Kebijakan Menaikkan Impor Gula Sebesar 86 Persen

dampak positif maupun dampak negatif terhadap masing-masing peubah endogen dan dapat juga tidak mempunyai dampak terhadap peubah endogen lainnya.

6.2.1 Kebijakan Menaikkan Impor Gula Sebesar 86 Persen

Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi gula dalam negeri, pemerintah melakukan impor gula untuk meningkatkan ketersediaan atau stok gula dalam negeri. Hasil simulasi kebijakan menaikkan impor gula sebesar 86 persen dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Dampak Alternatif Kebijakan Menaikkan Impor Gula Sebesar 86 Persen Terhadap Harga Gula Domestik dan Industri Gula Indonesia Tahun 1976-2004 No Peubah Endogen Nilai Dasar Nilai Simulasi Perubahan Persen 1 Luas Areal Perkebunan Tebu 309668 309798 130 0,04 2 Produktivitas Tebu 73,5760 73,5750 -0,001 -0,0014 3 Harga Provenue Gula 950929 951171 242 0,025 4 Stok Gula Indonesia 923826 924477 651 0,07 5 Konsumsi Gula 2438311 2438059 -252 -0,01 6 Impor Gula 682377 682601 224 0,03 7 Harga Impor Gula 6,397x10 11 9,4x10 11 3,003x10 11 31,95 8 Harga Gula Eceran 1348901 1349227 326 0,024 Predikat sebagai negara pengekspor gula terbesar kedua setelah Kuba yang disandang Indonesia pada sekitar tahun 1930-an ternyata tidak dapat dipertahankan. Produksi gula tidak dapat mengimbangi jumlah permintaan dalam negeri yang terus meningkat. Ketidakseimbangan pasokan atau produksi dengan permintaan gula nasional tersebut menimbulkan keharusan bagi pemerintah untuk mengimpor gula. Apabila terjadi kenaikan impor gula sebesar 86 persen, maka akan meningkatkan harga impor gula sebesar 31,95 persen. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pemerintah berupa pajak maupun bea masuk gula dan hambatan perdagangan lainnya masih sangat berpengaruh untuk memproteksi impor gula tersebut. Kenaikan harga impor tersebut ternyata meningkatkan harga gula eceran dalam negeri sebesar 0,024 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh subsidi gula sudah mulai dihapuskan. Naiknya harga gula eceran ternyata berdampak pada penurunan konsumsi gula oleh masyarakat Indonesia sebesar 0,01 persen. Daya beli masyarakat mengalami penurunan karena kenaikan harga gula tersebut sementara pendapatan per kapita cenderung menurun. Kenaikan impor gula tersebut juga berdampak pada peningkatan stok gula dalam negeri sebesar 0,07 persen dan meningkatkan harga provenue gula sebesar 0,025 persen. Mulai tahun 2001 hingga sekarang, harga provenue gula tidak lagi ditentukan oleh pemerintah melalui BULOG tetapi ditentukan berdasarkan sistem lelang terbuka oleh empat importir, yaitu PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia RNI. Kenaikan harga provenue gula tersebut ternyata mendorong peningkatan luas areal perkebunan tebu sebesar 0,04 persen. Dengan harga provenue gula yang menarik atau meningkat, petani pada areal tertentu tetap mempunyai keuntungan yang layak pada usahatani tebunya. Akan tetapi, peningkatan impor gula ternyata membawa dampak negatif terhadap perubahan produktivitas tebu yang mengalami penurunan sebesar 0,0014 persen. Hal tersebut mungkin disebabkan harga gula di tingkat internasional di bawah biaya produksi gula dalam negeri, penerapan teknologi on farm dan efisiensi pabrik gula yang rendah.

6.2.2 Kebijakan Menurunkan Impor Gula Sebesar 98 Persen