tukar sebesar -7,215x10
7
yang menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan nilai tukar sebesar satu Rupiah per Dollar Amerika, maka harga impor gula akan turun
sebesar Rp 7,215x10
7
, cateris paribus. Sementara itu, harga gula dunia bersifat elastis terhadap perubahan harga
impor gula. Nilai elastisitas harga gula dunia dalam jangka pendek dan jangka panjang masing-masing sebesar 69,11 dan 94,73. Artinya, setiap kenaikan harga
gula dunia sebesar satu persen akan meningkatkan harga impor gula sebesar 69,11 persen dalam jangka pendek dan 94,73 persen dalam jangka panjang, cateris
paribus . Selain itu, variabel peubah bedakala yaitu harga impor gula tahun
sebelumnya juga mempengaruhi perubahan harga impor gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0,270526 yang menunjukkan bahwa kenaikan harga
impor gula tahun sebelumnya sebesar satu Rupiah per ton akan meningkatkan harga impor gula sebesar Rp 0,270526 per ton, cateris paribus.
5.3.8 Harga Gula Eceran
Persamaan dari pendugaan parameter respon harga gula eceran dapat dilihat pada Tabel 11. Pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa secara statistik
harga gula eceran dipengaruhi secara nyata oleh harga impor gula, impor gula, harga provenue gula, nilai tukar, dan harga gula eceran tahun sebelumnya. Nilai
koefisien determinasi dari persamaan impor gula sebesar 0,76667. Artinya, keragaman dari variabel endogen mampu diterangkan oleh variabel-variabel
eksogen di dalam model, yaitu harga impor gula, harga gula dunia, impor gula, harga provenue gula, nilai tukar, dan harga gula eceran tahun sebelumnya sebesar
76,667 persen sedangkan sisanya sebesar 23,333 persen diterangkan oleh faktor- faktor lain di luar model. Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa harga
impor gula memiliki sifat inelastis baik jangka pendek dan jangka panjang dengan nilai elastisitas masing-masing sebesar 0,0004 dan 0,0005. Artinya, jika terjadi
kenaikan harga impor gula sebesar satu persen, maka harga gula eceran akan meningkat sebesar 0,0004 persen dalam jangka pendek dan 0,0005 persen dalam
jangka panjang, cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan harga impor gula hanya mempunyai dampak yang kecil terhadap harga gula eceran.
Impor gula berpengaruh nyata secara negatif terhadap perubahan harga gula eceran dengan koefisien dugaan sebesar -0,14964 yang artinya bahwa setiap
kenaikan impor gula sebesar satu ton akan menurunkan harga gula eceran sebesar Rp 0,14964 per ton, cateris paribus.
Tabel 11. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Harga Gula Eceran
Variabel Koefisien
t
hitung
P Elastisitas
Nama Variabel Pendek
Panjang Intercep
134456,8 0,61
0,5452 -
- Intersep HRIG
9,977x10
-8
2,14 0,0434 B
0,0004 0,0005 Harga Impor Gula
PW 0,027953
0,28 0,7849
- - Harga Gula Dunia
IMG -0,14964
-1,65 0,1140 D
-0,07 -0,08 Impor Gula
HPROV 1,084482
6,44 0,0001 A 0,76
0,95 Harga Provenue Gula ER
-20,8277 -1,51
0,1453 D -0,05
-0,06 Nilai Tukar LPNE
0,200242 1,46
0,1595 E -
- Lag PNE R-Sq
0,76667 0,70303
12,05 1,46391
Adj R-Sq F Stat
DW Stat
Sementara itu, impor gula tidak responsif terhadap perubahan harga gula
eceran baik dalam jangka pendek dan jangka panjang dimana nilai elastisitasnya masing-masing sebesar -0,07 dan -0,08. Artinya, jika terjadi kenaikan impor gula
sebesar satu persen, maka harga gula eceran turun sebesar 0,07 persen dalam jangka pendek dan 0,08 persen dalam jangka panjang, cateris paribus. Hal
tersebut sesuai dengan teori ekonomi dimana semakin tinggi penawaran, ma ka harga akan turun.
Perubahan harga provenue berpengaruh nyata secara positif terhadap perubahan harga gula eceran yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi harga
provenue gula, maka harga gula eceran akan semakin meningkat. Pihak pabrik
gula sangat berkepentingan terhadap besar-kecilnya harga provenue gula karena salah satu variabel penjelas terpenting rasio keuntungan setiap pabrik gula adalah
harga provenue gula ini. Harga provenue gula juga harus cukup proporsional dan rasional bagi konsumen karena harga provenue gula yang menarik akan
mendorong harga gula eceran naik ke atas. Namun, respon harga provenue gula terhadap harga gula eceran bersifat inelastis baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Nilai elastisitasnya masing-masing sebesar 0,76 dan 0,95. Artinya, setiap kenaikan harga provenue gula sebesar satu persen akan meningkatkan harga gula
eceran sebesar 0,76 persen dalam jangka pendek dan 0,95 persen dalam jangka panjang, cateris paribus.
Menurut Sekretariat Dewan Gula Indonesia 2005, harga provenue gula dari tahun ke tahun terus mangalami peningkatan sehingga mendorong harga gula
eceran meningkat juga. Koefisien dugaan nilai tukar sebesar -20,8277 yang artinya setiap kenaikan nilai tukar sebesar satu Rupiah per Dollar Amerika akan
meningkatkan harga gula eceran sebesar Rp 20,8277 per ton, cateris paribus. Berdasarkan nilai elastisitasnya, variabel nilai tukar tidak responsif terhadap
perubahan harga gula eceran baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang dengan nilai elastisitas masing-masing sebesar 0,05 dan 0,06. Artinya,
jika terjadi kenaikan nilai tukar sebesar satu persen, maka harga gula eceran akan turun sebesar 0,05 persen dalam jangka pendek dan 0,06 persen dalam jangka
panjang, cateris paribus. Menurut Sudana et. al 2001, fluktuasi harga gula
eceran juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan nilai tukar yang fleksibel yang dianut Indonesia sejak 1997. Akan tetapi, harga gula dunia tidak berpengaruh nyata
terhadap perubahan harga gula eceran dalam negeri. Sementara itu, variabel peubah bedakala yaitu harga gula eceran tahun
sebelumnya juga mempengaruhi perubahan harga gula eceran dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0,200242 yang menunjukkan bahwa kenaikan harga gula
eceran tahun sebelumnya sebesar satu Rupiah per ton akan meningkatkan harga gula eceran sebesar Rp 0,200242 per ton, cateris paribus.
VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN