Indian Ocean Dipole Mode IODM

aliran massa ini. Massa air terdiri dari Perairan Bawah Termoklin Subtropis Pasifik Selatan SPSLTW yang muncul pada kedalaman bawah termoklin sepanjang jalur timur yang melalui Laut Halmahera dan Laut Maluku menuju Laut Seram, dan kemudian menuju ke Laut Banda Wyrtki, 1961; Ilahude dan Gordon, 1996. Salinitas permukaan memperlihatkan variasi tahunan yang kuat pada perairan Indonesia yang berasosiasi dengan suplai terbesar perairan tawar Laut Jawa selama musim hujan pada munson barat laut dari Desember sampai Maret Wyrtki, 1961. Survei dengan CTD yang dilakukan pada puncak musim hujan dan kemarau pada 199394 melalui eksperimen Arlindo memperlihatkan bahwa perairan besalinitas rendah terdapat pada lapisan permukaan sampai bagian atas lapisan termoklin di selatan Selat Makassar selama puncak munson barat laut pada periode Arlindo. Salinitas permukaan yang rendah dibawa oleh arus munson yang mengalir ke timur dari Laut Jawa ke Laut Banda.Sepanjang aliran ini, profil perairan Arlindo merupakan pokok dari percampuran pasang surut yang membentuk lapisan termoklin dari Arlindo yang keluar menuju Samudera Hindia. Skema Arlindo melewari selat-selat di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Skema Sirkulasi Arus Lintas Indonesia yang Keluar Melewati Beberapa Selat Atmadipoera et al., 2009

2.11 Sumber Daya Perikanan Ikan Pelagis di Laut Jawa

Sumber daya perikanan Selat Makassar dimanfaatkan oleh nelayan dan perusahaan penangkapan yang berada di kawasan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Bali serta Jawa. Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang terdapat di Selat Makassar terdiri dari ikan layang, kembung, selar, tembang, siro, julung-julung dan teri. Dari data statistik perikanan terdapat 15 jenis ikan yang dikelompokkan ke dalam kelompok pelagis kecil dan yang paling dominan adalah ikan layang Gafa et al., 1993. Jenis layang di Selat Makassar pada dasarnya tertangkap sepanjang tahun, fluktuasi terjadi secara musiman; puncak kelimpahan ikan layang berlangsung antara November sampai Januari. Adapun musim paceklik penangkapan layang terjadi sekitar bulan Maret sampai Mei.Terkait dengan musim ikan di Laut Jawa, musim puncak layang di Selat Makassar lebih lambat sekitar dua bulan dibanding dengan musim puncak kelimpahan di Laut Jawa perairan sekitar Kepulauan Masalembo dan Pulau Matasirih yang berlangsung pada musim peralihan 2 September–November. Selisih musim puncak tersebut diduga karena adanya spawning migration dari timur Laut Jawa ke arah barat Selat Makassar. Indikasi tersebut berdasarkan temuan Potier dan Sadhotomo 2003 bahwa adanya pergeseran ukuran ikan layang yang berhubungan dengan tingkat kematangan gonad ikan layang Priatna dan Suwarso, 2008. Kondisi perikanan tangkap pada tahun 1975–1980 di Laut Jawa menunjukkan bahwa perikanan demersal telah memberikan tekanan pengusahaan yang tinggi terhadap sumber daya ikan, sedangkan perikanan pelagis belum dimanfaatkan secara intensif. Penerapan Keputusan Presiden RI No.39 Tahun 1980 tentang Penghapusan Jaring Trawl dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1982 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden RI Nomor 39 Tahun 1980 secara tidak langsung mengakibatkan terjadinya perubahan dalam komposisi hasil tangkapan yakni perikanan demersal mengalami penurunan sekitar 38 termasuk produksi udang dan peperek yang turun 50 pada tahun 1981, sedangkan perikanan pelagisnya mengalami kenaikan sekitar 7. Selanjutnya pada awal 1980 nelayan beralih menggunakan alat tangkap untuk pemanfaatan ikan pelagis yang dioperasikan dalam kuantitas dan kualitas yang besar Dwiponggo, 1983. Ikan layang, Decapterus spp merupakan salah satu komoditi utama dari hasil tangkapan pukat cincin di perairan utara Jawa. Hasil tangkapan rata-rata selama periode tahun 1981–1982 di TPI Pekalongan saja mencapai 19,442 ton atau sekitar 32 dari hasil tangkapan total ikan pelagis. Kondisi biologisnya menunjukkan bahwa pada salah satu jenis yakni D. maruadsi matang seksual pada ukuran 18,8 cm. Aktifitas penangkapan yang berjalan ditemui banyak ikan yang tertangkap sebelum mencapai ukuran matang seksual. Adapun pola penambahan anggota baru tahunan puncaknya terjadi pada dua musim yakni barat dan timur dengan puncak tertinggi pada musim timur Atmaja, 1983. Demikian halnya di Selat Makassar diketahui bahwa layang merupakan tangkapan utama pukat cincin dengan kontribusi sekitar 58. Sedangkan perairan Selat Makassar bagian selatan sebagai salah satu tujuan utama penangkapan ikan layang memiliki kontribusi sebesar 43.Adapun jenis ikan layang yang tertangkap di Selat Makassar adalah layang Decapterus ruselli dan layang abu-abu D. macrosoma Prasetyo dan Suwarso, 2010. Fluktuasi CPUE beberapa jenis ikan dari musim ke musim dan daerah penangkapan mempunyai pola yang sama dan beberapa jenis ikan tertentu cenderung berlawanan. Berdasarkan CPUE total tiap musim dan daerah penangkapan sangat ditentukan oleh CPUE ikan layang. Puncak hasil tangkapan ikan layang berlangsung pada musim peralihan II, yaitu terdapat pada perairan sekitar Pulau Masalembo dan Pulau Matasiri, sedangkan pada musim yang lain yakni musim peralihan I dan perairan tenggara jauh lebih rendah. Pola fluktuasi CPUE yang hampir sama terjadi pada banyar kembung, sedangkan untuk tanjan, siro dan bentong cenderung berlawanan. Puncak hasil tangkapan tanjan berlangsung pada musim tenggara, terutama di perairan sebelah utara Tegal dan Pekalongan serta Matasiri dengan hasil tangkapan terendah terjadi pada musim peralihan I terutama di perairan sekitar Bawean dan Masalembo. Hasil tangkapan siro tertinggi berlangsung pada musim barat, yaitu di sekitar Bawean dan Pejantan. Hasil tangkapan terendah pada musim peralihan II, yaitu di periran sebelah utara Tegal dan Pekalongan dan sekitar Karimunjawa. Portier dan Sadhotomo 1994 dalam Atmaja dan Nugroho 1995 mendeskripsikan lokasi penangkapan di atas yang dikelompokkan dalam perikanan pelagis kecil di utara Jawa Gambar 18. Gambar 18. Daerah Penangkapan Ikan dengan Purse Seine di Laut Jawa Sampai Tahun 1995 Sadhotomo, 1994 dalam Atmaja dan Nugroho, 1995 Perubahan kondisi lingkungan mempengaruhi beberapa jenis ikan tertentu untuk melakukan ruaya, misalnya layang Decapterus spp dan banyar Rastrelliger kanagurta yang beruaya mengikuti perubahan salinitas sehingga ikan tersebut selalu beruaya musiman. Menurut Sujastani 1974 ikan kembung perempuan Rastrelliger brachysoma beruaya untuk memijah dari Tanjung Satai Kalimantan Barat pada bulan Mei–Oktober, populasi ikan kembung musim barat beruaya dari perairan Laut Jawa untuk memijah dan atau Laut Cina Selatan, sedangkan populasi ikan kembung musim timur memijah di bagian timur Laut Jawa Laut Flores. Migrasi ikan kembung ini mengikuti corak migrasi ikan layang yang biasanya terlambat satu atau dua minggu Atmaja et.al., 1986. Sampling yang dilakukan oleh Suwarso et.al 1987 dari 179 kapal purse seine diperoleh komposisi hasil tangkapan ikan Layang yang dipisahkan menurut daerah penangkapan dan musim di perairan Laut Jawa. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin ke arah timur daerah penangkapan jumlah persentase layang deles yang tertangkap semakin banyak dan sebaliknya