Kesimpulan dan Saran PENGARUH TDZ, IAA DAN NAA TERHADAP MULTIPLIKASI DAN KESERAGAMAN KERAGAAN TANAMAN NENAS

43 berdaun variegata dan tanaman berdaun kecil dan kaku Tabel 5, Gambar 10. Variasi tanaman roset dan tanaman kerdil dapat menjadi tanaman normal seiring dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan tanaman berdaun variegata tetap terbawa atau menghilang. Hal itu menunjukkan varian yang terbentuk cenderung termasuk dalam variasi epigenetik karena terjadi perubahan kembali ke arah normal.

3.4. Kesimpulan dan Saran

1 Umur eksplan selama in vitro dan konsentrasi TDZ pada tahap induksi menentukan proses regenerasi tunas dan akar. TDZ 4,54 x 10 -3 -10 -6 µM menginduksi pembentukan tunas dan akar secara spontan, sedangkan pada konsentrasi lebih dari 0,045 µM menginduksi pembentukan kalus nodular dan menghambat pembentukan akar. IAA dan NAA berinteraksi dengan TDZ dapat meningkatkan atau menurunkan pembentukan akar tergantung pada konsentrasi TDZ. 2 Kalus nodular dapat membentuk tunas dan akar setelah disubkultur ke media MS0. Eksplan dalam media mengandung 0,23-0,46 µM TDZ dilanjutkan subkultur dua kali dalam media MS0 menghasilkan 56-69 tunaseksplan selama 34 minggu. Eksplan plantlet in vitro dalam media mengandung 0,45 µM TDZ dilanjutkan subkultur sekali ke media MS0 menghasilkan 36 tunaseksplan selama 25 minggu. 3 Tanaman regeneran hasil perlakuan 0,23-0,46 µM TDZ dan subkultur 2 kali dalam media MS0 menunjukkan tinggi tanaman, diameter tajuk, panjang dan lebar daun tidak berbeda. Variasi yang muncul di lapangan adalah tanaman roset 1,59, variegata 0,36 dan tanaman kerdil 2,16. Perbanyakan in vitro nenas kultivar Queen klon Bogor sebaiknya menggunakan eksplan berupa tunas aksilar mahkota yang telah diinduksi pada media MS0. 44

IV. PENGARUH BAP DAN FREKUENSI SUBKULTUR TERHADAP MULTIPLIKASI, KUALITAS BUAH DAN KESTABILAN

GENETIK TANAMAN NENAS KULTIVAR QUEEN 4.1. Pendahuluan Kultivar nenas dikelompokkan dalam 5 grup yaitu Cayenne, Queen, Spanish, Pernambuco Abacaxi dan Perolera Maipure Petty et al. 2002. Kultivar yang banyak ditanam di Indonesia adalah Cayenne dan Queen. Kultivar Queen mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan kultivar Cayenne yaitu warna kulit dan daging buah menarik, tidak berserat, rasa dan aroma banyak disukai, lebih tahan terhadap penyakit Purseglove, 1972. Kekurangannya adalah daunnya berduri sehingga agak sulit dalam pengelolaan, ukuran buah lebih kecil, mata pada buah lebih dalam sehingga banyak bagian yang terbuang ketika dikupas. Pada dasarnya ada 3 macam teknik perbanyakan mikro yaitu: 1 perbanyakan meristem adventif organogenesis, 2 embriogenesis somatik dan 3 perbanyakan tunas aksilar tunas yang sudah ada di meristem Fiorino dan Loreti, 1987; Rice et al. 1992. Metode lain yang merupakan modifikasi dari perbanyakan meristem adventif adalah teknik kultur kalus nodular. Nodular adalah kumpulan sel yang menunjukkan pola diferensiasi jaringan dan sel internal yang konsisten. Nodular dapat diinduksi dari kalus atau secara langsung dari eksplan. Nodular nenas mempunyai karakter yang sama dengan kalus yaitu dapat berproliferasi membentuk nodular baru dan regenerasi menjadi tunas Teng, 1997. Manipulasi sel, jaringan dan organ tanaman dalam kultur in vitro untuk tujuan perbanyakan dan modifikasi tanaman sangat bergantung pada penggunaan ZPT. BAP sering digunakan dalam perbanyakan in vitro untuk mendapatkan multiplikasi yang tinggi karena harganya lebih murah dibanding zeatin dan TDZ. Penggunaan sitokinin dan ZPT lainnya dalam konsentrasi tinggi meningkatkan frekuensi tanaman regeneran tumbuh abnormal. Perbanyakan nenas kultivar Queen klon Bogor pada media MS + 1 mgl BAP menghasilkan 9 tunas selama 2 bulan bila konsentrasi BAP ditingkatkan menjadi 2 mgl jumlah tunas menjadi 2 Imelda dan Erlyandari, 2000. Prahardini et al. 1995 dengan menambahkan