artinya jika harga gula eceran meningkat sebesar satu Rupiah per ton, maka stok gula Indonesia akan turun sebesar 0,844375 ton, cateris paribus. Berdasarkan
Teori Harga, jika harga meningkat maka jumlah yang ditawarkan akan meningkat, cateris paribus
dan demikian juga sebaliknya. Konsumsi gula berpengaruh nyata secara negatif dengan taraf a sebesar
lima persen terhadap perubahan stok gula Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan koefisien dugaannya sebesar -0,12356. Artinya, jika terjadi kenaikan konsumsi
gula sebesar satu ton, maka stok gula Indonesia akan turun sebesar 0,12356 ton, cateris paribus
. Dilihat dari nilai elastisitasnya, konsumsi gula bersifat inelastis atau tidak responsif terhadap perubahan stok gula Indonesia baik jangka pendek -
0,32 maupun jangka panjang -0,68. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan konsumsi gula sebesar satu persen akan menurunkan stok gula Indonesia
sebesar 0,32 persen dalam jangka pendek dan 0,68 persen dalam jangka panjang. Penelitian ini juga membuktikan bahwa stok gula Indonesia tahun sebelumnya
berpengaruh secara nyata terhadap stok gula Indonesia dengan nilai koefisien dugaannya sebesar 0,529362. Artinya, jika terjadi kenaikan stok gula Indonesia
tahun sebelumnya sebesar satu ton, maka stok gula Indonesia akan meningkat sebesar 0,529362 ton, cateris paribus.
5.3.5 Konsumsi Gula
Hasil pendugaan parameter dan elastisitas konsumsi gula dapat dilihat pada Tabel 8. Konsumsi gula dipengaruhi oleh harga gula eceran, jumlah
penduduk, produksi gula total, dan konsumsi gula tahun sebelumnya. Hasil dugaan persamaan konsumsi gula menunjukkan bahwa semua koefisien sudah
sesuai dengan tanda yang diharapkan dalam hipotesis dan menurut kriteria ekonomi.
Tabel 8. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Gula
Variabel Koefisien
t
hitung
P Elastisitas
Nama Variabel Pendek
Panjang Intercep
-416558 -1,00
0,3273 -
- Intersep PNE
-0,40684 -2,09
0,0478 B -0,23
-0,44 Harga Gula Eceran POP
0,011077 2,66
0,0136 B 8,15
15,52 Jumlah Penduduk QP
0,176033 1,89
0,0711 C 0,13
0,25 Produksi Gula Total LKG
0,475000 2,93
0,0074 A -
- Lag KG R-Sq
0,94860 0,94004
110,74 2,50493
Adj R-Sq F Stat
DW Stat
Nilai koefisien determinasi R
2
dari model konsumsi gula adalah 0,94860 yang artinya 94,860 persen keragaman konsumsi gula mampu diterangkan oleh
keragaman variabel-variabel eksogen di dalam model, yakni harga gula eceran, jumlah penduduk, produksi gula total, dan konsumsi gula tahun sebelumnya,
sedangkan sisanya 5,14 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Harga gula eceran dan jumlah penduduk berpengaruh nyata
pada taraf a sebesar 0,05 persen. Produksi gula total berpengaruh nyata pada taraf a sebesar 0,1 persen, sedangkan konsumsi gula tahun sebelumnya berpengaruh
nyata pada taraf a sebesar 0,01 persen. Koefisien dugaan variabel harga gula eceran adalah -0,40684. Artinya, jika
terjadi kenaikan harga gula eceran sebesar satu Rupiah per ton, maka konsumsi gula akan turun sebesar 0,40684 ton, cateris paribus. Dilihat dari nilai
elastisitasnya, harga gula eceran tidak responsif terhadap perubahan konsumsi gula baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan nilai elastisitasnya
masing-masing sebesar -0,23 dan -0,44. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga gula eceran sebesar satu persen, maka konsumsi gula akan turun
sebesar 0,23 persen dalam jangka pendek dan 0,44 persen dalam jangka panjang, cateris paribus
. Hal tersebut sesuai dengan Teori Harga yang menyatakan bahwa apabila harga turun maka konsumsi atau jumlah yang diminta akan meningkat.
Besarnya jumlah penduduk juga ikut mempengaruhi konsumsi gula. Hasil estimasi membuktikan bahwa variabel jumlah penduduk responsif atau bersifat
elastis terhadap perubahan konsumsi gula baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan nilai masing-masing sebesar 8,15 dan 15,52 yang artinya
jika jumlah penduduk naik satu persen, maka konsumsi gula akan meningkat sebesar 8,15 persen dalam jangka pendek dan 15,52 persen dalam jangka panjang,
cateris paribus . Produksi gula total juga berpengaruh nyata secara positif terhadap
perubahan konsumsi gula. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai koefisien dugaannya sebesar 0,176033. Artinya, jika produksi gula meningkat sebesar satu
ton, maka konsumsi gula akan naik sebesar 0,176033 ton, cateris paribus. Selain itu, variabel peubah bedakala yaitu konsumsi gula tahun sebelumnya juga
mempengaruhi perubahan konsumsi gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0,475 yang menunjukkan bahwa kenaikan konsumsi gula tahun sebelumnya
sebesar satu ton akan meningkatkan kons umsi gula sebesar 0,475 ton, cateris paribus
. 5.3.6
Impor Gula
Persamaan dari pendugaan parameter respon jumlah impor gula dapat dilihat pada Tabel 9. Pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa secara statistik
jumlah impor gula dipengaruhi secara nyata oleh tarif impor, harga gula dunia, konsumsi gula, nilai tukar, dan produksi gula total. Nilai koefisien determinasi
dari persamaan impor gula sebesar 0,91873. Artinya, keragaman dari variabel
endogen mampu diterangkan oleh variabel-variabel eksogen di dalam model, yaitu tarif impor, harga gula dunia, konsumsi gula, nilai tukar, produksi gula total,
dan impor gula tahun sebelumnya sebesar 91,873 sedangkan sisanya sebesar 8,127 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain di luar model.
Tabel 9. Hasil Dugaan Para meter dan Elastisitas Impor Gula
Variabel Koefisien
t
hitung
P Elastisitas
Nama Variabel Pendek
Panjang Intercep
384455.9 1,71
0,1005 D -
- Intercep TAR
-0,82948 -2,73
0,0121 D -0,15
-0,17 Tarif Impor Gula PW
-0,32900 -2,00
0,0577 C -0,38
-0,44 Harga Gula Dunia KG
0,754010 4,38
0,0002 A 2,81
3,25 Konsumsi Gula ER
91,65131 2,40
0,0255 B 0,46
0,54 Nilai Tukar QP
-0,89868 -5,20 0,0001 A
-2,46 -2,8 Produksi Gula Total
LIMG 0,133854
0,86 0,4001
- - Lag IMG
R-Sq 0,91783
0,89542 40,96
2,33166 Adj R-Sq
F Stat DW Stat
Koefisien dugaan variabel tarif impor gula sebesar -0,82948 yang artinya jika terjadi kenaikan tarif impor gula sebesar satu Rupiah per ton, maka impor
gula akan turun sebesar 0,82948 ton, cateris paribus. Jika dilihat dari nilai elastisitasnya, impor gula tidak responsif terhadap perubahan impor gula baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan nilai masing-masing sebesar -0,15 dan -0,17. Artinya, jika terjadi kenaikan impor gula sebesar satu persen akan
menurunkan impor gula sebesar 0,15 persen dalam jangka pendek dan 0,17 persen dalam jangka panjang, cateris paribus. Penerapan tarif impor yang dilakukan
pemerintah Indonesia bertujuan untuk mengurangi jumlah pasokan impor gula dari negara eksportir dengan tujuan untuk meningkatkan produksi dan melindungi
produsen atau petani tebu dari merosotnya harga gula di pasaran domestik meskipun bersifat inelastis baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa harga gula dunia bersifat inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari nilai
elastisitasnya yang masing-masing sebesar -0,38 dan -0,44. Artinya, peningkatan harga gula dunia sebesar satu persen akan mengurangi impor gula sebesar 0,38
persen dalam jangka pendek dan 0,44 persen dalam jangka panjang, cateris paribus
. Pemerintah akan mengimpor gula dari negara lain apabila harga gula dunia lebih murah dari harga domestik sehingga masih memperoleh keuntungan.
Koefisien dugaan variabel konsumsi gula sebesar 0,754010 yang artinya kenaikan konsumsi gula sebesar satu ton akan meningkatkan impor gula sebesar 0,754010
ton, cateris paribus. Variabel ini juga responsif terhadap perubahan impor gula karena memiliki nilai elastisitas sebesar 2,81 dalam jangka pendek dan 3,25 dalam
jangka panjang. Artinya, jika terjadi kenaikan konsumsi gula sebesar satu persen akan meningkatkan impor gula sebesar 2,81 persen dalam jangka pendek dan 3,25
persen dalam jangka panjang, cateris paribus. Perdagangan internasional juga dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran suatu negara.
Apabila persediaan suatu barang di suatu negara tidak cukup untuk memenuhi permintaan, negara tersebut dapat mengimpor dari negara lain.
Koefisien dugaan nilai tukar sebesar 91,65131 yang artinya setiap kenaikan nilai tukar sebesar satu Rupiah per Dollar Amerika akan meningkatkan
impor gula sebesar 91,65131 ton, cateris paribus. Produksi gula total berpengaruh nyata secara negatif dan bersifat elastis atau responsif terhadap perubahan impor
gula. Nilai elastisitas jangka pendek dan jangka panjang produksi gula total masing-masing sebesar -2,46 dan -2,8. Artinya, setiap kenaikan produksi gula
total sebesar satu persen akan menurunkan impor gula sebesar 2,46 persen dalam jangka pendek dan 2,8 persen dalam jangka panjang, cateris paribus. Apabila
persedian gula di dalam negeri tidak cukup memenuhi kebutuhan konsumsi, pemerintah dapat meningkatkan persediaan gula dengan cara mengimpor gula.
5.3.7 Harga Impor Gula