Abstract Variabilitas musiman dan antar tahunan salinitas permukaan laut jawa serta implikasinya terhadap hasil tangkapan ikan pelagis kecil
72
Gambar 38. Wavelet CWT Angin Zonal di Atas Laut Jawa 1994-2010 4.5.2 Variabilitas Salinitas Permukaan Laut Musiman dan Antar Tahunan
di Laut Jawa
Gambaran dari karakteristik rata-rata salinitas permukaan laut pada kedalaman 5 meter 10 harian selama Januari 1994 sampai Desember 2010 17
tahun di Laut Jawa yang diwakili oleh salinitas permukaan laut di wilayah antara 106
o
–116
o
BT dan 3
o
-8
o
LS, seperti disajikan pada Gambar 39. Rata-rata bulanan SSS mulai Januari sampai dengan Desember selama tahun 1994 sampai dengan
2010, seperti diberikan pada Gambar 40–Gambar 51. Rata-rata bulanan di perairan Utara Jawa-Madura Laut Jawa pada tahun
1994–2010 dengan kisaran antara 32,0 psu – 34,4 psu. Pada umumnya salinitas permukaan laut di Laut Jawa relatif rendah 32,00 psu–33,00 psu dibandingkan
perairan sekitarnya Laut Flores, Selat Makassar, Selat Karimata, dan Selatan Jawa. Dari wilayah bagian barat ke timur salinitas permukaan laut semakin
tinggi, dan di bagian perairan sekitar Pulau Kalimantan Selatan dan Sumatera
73
Selatan ditemukan salinitas permukaan laut relatif rendah antara 32,0–32,5 psu, kemungkinan karena pengaruh sungai-sungai di kedua pulau tersebut dan
menyebar bersama arus permukaan dari selat-selat sekitar Laut Jawa, seperti Selat Karimata, Selat Makassar dan Selat Sunda.
Pola distribusi salinitas permukaan laut di Laut Jawa sangat dipengaruhi oleh pergerakan angin muson. Selama bulan-bulan muson tenggara, angin yang
diikuti oleh arus permukaan laut, datang dari timur dan pada waktu yang sama, massa air oseanik masuk ke Laut Jawa dan mendorong massa air yang bersalinitas
rendah di Laut Jawa ke barat. Kejadian sebaliknya terjadi pada bulan-bulan-bulan musim barat Desember-Januari-Februari.
Berdasarkan pola pergerakan massa air, seperti dijelaskan oleh Wyrtki 1961, massa air pada Laut Jawa kemungkinan terjadi pengaruh dan percampuran
dengan massa air dari perairan di wilayah sekitarnya, seperti yang datang dari Samudera Pasifik melalui Laut Cina Selatan, Laut Flores, dan dari perairan massa
air dari Selat Makassar, serta kemungkinan dari Samudera Hindia melalui Selat Sunda.
Secara umum berdasarkan rataan bulanan salinitas permukaan laut mulai dari tahun 1994–2010, bahwa di perairan Laut Jawa memperlihatkan adanya
variabilitas musiman dengan diindikasikan dua puncak salinitas permukaan laut maksimum dan dua lembah salinitas permukaan laut minimum Gambar 52. Pada
musim peralihan I Maret-April-Mei lebih rendah dibandingkan musim barat, musim timur, dan musim peralihan II September-Oktober-Nopember, dan
salinitas permukaan laut rendah terkonsentrasi di bagian timur Laut Jawa, di selatan Selat Makasar.
Pada musim timur Juni-Juli-Agustus, salinitas permukaan laut tampak lebih tinggi dibagian timur, terutama di sisi dekat Kalimantan cenderung
meningkat. Pada Musim Peralihan II September-Oktober-Nopember, salinitas permukaan laut relatif sama dengan Musim Timur dan terlihat salinitas rendah
ditemukan di perairan bagian Barat di sekitar Selat Sunda, dengan salinitas permukaan laut sekitar antara 33,00 psu–34,00 psu. Kondisi tersebut
kemungkinan disebabkan oleh masuknya massa air bersalinitas tinggi dari