Tarif Kerangka Teoritis .1 Teori Permintaan dan Penawaran

pengimpor. Konsumen diuntungkan karena surplus konsumennya bertambah senilai bidang B + D. Sebaliknya, produsen mengalami kerugian karena surplus produsen turun senilai bidang B. Namun karena keuntungan yang diterima konsumen itu melebihi kerugian produsen, yakni senilai bidang D, maka surplus total Indonesia mengalami peningkatan. Menurut Mankiw 2000, analisis terhadap kasus negara pengimpor ini menghasilkan dua kesimpulan pokok sebagai berikut: 1. Jika suatu negara membuka hubungan dagang internasional dan menjadi pengimpor atas suatu barang, maka produsen domestik barang itu akan dirugikan, sedangkan konsumen domestik akan barang itu akan diuntungkan. 2. Pembukaan hubungan dagang itu akan menguntungkan negara yang bersangkutan secara keseluruhan karena keuntungan yang terjadi melebihi kerugiannya.

3.1.5 Tarif

Tarif tariff adalah pajak yang dikenakan terhadap barang-barang yang diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri Mankiw, 2000. Pemberlakuan tarif terhadap impor gula tidak akan memunculkan dampak yang berarti, jika ternyata Indonesia menjadi pengekspor gula. Jika tidak ada perusahaan atau penduduk Indonesia yang mengimpor gula, maka tentunya tarif impor itu tidak dipersoalkan. Tarif itu akan bernilai penting jika Indonesia menjadi negara pengimpor gula setelah ia menjalin hubungan dagang dengan negara-negara lain. Gambar 3 memperlihatkan situasi pasar gula Indonesia. Jika perdagangan bebas dimungkinkan, maka harga domestik akan sama dengan harga dunia. Penerapan tarif akan memperbesar harga gula impor melebihi harga dunianya dan kelebihannya itu sama dengan besaran tarif yang diterapkan. Dengan adanya tarif itu, para produsen gula domestik dapat menjual produknya dengan harga yang sama dengan harga dunia plus tarif ke pasar domestik. Akibatnya, harga gula baik impor maupun produk domestik di Indonesia akan naik sebanyak tarif tadi sehingga mendekati harga domestik yang berlaku sebelum Indonesia menjalin hubungan dagang dengan negara-negara lain. Harga Penawaran dalam negeri A Harga sesudah B penerapan tarif C D E F Tarif Harga sebelum Penerapan tarif G Harga Dunia Permintaan dalam negeri Q S 1 Q S 2 Q D 2 Q D 1 Kuantitas Sumber: Mankiw, 2000 Gambar 3. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor Perubahan harga ini tentu saja mempengaruhi perilaku para penjual dan pembeli domestik. Oleh karena tarif itu menaikkan harga domestik, maka kuantitas permintaan gula domestik pun turun dari Q D 1 menjadi Q D 2 , sedangkan kuantitas penawaran domestik naik dari Q S 1 menjadi Q S 2 . Dengan demikian, penerapan tarif menurunkan kuantitas impor dan mendorong pasar domestik mendekati kondisi equilibrium tanpa perdagangan. Para penjual domestik diuntungkan karena tarif menaikkan harga domestik sedangkan pembeli domestik mengalami kerugian. Di samping itu, pemerintah akan memperoleh pendapatan baru dari tarif itu. Untuk mengetahui berapa banyak keuntungan dan kerugiannya, dapat dilihat dari perubahan-perubahan atas surplus konsumen, surplus produsen, dan pendapatan pemerintah. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perubahan Kesejahteraan Sebagai Akibat Pemberlakuan Tarif Uraian Sebelum Tarif Sesudah Tarif Perubahan Surplus Konsumen A + B + C + D + E + F A + B - C + D + E + F Surplus Produsen G C + G + C Pendapatan Pemerintah Tidak ada E + E Surplus Total A + B + C + D + E + F + G + B + C + E + G - D + F Sumber: Mankiw, 2000. Sebelum penerapan tarif, harga domestik sama dengan harga dunia. Surplus konsumen, yakni bidang yang terletak antara kurva permintaan dan garis harga dunia, sama nilainya dengan luas bidang A + B + C + D + E + F. Sedangkan surplus produsen, yakni bidang yang terletak antara kurva penawaran dan garis harga dunia, senilai luas bidang G. Pendapatan pemerintah sama dengan nol. Surplus totalnya penjumlahan surplus konsumen, surplus produsen, serta pendapatan pemerintah senilai luas bidang A + B + C + D + E + F + G. Begitu pemerintah memberlakukan tarif, maka harga domestik melonjak melebihi harga dunia. Surplus konsumen berkurang menjadi bidang A + B. Surplus produsen bertambah menjadi bidang C + G. sedangkan pendapatan pemerintah, yakni tarif impor dikalikan kuantitas impor setelah pajak ditetapkan, adalah bidang E. Jadi, setelah tarif diterapkan, surplus totalnya menjadi A + B + C + E + G. Untuk mengetahui dampak tarif terhadap kesejahteraan total, perubahan- perubahan pada surplus konsumen yang negatif dijumlahkan dengan surplus produsen positif dan juga pendapatan pemerintah positif. Ternyata surplus totalnya menyusut senilai bidang D + F. Penyusutan ini merupakan beban baku deadweight loss tarif. Bidang D mencerminkan beban baku akibat produksi gula domestik yang berlebihan, sedangkan bidang F merupakan beban baku akibat konsumsi gula yang terlalu rendah. Beban baku total tarif sama dengan penjumlahan kedua bidang segitiga tersebut.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional