+ E + G. Untuk mengetahui dampak tarif terhadap kesejahteraan total, perubahan- perubahan pada surplus konsumen yang negatif dijumlahkan dengan surplus
produsen positif dan juga pendapatan pemerintah positif. Ternyata surplus totalnya menyusut senilai bidang D + F. Penyusutan ini merupakan beban baku
deadweight loss tarif. Bidang D mencerminkan beban baku akibat produksi gula domestik yang berlebihan, sedangkan bidang F merupakan beban baku akibat
konsumsi gula yang terlalu rendah. Beban baku total tarif sama dengan penjumlahan kedua bidang segitiga tersebut.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Volume impor gula ke Indonesia memiliki kecenderungan yang terus meningkat. Pada periode 1989-1999, laju impor gula ke Indonesia sebesar 21,62
persen per tahun, sementara laju impor gula pada dekade sebelumnya 1979-1989 hanya 0,98 persen per tahun. Volume impor gula yang terus meningkat
disebabkan konsumsi dalam negeri yang terus meningkat, padahal produksi gula dalam negeri justru menurun dengan laju 2,02 persen per tahun. Kondisi ini tentu
saja menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depan kemandirian pangan gula Indonesia. Konsumsi gula yang terus meningkat disebabkan jumlah penduduk
yang terus meningkat, peningkatan pendapatan masyarakat, pertumbuhan industri pengolahan makanan dan minuman yang berbahan baku gula. Sementara itu,
penurunan produksi gula disebabkan oleh penurunan luas areal perkebunan tebu sebagai akibat persaingan yang semakin tinggi dalam penggunaan lahan,
khususnya dengan tanaman padi. Pengalihan areal untuk tebu ke padi semakin kuat sebagai akibat bias kebijakan pemerintah ke tanaman padi. Selain itu, dapat
juga disebabkan adanya konversi lahan sawahtebu untuk industri dan perumahan juga memberi kontribusi terhadap menurunnya areal perkebunan tebu di
Indonesia. Distorsi perdagangan dunia dan kebijakan tarif impor gula Indonesia yang relatif rendah juga menjadi penyebab berkurangnya minat petani untuk
menanam tebu. Distorsi yang dicerminkan oleh intervensi kuat yang dilakukan hampir oleh semua produsen dan negara konsumen menyebabkan harga gula di
pasar internasional cenderung fluktuatif dan menurun. Produktivitas tebu, harga provenue
, produksi tebu, dan tingkat rendemen juga mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan produksi gula nasional.
Jika kecenderungan produksi gula terus berlanjut, sementara konsumsi terus meningkat, maka impor gula dari negara-negara lain akan semakin
meningkat dan pada akhirnya industri gula Indonesia akan menghadapi berbagai masalah serius. Dampak dari membanjirnya impor tersebut adalah ketidakpastian
dan ketidakstabilan harga gula domestik. Selain itu, gula dalam negeri domestik menjadi tidak kompetitif lagi dibandingkan dengan gula impor dan tanaman tebu
terhadap pesaing utamanya, yaitu padi. Akibat lebih jauh, sejumlah pabrik gula tutup karena harga gula domestik menjadi lebih rendah daripada harga pokok
produksi gula. Berdasarkan uraian di atas, akan dianalisis pengaruh impor gula terhadap
harga gula domestik dan industri gula Indonesia. Analisis akan dilakukan dengan menggunakan model persamaan simultan antara industri gula dan harga gula
domestik. Model persamaan industri gula Indonesia mencakup produksi gula total, produksi tebu, luas areal perkebunan tebu, produktivitas tebu, harga
provenue gula, stok gula, impor gula, harga impor gula sedangkan model
persamaan harga gula domestik mencakup harga gula di tingkat eceran. Dari hasil analisis, diharapkan akan diperoleh rekomendasi kebijakan impor gula yang
efektif di Indonesia. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, maka penulis membuat alur kerangka pemikiran yang digambarkan dalam Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Alur Kerangka Berfikir
Penurunan Produktivitas Tebu
Penurunan Tingkat Rendemen
Penurunan Areal Perkebunan Tebu
Pertumbuhan Industri Pengolahan Makanan
dan Minuman
Produksi Gula Dalam Negeri Turun
Konversi Lahan SawahTebu ke
Industri
Konsumsi Gula Meningkat
Penambahan Jumlah Penduduk
Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Impor Gula Meningkat
Harga Gula Internasional Rendah
Pengalihan Areal Tebu ke Padi
Pengaruh Terhadap Harga Gula Domestik
Pengaruh Terhadap Industri Gula
Model Persamaan Simultan
Kebijakan Impor Gula di Indonesia
Tarif Impor Rendah
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series deret waktu dengan periode waktu 30 tahun, yaitu dari tahun
1975-2004 serta hasil wawancara dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data-data yang dikumpulkan berupa: produksi tebu
Indonesia, produksi gula Indonesia, luas areal perkebunan tebu, rendemen gula, konsumsi gula Indonesia, jumlah atau volume impor gula Indonesia, harga impor
gula, tarif impor gula, harga gula dunia, harga dasar gabah, harga pupuk urea, jumlah penduduk Indonesia, pendapatan per kapita, permintaan atau jumlah
tenaga kerja yang bekerja di sektor perkebunan tebu, nilai tukar Rupiah terhadap USDollar, harga eceran atau harga gula di tingkat konsumen, curah hujan, harga
provenue gula, Indeks Harga Konsumen Indonesia. Data tersebut diperoleh dari
informasi statistik yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik BPS, Sekretariat Dewan Gula Indonesia DGI, Asosiasi Gula Indonesia AGI, Departemen
Perdagangan, Departemen Pertanian, dan instansi-instansi lain. Selain itu, data sekunder tersebut juga diperoleh melalui literatur dari berbagai instansi dan
penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dalam penelitian ini. Pengambilan data dilaksanakan mulai Bulan November 2005 sampai Januari 2006.
4.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, pengolahan data pertama dilakukan dengan perhitungan dengan bantuan alat hitung kalkulator, selanjutnya hasil yang