Kementerian Perdagangan Dalam Negeri. Gula yang didistribusikan di dalam negeri diberi subsidi dan dipatok harga sebesar 6 sen peso nasional per pon 450
gram. Setiap warga diberi jatah sebesar 5 pon gula subsidi setiap bulannya. Untuk warga asing dan warga Kuba yang membeli gula melebihi 5 pon dikenakan
harga US 1,80 per kg. Berkaitan dengan perdagangan internasional, kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kuba saat ini difokuskan pada pemberian subsidi
ekspor yang diberikan melalui badan usaha pemerintah yang bernama Cuba Azucar International
CAI S.A.
2.4 Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian mengenai gula telah banyak dilakukan oleh peneliti- peneliti terdahulu, seperti penelitian mengenai peranan industri gula dalam
perekonomian nasional yang dilakukan oleh Arianto 2003. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Input-Output yang merupakan salah satu alat analisis
yang dapat melihat hubungan antar sektor dalam suatu perekonomian. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa industri gula memiliki keterkaitan ke depan
yang rendah dibandingkan dengan keterkaitan ke belaka ng. Dengan demikian, industri gula merupakan industri yang memiliki kemampuan untuk mendorong
pertumbuhan sektor hulunya tetapi tidak atau kurang memiliki kemampuan untuk mendorong sektor hilirnya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa industri gula
merupakan salah satu industri penting yang dapat meningkatkan output, pendapatan, dan lapangan kerja di sektor itu sendiri dan di sektor perekonomian
lainnya di Indonesia.
Kajian yang dilakukan oleh Suparno 2004 mengenai dampak kebijakan tataniaga gula terhadap kesejahteraan petani tebu di Indonesia menunjukkan
bahwa produktivitas tebu sangat responsif terhadap produksi tebu dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Impor gula juga sangat responsif terhadap
produksi gula total dan pendapatan riil per kapita dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kenaikan pendapatan riil per kapita juga dapat meningkatkan impor gula
Indonesia baik jangka pendek maupun jangka panjang. Di sisi lain, harga nominal eceran gula tidak responsif terhadap tingkat inflasi dalam jangka pendek, tetapi
responsif dalam jangka panjang. Dampak kebijakan pra liberalisasi perdagangan gula pada tahun 1980-
1994 terhadap keragaan industri gula Indonesia menunjukkan bahwa program ekstensifikasi tanaman tebu dapat meningkatkan produksi gula domestik sebesar
28,7 persen, tetapi belum menyelesaikan masalah ketergantungan pada gula impor. Selanjutnya, dampak kebijakan dan non kebijakan pasca liberalisasi
perdagangan gula pada tahun 1995-2002 terhadap keragaan industri gula Indonesia menunjukkan bahwa kebijakan penghapusan tataniaga gula BULOG
dapat menurunkan produksi gula sebesar 40,53 persen karena gula domestik tidak mampu bersaing dengan gula impor yang memiliki harga yang lebih murah.
Perubahan kesejahteraan petani tebu pra liberalisasi perdagangan gula menunjukkan bahwa kebijakan program ekstensifikasi tanaman tebu mampu
meningkatkan kesejahteraan bersih masyarakat secara umum sebesar Rp 10,48 triliun, sedangkan kesejahteraan petani tebu pasca liberalisasi perdagangan gula
menunjukkan bahwa kebijakan penghapusan tataniaga gula oleh BULOG menurunkan kesejahteraan bersih masyarakat sebesar Rp 3,44 triliun.
Mahardhika 2004 melakukan studi tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor gula Indonesia dengan menggunakan
persamaan regresi linier berganda. Penelitian ini menunjukkan bahwa produksi gula nasional dipengaruhi oleh tiga peubah penjelas, yaitu luas areal tanaman
tebu, produktivitas hablur, dan harga riil gula domestik tahun sebelumnya. Peningkatan ketiga peubah penjelas tersebut akan meningkatkan produksi gula
nasional. Sedangkan untuk model impor gula Indonesia dipengaruhi oleh empat peubah penjelas, yaitu produksi gula domestik tahun sebelumnya, konsumsi gula
nasional, harga riil gula internasional, dan tarif impor. Penelitian yang dilakukan oleh Widowati 2004 menelaah tentang
pengaruh tarif impor gula terhadap industri gula Indonesia. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan model ekonometrik gula dengan metode Two-Stage Least
Square 2SLS. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan tarif impor gula
sebesar 25 persen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap industri gula Indonesia kecuali terhadap konsumsi. Tarif impor tersebut menyebabkan harga
domestik, areal dan produksi lebih tinggi masing-masing 11,11 persen, 10,97 persen, dan 7,47 persen bila dibandingkan dengan tarif meningkat masing-masing
sebesar 11,6 persen dan 15 persen. Selain itu, impor gula pada tahun 2000 menurun sebesar 8,41 persen. Meskipun demikian, kebijakan ini menurunka n
surplus konsumen sebesar 15,6 persen tetapi mampu menciptakan tambahan lapangan kerja di industri gula sebesar 79,38 ribu orang atau sebesar 10,97 persen.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Teori Permintaan dan Penawaran
Permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Menurut
Daniel 2004, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah: 1.
Harga barang yang bersangkutan Keadaan harga suatu barang mempengaruhi jumlah permintaan terhadap
barang tersebut. Bila harga naik maka permintaan akan barang tersebut akan turun. Sebaliknya, bila harga turun maka permintaan akan barang
tersebut akan naik. Hubungan harga dengan permintaan adalah hubungan yang negatif dengan catatan faktor lain yang mempengaruhi jumlah
permintaan dianggap tetap. 2.
Harga barang lain Terjadinya perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh pada
permintaan barang lain. Keadaan ini bisa terjadi bila kedua barang tersebut mempunyai hubungan, apakah saling menggantikan substitusi atau saling
melengkapi komplemen. Bila tidak berhubungan, maka tidak akan ada saling pengaruh.
3. Selera
Selera merupakan variabel yang mempengaruhi besar-kecilnya permintaan. Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan