingkatkan Sujastani, 1978; Nurhakim et al, 1995; Sadhotomo dan Potier, 1995 dalam Atmaja dan Nugroho, 1995. Variabilitas beberapa ikan pelagis D. russelli, D. macrosoma, R. kanagurta berasosiasi dengan perubahan salinitas massa air yang datang dari Laut Flores dan Selat Makassar pada musim kemarau Hardenberg, 1938. Kelompok ikan coastal seperti Auxis sp., Sardinella sp., Teri Steloporus spp. dan Encraicholine spp. dan juvenil ikan pelagis berasosiasi dengan perubahan suhu. Dua jenis ikan yang mempunyai respon berbeda terhadap lingkungan digambarkan oleh hasil tangkapan ikan layang dan juwi di perairan utara Bonang- Sarang, pada musim peralihan dari musim timur ke musim barat September- Nopember sebagian besar hasil tangkapan pukat cincin didominasi oleh ikan layang, pada musim timur Maret-Mei ikan juwi menggantikan ikan layang Atmaja dan Ecoutin, 1995 dalam Atmaja et al., 2003. Potier 1998 dalam Atmaja et al. 2003 juga menyatakan bahwa stok ikan pelagis sangat peka terhadap perubahan lingkungan, terutama penyebaran salinitas secara spasial yang dibangkitkan oleh dua angin munson barat laut dan tenggara. Pada tahun basah curah hujan di atas normal akan mengurangi penetrasi ikan-ikan yang bersifat oseanik menurun di bagian timur Laut Jawa. Hubungan hasil tangkapan dengan salinitas permukaan menunjukkan berkorelasi positif dan hasil tangkapan berkorelasi negatif dengan curah hujan. Hasil survei akustik menerangkan kelimpahan dan sebaran spasial kelompok ikan. Perubahan keberadaan dan kelimpahan kelompok ikan tersebut terlihat bahwa pengelompokan ikan di bagian tengah cenderung menghilang pada bulan Desember dan Februari. Dengan menghubungkan adanya perubahan karakteristik lingkungan yang dicirikan oleh adanya perubahan profil suhu dan salinitas pada ketiga waktu tersebut maka dapat diketahui setidaknya kondisi lingkungan pada bulan Oktober relatif homogen sehingga stok kelompok ikan cenderung tersebar merata dengan nilai reverberasi yang tinggi. Pergeseran kelompok ikan ke arah timur diduga sebagai akibat dari pengaruh penurunan salinitas akibat dari masuknya pengaruh massa air salinitas rendah hingga menyebabkan kondisi lingkungan dalam keadaan tidak homogen. Kondisi ini diduga merupakan salah satu faktor utama di mana pada ikan kelompok jenis oseanik layang deles D. macrosoma dan kembung lelaki R. kanagurta cenderung bergerak ke arah timur mengikuti pergerakan massa air bersalinitas tinggi. Perubahan musimam karakteristik lingkungan di Laut Jawa tersebut telah diterangkan oleh Wyrtki 1958 dan Durand dan Petit 1995 dalam Atmaja et al.2003 di mana secara umum dikatakan bahwa perubahan musim di Laut Jawa dicirikan oleh adanya perubahan suhu, salinitas serta arah angin dan pola arus yang berbeda pada dua musim utama yaitu musim barat dan timur. Analisis parameter-parameter oseanografi seperti suhu, salinitas, dan konsentrasi klorofil-a menguatkan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang mnunjukkan bahwa variabilitas parameter-parameter oseanografi di Laut Jawa secara kuat dipengaruhi pergerakan angin munson. Pada periode musim angin muson tenggara, suhu permukaan laut di Laut Jawa lebih rendah, namun salinitas meningkat dan sebaliknya terjadi pada saat musim muson barat laut. Konsentrasi klorofil-a di bagian barat Laut Jawa relatif sama pada kedua musim, tetapi di bagian timur Laut Jawa, konsentrasi klorofil-a meningkat pada musim barat. Selain pengaruh angin muson, perubahan iklim global ENSO juga terlihat mempengaruhi parameter suhu dan konsentrasi klorofil-a.Pada saat ENSO, terjadi anomali negatif suhu permukaan laut yang menurun sampai dengan mencapai suhu 25,3 o C, sebaliknya di bagian timur Laut Jawa terjadi anomali positif konsentrasi klorofil-a. Variasi parameter-parameter oseanografi yang terjadi di Laut Jawa baik yang berhubungan dengan perubahan musim maupun iklim global berpengaruh terhadap distribusi, dengan kelimpahan ikan. Oleh karena itu, data parameter-parameter oseanografi yang secara terus menerus diamati khususnya dari citra satelit sebaiknya digunakan sebagai informasi untuk pengelolaan sumber daya ikan secara optimal dan lestari di Laut Jawa Gaol dan Sadhotomo, 2007. Data target strength menunjukkan bahwa rata-rata ukuran ikan pelagis yang terdeteksi di perairan pantai utara Jawa bagian timur adalah 10 sampai dengan 56 cm. Ukuran ikan di daerah lepas pantai lebih kecil dibanding daerah dekat pantai. Pada musim peralihan, kondisi suhu dan salinitas perairan relatif homogen sehingga faktor tersebut kurang signifikan terhadap distribusi keadaan ikan. Diduga faktor lingkungan lain seperti faktor biologi dan kimia berperan dalam pola penyebaran ikan pelagis kecil di perairan ini. Di Laut Flores dan sekitar pulau-pulau Sunda, densitas ikan tertinggi pada stratum 10 sampai dengan 50 m dengan ukuran 10 sampai dengan 20 cm terutama di bagian lahan marginal seperti sekitar selat dan kepulauan. Selain merupakan lapisan tercampur di mana kondisi suhu dan salinitas relatif stabil pada kedalaman 10 sampai 50 m, lahan marginal merupakan daerah subur tempat pertemuan 2 massa air yang berbeda yang membentuk front diharapkan merupakan tempat berkumpul ikan. Lapisan termoklin yang bersifat lemah berada di bawah 50 m, hal ini mempengaruhi densitas ikan yang semakin rendah pada kedalaman lebih dari 50 m. Ikan pelagis yang berada pada lapisan termoklin mempunyai ukuran yang lebih besar yaitu 14 sampai dengan 40 cm. Pada musim yang sama, rata-rata kepadatan dan ukuran ikan pelagis kecil di wilayah timur lebih rendah daripada sebelah barat Priatna dan Natsir, 2007.

2.13 Sintesa Review Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan beberapa hasil studi literatur tinjauan pustaka seperti yang ditelah berikan pada bab tinjauan pustaka Bab 2, maka dapat disusun sintesa sebagai berikut : 1. Laut Jawa merupakan wilayah perairan yang menjadi daerah penangkapan fishing ground beberapa ikan pelgias kecil, seperti ikan layang, banyar, juwi, bentong, selar, dan ikan lemuru. Ikan layang merupakan jenis ikan pelagis yang paling dominan. Pada musim timur didominasi oleh ikan berkarakter stenohaline karena pada saat ini terjadinya musim kemarau akan meningkatkan salinitas permukaan laut. Sebaliknya ditemukan bahwa pada musim barat jenis ikan yang ditemukan adalah yang berkarakter euryhaline karena menurunnya salinitas perairan. Di samping itu terlihat adanya pergeseran lokasi penangkapan berdasarkan musim. Demikian juga terhadap parameter oseanografi lainnya, setiap jenis ikan memiliki preferensi hidup yang berbeda- beda Atmaja et al., 1986; Suwarso et al., 1987; Atmaja dan Nugroho, 1995. Kondisi ini menggambarkan kekhasan yang terjadi pada kedua perairan tersebut dalam membentuk karakteristik lingkungan jenis ikan yang berasosiasi di dalamnya. 2. Bahwa pengaruh faktor lingkungan yang disebabkan oleh interaksi Selat Makassar dan Laut Jawa ini telah mengakibatkan adanya perbedaan pola sebaran jenis ikan baik secara spasial maupun temporal. Jenis ikan yang tertangkap menunjukkan bahwa Di perairan Laut Jawa, salinitas permukaan laut berfluktuasi yang sangat kuat pada periode musiman tahunan dan antar tahunan. Terdapat keterkaitan antara sirkulasi massa air Laut Jawa dengan sirkulasi massa air dari laut atau selat sekitarnya, seperti Selat Makasar pada musim timur Southeast monsoon dan Selat Karimata pada musim barat Northwest monsoon. Di perairan Laut Jawa, terjadi variabilitas salinitas permukaan Laut Jawa, yaitu massa air dengan salinitas maksimum S-maks pada musim timur musim kemarau dan massa air salinitas minimum S-min pada musim barat musim hujan. S-maks pada musim timur berhubungan dengan sirkulasi massa air Selat Makasar Sirkulasi Arlindo, sedangkan S-min pada musim hujan berhubungan dengan presipitasi curah hujan langsung di Laut Jawa dan curah hujan di daratan Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan memasuki Laut Jawa melalui sungai-sungai di sekitar Laut Jawa. Namun demikian, belum ada studi literatur yang mengkaji secara khusus tentang keterkaitan antara fluktuasi salinitas musiman tahunan dan antar tahunan baik secara spasial maupun temporal. 3. Variabilitas atau fluktuasi hasil tangkapan CPUE beberapa ikan pelagis kecil di Laut Jawa, terutama ikan–ikan yang dominan, seperti ikan layang Decapterus spp dan ikan banyar R. kanagurta berasosiasi dengan perubahan salinitas massa air yang datang dari Selat Makassar dan Laut Flores pada musim timur musim kemarau dan pada musim barat musim hujan berasoasi Selat Karimata pada musim kemarau. Namun demikian belum ada studi literatur yang mengkaji secara lebih mendalam keterkaitan antara CPUE ikan yang dominan ikan layang dan banyar dengan fluktuasi salinitas permukaan Laut Jawa. 4. Berdasarkan beberapa hasil studi literatur dari bahwa penyebaran ikan-ikan pelagis kecil di perairan Laut Jawa dipengaruhi oleh salinitas massa air, terutama jenis ikan pelagis yang dominan ikan layang dan banyar. Oleh karena ini diperlukanan kajian yang lebih mendalam tentang fluktuasi salinitas kaitannya dengan sumberdaya ikan pelagis di Laut Jawa .