5.3.4 Stok Gula Indonesia
Nilai koefisien determinasi dari model stok gula Indonesia adalah 0,75899 yang artinya keragaman dari variabel endogen mampu diterangkan oleh variabel-
variabel eksogen di dalam model, seperti harga gula dunia, harga gula eceran, konsumsi gula, dan stok gula Indonesia tahun sebelumnya sebesar 75,899 persen,
sedangkan sisanya sebesar 24,101 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain di luar model. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas model stok gula Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Stok Gula Indonesia
Variabel Koefisien
t
hitung
P Elastisitas
Nama Variabel Pendek
Panjang Intercep
-254940 -0,85
0,4013 -
- Intersep PW
-0,19906 -1,25
0,2223 -
- Harga Gula Dunia PNE
0,844375 3,51
0,0018 A 1,24
2,63 Harga Gula Eceran KG
-0,12356 -2,17
0,0400 B -0,32
-0,68 Konsumsi Gula LQST
0,529362 4,55
0,0001 A -
- Lag QST R-Sq
0,75899 0,71882
18,89 2,28256
Adj R-Sq F Stat
DW Stat
Berdasarkan hasil pendugaan parameter yang terlihat pada Tabel 7 menunjukkan bahwa harga gula eceran dan stok gula Indonesia tahun sebelumnya
berpengaruh nyata secara positif dengan taraf a sebesar satu persen terhadap stok gula Indonesia. Harga gula eceran memiliki nilai elastisitas sebesar 1,24 dalam
jangka pendek dan 2,63 dalam jangka panjang sehingga harga gula eceran responsif atau bersifat elastis terhadap perubahan stok gula Indonesia baik dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Jika terjadi kenaikan harga gula eceran sebesar satu persen, maka stok gula Indonesia meningkat sebesar 1,24 persen
dalam jangka pendek dan meningkat sebesar 2,63 persen dalam jangka panjang, cateris paribus
. Koefisien dugaan harga gula eceran sebesar 0,844375 yang
artinya jika harga gula eceran meningkat sebesar satu Rupiah per ton, maka stok gula Indonesia akan turun sebesar 0,844375 ton, cateris paribus. Berdasarkan
Teori Harga, jika harga meningkat maka jumlah yang ditawarkan akan meningkat, cateris paribus
dan demikian juga sebaliknya. Konsumsi gula berpengaruh nyata secara negatif dengan taraf a sebesar
lima persen terhadap perubahan stok gula Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan koefisien dugaannya sebesar -0,12356. Artinya, jika terjadi kenaikan konsumsi
gula sebesar satu ton, maka stok gula Indonesia akan turun sebesar 0,12356 ton, cateris paribus
. Dilihat dari nilai elastisitasnya, konsumsi gula bersifat inelastis atau tidak responsif terhadap perubahan stok gula Indonesia baik jangka pendek -
0,32 maupun jangka panjang -0,68. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan konsumsi gula sebesar satu persen akan menurunkan stok gula Indonesia
sebesar 0,32 persen dalam jangka pendek dan 0,68 persen dalam jangka panjang. Penelitian ini juga membuktikan bahwa stok gula Indonesia tahun sebelumnya
berpengaruh secara nyata terhadap stok gula Indonesia dengan nilai koefisien dugaannya sebesar 0,529362. Artinya, jika terjadi kenaikan stok gula Indonesia
tahun sebelumnya sebesar satu ton, maka stok gula Indonesia akan meningkat sebesar 0,529362 ton, cateris paribus.
5.3.5 Konsumsi Gula