sebesar ABE, sedangkan negara 2 akan mengimpor gula sebesar A’B’E’. Besar ABE
akan sama dengan A’B’E’ di pasar internasional. Dengan kata lain, besarnya ekspor suatu komoditi dalam perdagangan internasional akan sama dengan
besarnya impor komoditi tersebut. Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia.
Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan
dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia.
3.1.4 Ke untungan dan Kerugian bagi Indonesia Sebagai Negara Pengimpor Gula
Sebelum adanya perdagangan, harga domestik ternyata lebih mahaltinggi daripada harga yang berlaku di pasar dunia. Pada saat perdagangan antar negara
dilangsungkan, harga domestik akan bergerak atau langsung turun menyesuaikan dengan harga yang berlaku di pasar internasional Gambar 2. Pada Gambar 2
tersebut, kurva penawaran menunjukkan produksi gula domestik, sedangkan kurva permintaan menunjukkan kuantitas konsumsi gula domestik. Garis
horizontal yang ditarik dari titik harga dunia dapat ditafsirkan sebagai kurva penawaran negara-negara lain. Kurva penawaran ini bersifat elastis sempurna
karena Indonesia adalah perekonomian kecil, sehingga berapa pun ia membeli, ia harus tunduk pada harga dunia yang berlaku. Impor sama dengan selisih antara
kuantitas permintaan domestik dengan kuantitas penawaran gula di dalam negeri berdasarkan harga dunia atau harga yang berlaku di pasar internasional.
Pembukaan hubungan dagang antar negara oleh Indonesia menimbulkan keuntungan dan kerugian serta tidak semua pihak memperoleh keuntungan.
Dalam kasus ini, perdagangan membuat harga domestik turun menyamai harga
dunia. Para produsen domestik jelas dirugikan karena harga yang mereka peroleh lebih rendah. Sebaliknya, konsumen domestik akan memperoleh keuntungan
karena mereka dapat membeli gula dengan harga yang lebih murah. Harga
Penawaran dalam negeri
A
Harga sebelum perdagangan
B D
Harga sesudah perdagangan
C
IMPOR Harga Dunia
Permintaan dalam negeri
Qs Qd Kuantitas
Sumber: Mankiw, 2000
Gambar 2. Perdagangan Internasional di Sebuah Negara Pengimpor
Perubahan-perubahan atau surplus konsumen dan surplus produsen yang mengukur kenaikan atau kesejahteraan konsumen dan produsen tersebut juga
digambarkan pada Gambar 2. Sebelum hubungan dagang dibuka, surplus konsumennya dilambangkan oleh bidang A, surplus produsen oleh bidang B + D,
dan surplus totalnya bidang A + B + C. Pada saat harga domestik turun setelah perdagangan internasional dibuka, surplus konsumen naik menjadi A + B + D,
surplus produsennya menjadi C. Dengan demikian, surplus total sesudah perdagangan menjadi A + B + C + D.
Kalkulasi tersebut secara jelas menunjukkan siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan oleh dibukanya hubungan dagang di sebuah negara
pengimpor. Konsumen diuntungkan karena surplus konsumennya bertambah senilai bidang B + D. Sebaliknya, produsen mengalami kerugian karena surplus
produsen turun senilai bidang B. Namun karena keuntungan yang diterima konsumen itu melebihi kerugian produsen, yakni senilai bidang D, maka surplus
total Indonesia mengalami peningkatan. Menurut Mankiw 2000, analisis terhadap kasus negara pengimpor ini menghasilkan dua kesimpulan pokok sebagai
berikut: 1.
Jika suatu negara membuka hubungan dagang internasional dan menjadi pengimpor atas suatu barang, maka produsen domestik barang itu akan
dirugikan, sedangkan konsumen domestik akan barang itu akan diuntungkan.
2. Pembukaan hubungan dagang itu akan menguntungkan negara yang
bersangkutan secara keseluruhan karena keuntungan yang terjadi melebihi kerugiannya.
3.1.5 Tarif